إن الحمد ﷲ نحمده
ونستعينه ونستغفره ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل
له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ
وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة
وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار
Hadits Pertama
مَنْ قَرَأَ
يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ فَاقْرَؤُوْهَا عِنْدَ
مَوْتَاكُمْ.
“Barangsiapa membaca surat Yaasiin karena mencari
ke-ridhaan Allah Ta’ala, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah
lalu. Oleh karena itu, bacakan-lah surat itu untuk orang yang akan mati di
antara kalian.” (HR.
Al Baihaqi dalam kitabnya, Syu’abul Iman)
Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir (no.5785) dan Misykatul Mashaabih (no.2178).
Hadits Kedua
مَنْ زَارَ
قَبْرَ وَالِدَيْهِ كُلَّ جُمُعَةٍ فَقَرَأَ عِنْدَهُمَا أَوْ عِنْدَهُ يَس
غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ كُلِّ آيَةٍ
أَوْ حَرْفٍ.
“Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya
setiap Jum’at dan membacakan surat Yaasiin (di atasnya), maka ia akan diampuni
(dosa)nya sebanyak ayat atau huruf yang dibacanya.” (HR. Ibnu ‘Adiy
[I/286], Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru
Ashbahan [II/344-345] dan ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam Sunannya [II/91] dari
jalan Abu Mas’ud Yazid bin Khalid).
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat Silsilah hadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah
(no.50).
Dalam hadits ini
ada ‘Amr bin Ziyad Abul Hasan ats-Tsaubani.
Ibnu ‘Adiy
berkata, “Ia (‘Amr bin Ziyad Abul Hasan
ats-tsaubani) sering mencuri hadits dan menyampaikan hadits-hadits yang
BATHIL.”
Setelah
membawakan hadits ini, Ibnu ‘Adiy berkata, “Sanad
hadits ini BATHIL, dan ‘Amr bin Ziyad dituduh oleh para ulama memalsukan
hadits.”
Imam Daruquthni
berkata, “Ia sering memalsukan hadits.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (III/260-261 no. 6371),
Lisanul Mizan (IV/364-365).
Hadits Ketiga
مَنْ قَرَأَ
يَس فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ
“Barangsiapa yang membaca surat Yaasiin dalam satu
malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya.” (HR. Ibnul Jauzi
dalam al Maudhu’at [I/247]).
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Ibnul Jauzi
berkata, “Hadits ini dari semua jalannya adalah
bathil, tidak ada asalnya”.
Imam Daraquthni
berkata, “Muhammad bin Zakarya yang ada
dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits.”
Lihat : Al-Maudhuu’aat oleh Ibnul Jauzi
(I/246-247), Mizaanul I’tidal
(III/549), Lisaanul Mizan (V/168), al-Fawaa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil
Maudhu’ah (hal. 268 no. 944).
Hadits Keempat
مَنْ قَرَأَ
يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ
غُفِرَ لَهُ.
“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada malam hari
karena keridhaan Allah, niscaya Allah ampuni dosanya.” (HR. Ath Thabrani
dalam kitabnya, al-Mu’jamul Ausaath,
dan al-Mu’jamush Shaghiir)
Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Di dalam
sanadnya ada Aghlab bin Tamim.
Imam al Bukhari
berkata, “Ia (Aghlab bin Tamim) munkarul
hadits.”
Ibnu Ma’in
berkata, “Ia tidak ada apa-apanya (tidak
kuat).”
Lihat : Mizaanul I’tidal (I/273-274) dan Lisanul Mizan (I/464-465).
Hadits Kelima
مَنْ قَرَأَ
يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ
غُفِرَ لَهُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ.
“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada malam hari
karena mencari keridhaan Allah, maka ia akan diampuni dosanya pada malam itu.” (HR. Ad Daarimi
dari jalan Walid bin Syuja’, al Baihaqi,
Abu Nua’im dan al Khatib dari jalan Hasan)
Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Lihat : Sunan ad-Darimi (II/457)
Hadits ini Munqathi’,
karena dalam semua sanad-nya terdapat al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashriy, padahal
ia tidak mendengar dari Abu Hurairah.
