إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Alkisah
Ada sebuah kisah yang cukup masyhur di negeri nusantara ini tentang
peristiwa pada saat menjelang Perang Salib. Ketika itu kekuatan kafir menyerang
negeri Muslimin dengan segala kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat
kekuatan musuh tersebut, sang raja muslim waktu itu, Sholahuddin al-Ayyubi,
ingin mengobarkan semangat jihad kaum muslimin. Maka beliau membuat peringatan
maulid nabi. Dan itu adalah peringatan maulid nabi yang pertama kali dimuka
bumi.
Begitulah cerita yang berkembang sehingga yang dikenal oleh kaum Muslimin
bangsa ini, penggagas perayaan untuk memperingati kelahiran Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam ini adalah Imam Sholahuddin al Ayyubi. Akan tetapi
benarkah cerita ini? Kalau tidak, lalu siapa sebenarnya pencetus
peringatan malam maulid nabi? Dan bagaimana alur cerita sebenarnya?
Kedustaan Kisah Ini
Anggapan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah pencetus peringatan malam
maulid nabi adalah sebuah kedustaan yang sangat nyata. Tidak ada satu pun kitab
sejarah terpercaya –yang secara gamblang dan rinci menceritakan kehidupan Imam
Sholahuddin al Ayyubi- menyebutkan bahwa beliau lah yang pertama kali
memperingati malam maulid nabi.
Akan tetapi, para ulama ahli sejarah justru menyebutkan kebalikannya, bahwa
yang pertama kali memperingati malam maulid nabi adalah para raja dari Daulah
Ubaidiyyah, sebuah Negara (yang menganut keyakinan) Bathiniyyah Qoromithoh
meskipun mereka menamakan dirinya sebagai Daulah Fathimiyyah.
Merekalah yang dikatakan oleh Imam al Ghozali, “Mereka adalah sebuah
kaum yang tampaknya sebagai orang Syiah Rafidhah padahal sebenarnya mereka
adalah orang-orang kafir murni.”
(al Miqrizi dalam al-Khuthoth [1/280], al Qolqosyandi dalam Shubhul
A’sya [3/398], as Sandubi dalam Tarikh Ihtifal Bil Maulid [hal.69],
Muhammad Bukhoit al Muthi’I dalam Ahsanul Kalam [hal.44], Ali Fikri
dalam Muhadhorot beliau [hal.84], Ali Mahfizh dalam al ‘Ibda’ [hal.126]).
Imam Ahmad bin Ali al Miqrizi berkata, “Para kholifah Fathimiyyah
mempunyai banyak perayaan setiap tahunnya. Yaitu perayaan tahun baru, perayaan
hari asyuro, perayaan maulid nabi, maulid Ali bin Abi Tholib, maulid Hasan,
maulid Husein, maupun maulid Fathimah az Zahro’, dan maulid kholifah. (Juga
ada) perayaan awal Rojab, awal Sya’ban, nisfhu Sya’ban, awal Romadhon,
pertengahan Romadhon, dan penutup Ramadhon…” (al Mawa’izh [1/490]).
Kalau ada yang masih mempertanyakan: “bukankah tidak hanya ulama yang
menyebutkan bahwa yang pertama kali membuat acara peringatan maulid nabi ini
adalah raja yang adil dan berilmu yaitu Raja Mudhoffar penguasa daerah Irbil?”
Jawab:
Ini adalah sebuah pendapat yang salah berdasarkan yang dinukil oleh para
ulama tadi. Sisi kesalahan lainnya adalah bahwa Imam Abu Syamah dalam al Ba’its
‘Ala Inkaril Bida’ wal Hawadits [hal.130] menyebutkan bahwa raja Mudhoffar
melakukan itu karena mengikuti Umar bin Muhammad al Mula, orang yang pertama
kali melakukannya. Hal ini juga disebutkan oleh Sibt Ibnu Jauzi dalam Mir’atuz
Zaman [8/310]. Umar al Mula ini adalah salah seorang pembesar sufi, maka
tidaklah mustahil kalau Syaikh Umar al Mula ini mengambilnya dari orang-orang
Ubaidiyyah.
Adapun klaim bahwa Raja Mudhoffar sebagai raja yang adil, maka urusan ini
kita serahkan kepada Allah akan kebenarannya. Namun, sebagian ahli sejarah yang
sezaman dengannya menyebutkan hal yang berbeda.
Yaqut al Hamawi dalam Mu’jamul Buldan [1/138] berkata, “Sifat
raja ini banyak kontradiktif, dia sering berbuat zalim, tidak memperhatikan
rakyatnya, dan senang mengambil harta mereka dengan cara yang tidak benar.”
(lihat al Maurid Fi ‘Amanil Maulid, Rosa’il Fi Hukmil Ihtifal Bi
Maulid an Nabawi [1/8]).
Alhasil, pengingatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh para raja
Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362H. Lalu
yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al Mula oleh Raja
Mudhoffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.
