إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Madzhab secara bahasa
bermakna tempat kembali, yang dalam istilah agama disebut sebagai tempat ruju’,
tempat untuk melihat hukum suatu permasalahan fiqh. Bukan permasalahan aqidah.
Karena para Imam madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam malik, Imam
Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal bersatu dalam aqidah, toleransi dalam furu’
dan khilafiyah.
Madzhab-madzhab
bermunculan dikarenakan berbedanya tingkat pemahaman terhadap suatu dalil dari
Alquran dan Hadis dalam masalah fiqh, furu’, dan khilafiyah. Yang dibahas dalam
madzhab-madzhab itu bukan masalah aqidah, selain karena aqidah Islam itu satu,
tidak berbeda-beda, juga karena dari awalnya madzhab itu bukan suatu aliran
aqidah.
Tidak ada dalil yang
menyuruh kita bertahan dalam satu madzhab fiqh dan menolak yang lainnya. Justru
kita dituntun oleh Rasulullah shollollohu alaihi wallam ketika terjadi
perbedaan pedapat agar kita kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Para Imam
madzhab pun tidak senang jika ada di antara umat Islam yang taqlid buta kepada
mereka. Sehingga sikap yang pas adalah meneliti dan mencari argumen setiap
ulama yang melontarkan pendapatnya, kemudian kita pilih mana yang terkuat
menurut pemahaman kita. Dan di sinilah berlaku tasamuh atau toleransi terhadap
orang yang berbeda pandangan dengan kita.
Mazhab Ja’fari
Di antara paham keliru
yang menyebar di tengah kaum muslimin adalah menganggap istilah “Ja’fariyah”
yang dipakai Syiah Imamiyah sebagai madzhab fiqh Imam Ja’far Ash Shadiq.
Beberapa poin berikut ini kita akan membuktikan kepalsuan madzhab ini,
1.
Tidak adanya penulis
dan penyusun madzhab ja’fari
Kenyataan yang terjadi menunjukkan
bahwa Syiah tidak memiliki satu kitab fiqh pun yang disusun sendiri oleh Imam
Ja’far Ash Shadiq atau disusun oleh murid-muridnya. Dan madzhab fiqh yang
disandarkan kepada beliau itu baru disusun beratus-ratus tahun setelah wafatnya
beliau, namun dengan rangkaian sanad (mata rantai periwayatan) yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan .
Di antara hakikat
tersembunyi yang tidak diketahui oleh banyak orang awam Syiah (dan sengaja
disembunyikan oleh ulama-ulama Syiah), bahwa Imam Ja’far Ash Shadiq atau semua Imam
Syiah Imamiyah yang dua belas itu tidak pernah menulis satu kitab pun tentang
fiqh dan hadis.
Ini bertolak belakang
dengan keadaan Imam madzhab yang empat atau selain mereka, dimana Imam Abu
Hanifah telah melahirkan murid yang memegang pendapat-pendapatnya seperti
al-Qadhi Abu Yusuf dan Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibani, Imam Malik bin Anas
menulis kitab Muwaththo’ dalam kajian fiqh dan hadits, Imam Syafi’i
mewariskan kepada kita “Al Musnad” dalam kajian hadis, kitab al Umm
dalam kajian fiqh, beliau juga peletak dasar ilmu ushul fiqh dalam kitabnya al
Risalah, tak ketinggalan Imam Ahmad bin hambal menulis kitab Al Musnad
dalam bidang hadis yang sangat terkenal itu, dan pendapat-pendapat fiqh-nya
tersusun dan terjaga, di antara murid beliau yang menyusun fiqh-nya adalah Imam
al Khallal.
Kitab yang paling
sering dijadikan rujukan dalam fiqh ja’fari adalah “Furu’ al Kafi” yang
disusun oleh al Kulaini, namun ini tidak bisa dipertanggung jawabkan
keasliannya karena al Kulaini mati 180 tahun setelah wafatnya Imam Ja’far Ash
Shadiq! Selain itu ada juga kitab “Man Laa Yahdhuruhu al Faqiih” yang
sering dijadikan rujukan fiqh ja’fari yang ditulis oleh Ibn Babawaih al Qummi
yang mati 230 tahun setelah wafatnya Imam Ja’far Ash Shadiq! Jauhnya masa
penulisan pendapat-pendapat fiqh Imam Ja’far Ash Shadiq menjadi tidak bisa
dipertanggung jawabkan keasliannya.
2.