Imam adz Dzahabi
berkata, “Al-Hasan tidak mendengar dari
Abu Hurairah, maka semua hadits-hadits yang ia riwayatkan dari Abu Hurairah
termasuk dari jumlah hadits-hadits munqathi’.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (I/527 no. 1968), al-Fawaa-idul Majmua’ah (hal. 269, no. 945), tahqiq Syaikh ‘Abdur-rahman al-Mu’allimy.
Lihat : Mizaanul I’tidal (I/527 no. 1968), al-Fawaa-idul Majmua’ah (hal. 269, no. 945), tahqiq Syaikh ‘Abdur-rahman al-Mu’allimy.
Hadits Keenam
مَنْ دَاوَمَ
عَلَى قِرَاءَةِ يَس فِي كُلِّ لَيْلَةٍ ثُمَّ
مَاتَ، مَاتَ شَهِيْدًا.
“Barangsiapa terus-menerus membaca surat Yaasiin
pada setiap malam kemudian ia mati, maka ia mati syahid.” (HR.
ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghir
dari Shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu)
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Di dalam sanad
hadits ini ada Sa’id bin Musa al-Azdiy, ia seorang tukang dusta dan ia dituduh
oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits.
Lihat : Tuhfatudz Dzakirin (hal. 340), Mizaanul I’tidal (II/159-160), Lisanul Mizan (III/44-45).
Hadits Ketujuh
مَنْ قَرَأَ
يَس فِيْ صَدْرِ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ.
“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada permulaan
siang (pagi hari), maka terpenuhi semua hajatnya (keperluannya).” (HR. Imam
ad-Darimi dari jalan al-Walid bin Syuja’)
Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH,
“telah
menceritakan kepadaku Ziyad bin Khaitsamah, dari Muhammad bin Juhadah dari ‘Atha’
bin Abi Rabah, ia berkata, “Telah sampai
kepadaku bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ...”
Hadits ini
mursal, karena ‘Atha’ bin Abi Rabah tidak bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena
‘Atha lahir kurang lebih tahun 24 Hijriyah dan wafat tahun 114 H.
Lihat : Sunan ad-Darimi (II/457), Misykatul Mashaabih (takhrij no. 2177), Mizaanul I’tidal (III/70) dan Taqribut Tahdzib (II/22)
Lihat : Sunan ad-Darimi (II/457), Misykatul Mashaabih (takhrij no. 2177), Mizaanul I’tidal (III/70) dan Taqribut Tahdzib (II/22)
Hadits Kedelapan
مَنْ قَرَأَ
يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ مَرَّتَيْنِ.
“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali
seolah-olah ia membaca al-Qur-an dua kali.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat : Dha’if Jami’ush Shaghir (no.5789) dan Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal
Maudhu’ah (no.4636).
Hadits Kesembilan
مَنْ قَرَأَ
يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ
مَرَّاتٍ.
“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali
seolah-olah ia membaca al-Qur-an sepuluh kali.” (HR. Al-Baihaqi
dalam kitab Syu’abul Iman dari Abu
Hurairah).
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat : Dha’iif Jami’ush Shaghir (no.5798)
Hadits Kesepuluh
إِنَّ لِكُلِّ
شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يَس، وَمَنْ
قَرَأَ يَس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ
بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَمَرَّاتٍ.
"Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati
dan hati (inti) al-Qur-an itu ialah surat Yaasiin. Barangsiapa yang membacanya,
maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca
al-Qur-an sepuluh kali.” (at-Tirmidzi [no.2887] dan ad-Darimi [II/456], dari
jalan Humaid bin Abdur-rahman, dari al-Hasan bin Shalih dari Harun Abu Muhammad
dari Muqatil bin Hayyan (yang benar Muqatil bin Sulaiman) dari Qatadah dari
Anas secara marfu’)
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Dalam hadits ini
terdapat dua rawi yang LEMAH, yaitu
1.
HARUN ABU MUHAMMAD
Dia adalah
seorang yang Majhul (tidak dikenal riwayat hidupnya).
Imam adz-Dzahabi
berkata, “Aku menuduhnya majhul.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/288).
2.
MUQATIL BIN HAYYAN
Ibnu Ma’in
berkata, “Dia (Muqatil bin Hayyan) Dha’if.”