Para sejarawan banyak menceritakan kejadian itu, diantaranya al Hafizh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah [13/137] saat menyebutkan biografi Raja Mudhoffar berkata,
“Dia merayakan maulid nabi pada bulan Robi’ul Awal dengan amat mewah”. As Sibt berkata, “Sebagian
orang yang hadir disana menceritakan bahwa dalam hidangan Raja Mudhoffar
disiapkan lima ribu daging panggang, sepuluh ribu daging ayam, seratus ribu
gelas susu, dan tiga puluh ribu piring makanan ringan…”
Imam Ibnu Katsir juga berkata,
“Perayaan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan para tokoh sufi.
Sang raja pun menjamu mereka, bahkan bagi orang sufi ada acara khusus, yaitu
bernyanyi dimulai waktu dzuhur hingga fajar, dan raja pun ikut berjoget bersama
mereka.”
Ibnu Kholikan dalam Wafayat A’yan [4/117-118] menceritakan,
“Bila tiba awal bulan Shofar, mereka menghiasi kubah-kubah dengan aneka
hiasan yang indah dan mewah. Pada setiap kubah ada sekumpulan penyanyi, ahli
menunggang kuda, dan pelawak. Pada hari-hari itu manusia libur kerja karena
ingin bersenang-senang ditempat tersebut bersama para penyanyi. Dan bila maulid
kurang dua hari, raja mengeluarkan unta, sapi, dan kambing yang tak terhitung
jumlahnya, dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba dilapangan.”
Dan pada malam mauled, raja mengadakan nyanyian setelah sholat magrib di
benteng.”
Setelah penjelasan diatas, maka bagaimana bisa dikatakan bahwa Imam
Sholahuddin al Ayyubi adalah penggagas maulid nabi, padahal fakta sejarah
menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja yang berupaya menghancurkan Negara
Ubaidiyyah. [1]
Siapakah Gerangan Sholahuddin al Ayyubi ?[2]
Beliau adalah Sultan Agung Sholahuddin Abul Muzhoffar Yusuf bin Amir
Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya’qub ad Duwini. Beliau lahir di
Tkrit pada 532 H karena saat itu bapak beliau, Najmuddin, sedang menjadi
gubernur daerah Tikrit.
Beliau belajar kepada para ulama zamannya seperti Abu Thohir as Silafi, al Faqih Ali bin Binti Abu Sa’id, Abu Thohir bin Auf, dan lainnya.
Nuruddin Zanki (raja pada saat itu) memerintah beliau untuk memimpin pasukan perang untuk masuk Mesir yang saat itu di kuasai oleh Daulah Ubaidiyyah sehingga beliau berhasil menghancurkan mereka dan menghapus Negara mereka dari Mesir.
Setelah Raja Nuruddin Zanki wafat, beliau yang menggantikan kedudukannya. Sejak menjadi raja beliau tidak lagi suka dengan kelezatan dunia. Beliau adalah seorang yang punya semangat tinggi dalam jihad fi sabilillah, tidak pernah didengar ada orang yang semisal beliau. Perang dahsyat yang sangat monumental dalam kehidupan Sholahuddin al Ayyubi adalah Perang Salib melawan kekuatan kafir salibis. Beliau berhasil memporak porandakan kekuatan mereka, terutama ketika perang di daerah Hithin.
Muwaffaq Abdul Lathif berkata,
“Saya pernah datang kepada Sholahuddin saat beliau berada di Baitul Maqdis
(Palestina, red), ternyata beliau adalah seorang yang sangat dikagumi oleh
semua yang memandangnya, dicintai oleh siapapun baik orang dekat maupun jauh.
Para panglima dan prajuritnya sangat berlomba-lomba dalam beramal kebaikan.
Saat pertama kali aku hadir di majelisnya, ternyata majelis beliau penuh dengan
para ulama, beliau banyak mendengarkan nasihat dari mereka.”
Adz Dzahabi berkata, “Keutamaan Sholahuddin sangat banyak, khususnya
dalam masalah jihad. Beliau pun seorang yang sangat dermawan dalam hal
memberikan harta benda kepada para pasukan perangnya. Beliau mempunyai
kecerdasan dan kecermatan dalam berfikir, serta tekad yang kuat.”
Sholahuddin al Ayyubi wafat di Damaskus setelah subuh pada hari Rabu 27 Shofar 589 H. Masa pemerintahan beliau adalah 20 tahun lebih.
Oleh : Al-Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf
________
Footnote:
[1] Untuk lebih lengkapnya tentang sejarah peringatan maulid nabi dan hokum memperingatinya, silahkan dilihat risalah Akhuna al- Ustadz Abu Ubaidah “Polemik Perayaan Maulid Nabi”
[2] Disarikan dari Siyar A’lamin Nubala’ [15/434] no.5301
Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 09 Thn.XIII, Robi’uts Tsani 1430/April 2009, Hal.57-58 [di salin dari: http://alqiyamah.wordpress.com/]
http://moslemsunnah.wordpress.com/2010/02/15/benarkah-sholahuddin-al-ayyubi-pencetus-perayaan-maulid-nabi-shalallahualaihi-wa-sallam/
0 komentar:
Posting Komentar