Perbedaan tajam sesama
faqih madzhab ja’fari
Seorang ulama Syiah, Al
Faidh al Kasyaani dalam kitabnya “al Wafi” mengatakan, “kamu
perhatikan mereka (ulama Syiah) bersilang pendapat dalam satu masalah sampai
20, 30, atau lebih dari 30 pendapat. Bahkan kalau mau, saya katakan: tidak
tersisa satu masalah pun yang tidak mereka perselisihkan” (Muqaddimah al
Wafi, al faidh al kasyaani, juz 1 hal 9).
Sebagai contoh
perbedaan tajam di antara sesama faqih (orang alim) dalam satu madzhab ja’fari
adalah permasalahan shalat jum’at, Syekh Muhammad al ‘Amiliy al Kazhimiy
mengatakan, di antara pendapat yang paling masyhur : 1. Shalat jum’at itu haram
mutlak, 2. Wajib takhyiri, 3. Wajib ta’yini, 4. Wajib dengan syarat imamnya
harus faqih, 5. Tawaqquf antara wajib dan haram.
Setelah itu mereka
berbeda pendapat lagi, 1. Tidak harus ada imam dan penggantinya bagi yang
mengatakan jum’atan itu wajib (al kulaini dan ash shaduq), 2. Harus ada imam
dan naibnya bagi yang mengatakan jum’atan itu wajib ‘ainiy dan selainnya
mustahab (ath Thusi), 3. Harus ada imam dan naibnya kalau memang imamnya ada
(ath Thusi). Dan masih banyak lagi perbedaan mereka dalam satu masalah ini.
Padahal umat Islam
sudah sepakat semuanya bahwa shalat jum’at itu wajib. di antara banyak pendapat
di atas, tidak ada satu pun pendapat Ja’far Ash Shadiq pribadi, dan perbedaan
tajam di atas menunjukkan bahwa dalam madzhab ja’fari tidak terdapat satu
sumber hukum yang dijadikan rujukan bersama di antara mereka. Poin ini juga
membuktikan bahwa madzhab ja’fari itu tidak pernah ada! Yang ada justru
pendapat masing-masing ulama’ mereka, bukan Imam mereka!
3.
Sanad palsu yang
dibuat-buat
Kita akan pelajari
berikut ini kondisi sanad periwatannya yang aneh, yang tidak akan dipercayai
oleh akal. Kita lihat contohnya dalam kitab Ushulul Kafi sebagai
berikut,
a.
Diriwayatkan beberapa
hadits dari seorang laki
(siapa laki-laki ini?
Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya)
b.
Dari seorang laki-laki
penduduk Bashrah
(siapa dia, dan apa
biografinya, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya)
c.
Dari seekor keledai
(tentu saja, tidak
perlu kita tanyakan siapa keledai ini, yang aneh dalam Madzhab Ja’fari, mungkin
kehabisan nama-nama palsu sehingga hewan pun masuk dalam rangkaian sanad???!)
d.
Dari sebagian
sahabat-sahabat kami, saya kira dia adalah as Sayyari
(lihatlah kepada
kedetailan sanad, perhatikanlah agama Syiah yang berdiri di atas persangkaan)
e.
Dari sebagian
sahabatnya dari penduduk Iraq
(Allahu Akbar, inikah
sanad yang wajib kita untuk mengambil agama kita darinya, dan kita yakin akan
keshahihannya?!)
f. Dan masih banyak lagi
contoh-contoh sanad dari orang-orang yang tidak jelas, bahkan dari hewan pun
ada!
Beginilah kondisi sanad
mereka, madzhab ja’fari dibangun atas dasar yang rapuh seperti ini, bagaimana
mungkin kita percaya pada keaslian madzhab ja’fari jika riwayatnya dipalsukan
seperti contoh diatas?
Contoh-contoh ini
diambil dari kitab hadis mereka yang paling shahih, Ushulul Kafi. Yang
paling shahih pun sanadnya hancur seperti ini maka bagaimana lagi dengan
kitab-kitab rujukan Syiah lainnya?!
4.
Madzhab Ja’fari
dibangun atas dasar taqiyyah
Syiah berkeyakinan
bahwa taqiyyah salah satu rukun agama seperti shalat yang tidak boleh
ditinggalkan sampai datangnya Imam Mahdi, atau sampai hari kiamat.
Ja’far Ash Shadiq
mengatakan, “Jikalau kamu mengatakan bahwa yang meninggalkan taqiyyah itu
seperti orang yang meninggalkan shalat, maka kamu benar!” (Man Laa
yahdhuruhul Faqih, Ibnu Babawaih, juz 2 hal 80).