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku tidak peduli kepada Muqatil bin Hayyan dan Muqatil bin Sulaiman.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/171-172).
Imam Ibnu Abi Hatim berkata dalam kitabnya, al-‘Ilal (II/55-56), “Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang hadits ini. Jawabnya: ‘Muqatil yang ada dalam sanad hadits ini adalah Muqatil bin Sulaiman, aku mendapati hadits ini di awal kitab yang disusun oleh MUQATIL BIN SULAIMAN. Dan ini adalah hadits BATIL, TIDAK ADA ASALNYA.’”
Lihat : Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no.169,
hal. 312-313).
Imam adz-Dzahabi juga membenarkan bahwa Muqatil dalam hadits ini ialah MUQATIL BIN SULAIMAN.
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/172).
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata, “Apabila sudah jelas bahwa Muqatil yang dimaksud adalah Muqatil bin Sulaiman, sebagaimana yang sudah dinyatakan oleh Imam Abu Hatim dan diakui oleh Imam adz-Dzahabi, maka hadits ini MAUDHU’ (PALSU).”
Lihat : Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no.169, hal. 313-314.)
Imam Waqi’
berkata, “Muqatil bin Sulaiman adalah tukang
dusta (kadzdzab).”
Imam an-Nasa’i berkata, “Muqatil bin Sulaiman sering berdusta.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/173).
Hadits
Kesebelas
مَنْ قَرَأَ
يَس حِيْنَ يُصْبِحُ يُسِرَ يَوْمُهُ حَتَّى
يُمْسِيَ، وَمَنْ قَرَأَهَا فِيْ صَدْرِ
لَيْلَةٍ أُعْطِيَ يُسْرَ لَيْلَتِهِ.
“Barangsiapa
membaca surat Yaasiin di pagi hari, maka akan dimudahkan urusan hari itu sampai
sore. Dan barang siapa membacanya di awal malam (sore hari), maka akan diberi
kemudahan urusan malam itu sampai pagi.” (HR. Imam ad-Darimi [II/457] dari
jalan Amr bin Zararah)
Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Di dalam sanad hadits ini ada Syahr bin Hausyab.
Ibnu Hajar
berkata, “Ia banyak memursalkan hadits
dan banyak keliru.”
Lihat : Taqriib (I/423 no. 2841), Mizaanul I’tidal (II/283).
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata, “Syahr Bin Hausyab lemah dan tidak boleh dipakai sebagai hujjah, karena banyak salahnya.”
Lihat : Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal
Maudhu’ah (I/426).
Hadits
Kedua belas
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَرَأَ طه ويَس قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْآنَ قَالُوْا: طُوْبَى ِلأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهِمْ وَطُوْبَى ِلأَلْسُنٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَا وَطُوْبَى ِلأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا.
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala membaca surat Thaaha dan Yaasiin 2000 (dua ribu) tahun sebelum
diciptakan-nya Nabi Adam. Tatkala para Malaikat mendengar al-Qur-an (yakni
kedua surat itu) seraya berkata: ‘Berbahagialah bagi ummat yang turun al-Qur-an
atas mereka, alangkah baiknya lidah-lidah yang berkata dengan ini (membacanya)
dan baiklah rongga-rongga yang membawanya (yakni menghafal kedua surat itu)” (HR. ad-Darimi
[II/456], Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid
[no.328], Ibnu Hibban dalam kitab adh-Dhu’afa
[I/108], Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah
[no.607], al-Baihaqy dalam al-Asma’ wash
Shifat [I/365] dan ath-Thabrany dalam al-Mu’jamul
Ausath [no.4873], dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar)
Keterangan : HADITS INI (مُنْكَرٌ) MUNKAR
Matan hadits ini maudhu’ (palsu).
Ibnu Hibban
berkata, “Matan hadits ini palsu dan
sanadnya sangat lemah, karena ada dua rawi lemah, yaitu
1.
IBRAHIM BIN MUHAJIR BIN MISMAR
Imam al-Bukhari
berkata, “Ia munkarul hadits.”
Imam an-Nasa’i berkata, “Ia perawi lemah.”
Ibnu Hibban
berkata, “Ia sangat munkar haditsnya.”
Ibnu Hajar berkata, “Ia perawi lemah.”