Al baqir berkata,
“Sesungguhnya 9/10 agama merupakan taqiyyah. Tidak ada agama bagi yang tidak
mengamalkan taqiyah!” (Ushul al Kafi, al Kulaini, juz 2 hal 217).
Ibn Babawaih al Qummi
berkata, “Bertaqiyyah itu wajib, tidak boleh ditinggalkan sampai munculnya
al Qa’im (Imam mahdi), maka siapa yang meninggalkannya sebelum munculnya al
Qa’im maka ia telah murtad dari agama Allah Ta’ala, murtad dari agama Imamiyah,
dan juga menyelisihi Allah, Rasul-Nya dan para Imam !” (al I’tiqadaat,
Ibn Babawaih al Qummi, hal 114-115).
Maka selama agama
(baca: Syiah) itu boleh dibicarakan dan diriwayatkan dengan taqiyah (mengatakan
sesuatu yang tidak diyakininya) bahkan wajib, maka kebenaran dan keaslian
madzhab Ja’fari perlu dipertanyakan, karena periwayat-periwayatnya diharuskan
berbohong dan berdusta dengan dalih taqiyyah.
Adakah agama di dunia
ini yang mengajarkan kepada umatnya berbohong?, saya yakin tidak ada kecuali
agama sesat yang satu ini, Syiah!
5.
Kandungan madzhab
Ja’fari yang mengguncang akal sehat dan fitrah yang suci
o
Mut’ah di atas mut’ah
Masalah nomor 293, Apakah
wajib bagi seorang laki-laki yang ingin mut’ah lagi (zina) dengan wanita lain
untuk memberitahukan kepada wanita yang dimut’ah pertama yang belum habis masa
mut’ahnya? Jawab: “tidak wajib diberi tahu!” (Masa’il wa Rudud
Muhammad Shadiq Ash Shadr)
o
Bersetubuh lewat dubur
Bolehkah seorang
laki-laki mendatangi istrinya lewat dubur? Jawab: “itu boleh!” (Furu’
al Kafi, juz 5, hal 540)
o
Bolehnya memandang
aurat wanita non-muslim. (Furu’ al Kafi, juz 6, hal 501)
Aurat seorang Muslim
“Adapun aurat seorang muslim, maka cukup ditutup dengan meletakkan tangan
pada kemaluan!” (al Masa’il al Muntakhobah, al Sistani, hal 348, masalah no. 1020)
o
Bolehnya bagi seorang
laki-laki tidur dengan dua wanita dalam satu kasur. (Furu’ al Kafi, juz
5, hal 560)
o
Meminjam Istri budak
dan kemaluan budak wanita
“Dan boleh juga bagi
seorang laki-laki jika ia melihat istri budaknya kemudian bangkit syahwatnya
untuk disetubuhi dan menyuruh sang budak untuk meninggalkan istrinya, kemudian
jika ia mau boleh dikembalikan lagi setelah dipakai!!!” (Furu’ al Kafi,
juz 5, hal 481)
“Dan boleh juga bagi
seorang laki-laki untuk meminjam kepada saudaranya kemaluan budak wanitanya
untuk disetubuhi kemudian dikembalikan lagi!!!” (Furu’ al Kafi,
juz 5, hal 470)
o
Menikah dengan semua
anggota keluarga!
Masalah no. 992, “Jika
seorang wanita telah menikah, kemudian ia bersetubuh dengan bapaknya atau
saudaranya atau anaknya, maka itu tidak haram” (al Masa’il al
Muntakhobah, oleh Imam al Khu’i, hal 300)
Sekarang marilah
merenung, apakah mungkin fatwa dan fiqh seperti di atas keluar dari mulut
orang-orang shaleh?, apakah mungkin keluar dari mulut keluarga anak cucu Nabi
kita? Apa kaitannya Imam Ja’far yang mereka muliakan itu berbicara dengan
kalimat-kalimat kotor semacam ini?! Apakah masuk akal jika seorang Ja’far, sang
‘Alim Rabbani keluar dari mulutnya kata-kata jorok semisal ini?! Ini dusta dan
sungguh tidak mungkin. Oleh karenanya dimanakah fiqh Ja’far dan madzhabnya?!!!
Apakah anda belum yakin
akan kepalsuan dan ketiadaan madzhab Ja’fari? Apakah anda belum yakin bahwa
Ahlul Bait semisal Imam Ja’far hanya dijadikan alat oleh orang-orang keji dari
para ulama’ Syiah untuk merusak Islam dari dalam?
(disadur dari buku “Usthurah Madzhab al Ja’fari”)
(Muis/LPPIMakassar.blogspot.com)
0 komentar:
Posting Komentar