Lihat : Mizaanul
I’tidal (I/67), Taqribut Tahdzib (I/67 no. 255).
2.
UMAR BIN HAFSH BIN DZAKWAN
Imam Ahmad berkata, “Kami tinggalkan haditsnya dan kami bakar.”
Imam ‘Ali Ibnul Madini berkata, “Ia seorang rawi yang tidak tsiqah.”
Imam an-Nasa’i berkata, “Ia rawi matruk.”
Lihat :
Mizaanul I’tidal (III/189), Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah
(no. 1248).
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Hadits ini gharib dan munkar, karena Ibrahim bin Muhajir dan Syaikhnya (yaitu, ‘Umar bin Hafsh) diperbincangkan (oleh para ulama hadits).”
Lihat : Tafsir
Ibni Katsir (III/156).
Hadits Ketiga
belas
مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يَس عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ وَمَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً وَمَنْ كَتَبَهَا وَشَرِبَهَا أَدْخَلَتْ جَوْفَهُ أَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ بَرَكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَأَلْفَ رِزْقٍ وَنَـزَعَتْ مِنْهُ كُلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ .
"Barangsiapa
mendengar bacaan surat Yaasiin, ia akan diberi ganjaran 20 Dinar pada jalan
Allah. Dan barang siapa yang membacanya diberi ganjaran kepadanya laksana
ganjaran 20 kali melakukan ibadah Haji. dan barang siapa yang menuliskannya
kemu-dian ia meminum airnya maka akan dimasukkan ke dalam rongga dadanya seribu
keyakinan, seribu ca-haya, seribu berkah, seribu rahmat, seribu rizki, dan
dicabut (dihilangkan) segala macam kesulitan dan penyakit.” (HR. al-Khatib dari
‘Ali, lalu ia berkata: “Hadits ini palsu.”)
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Ibnu ‘Adiy
berkata, “Dalam sanadnya ada rawi yang tertuduh memalsukan hadits, yaitu
Ahmad bin Harun.” (Mizaanul I’tidal [I/162]).
Dalam sanad hadits ini terdapat Isma’il bin Yahya al-Baghdadi.
Shalih bin
Muhammad Jazarah berkata, “Ia (Isma’il) sering memalsukan hadits.”
Imam Daraquthni
berkata, “Ia seorang tukang dusta dan matruk.”
Imam al-Azdiy
berkata, “Ia salah seorang tukang dusta, dan tidak halal meriwayatkan hadits
daripadanya.”
Lihat : Al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauzi (I/246-247) dan Mizaanul I’tidal (I/253-254).
Lihat : Al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauzi (I/246-247) dan Mizaanul I’tidal (I/253-254).
Hadits Keempat
belas
يَس لِمَا قُرِأَتْ لَهُ.
“Surat Yaasiin
itu bisa memberi manfaat bagi sesuatu tujuan yang dibacakan untuknya.”
Keterangan : HADITS INI (لاَ أَصْلَ لَهُ) TIDAK ADA ASALNYA
Lihat : Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh ‘Ali al-Qari’ (no. 414 hal. 215-216).
Imam as-Sakhawi
berkata, “Hadits ini tidak ada asalnya.”
Lihat : Al-Maqaashidul
Hasanah (no.1342).
Hadits Kelima
belas
يَس قَلْبُ الْقُرْآنِ لاَيَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللَّهَ وَالدَّارَ اْلآخِرَةَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ وَاقْرَؤُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ
“Surat Yaasiin
itu hatinya al-Qur-an, tidaklah seseorang membacanya karena mengharapkan keridhaan
Allah dan negeri akhirat (Surga-Nya), melainkan akan di-ampuni dosanya. Oleh
karena itu, bacakanlah surat Yaasiin itu untuk orang-orang yang akan mati di antara
kalian.” (HR.
Ahmad [V/26] dan an-Nasa’i dalam Amalul Yaum wal Lailah [no.1083] dari
jalan Mu’tamir)
Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Dalam hadits ini ada tiga orang yang majhul (tidak diketahui namanya dan keadaannya).
Jadi, hadits ini
lemah dan tidak boleh dipakai.
Lihat : Fat-hur Rabbani (VII/63).
Hadits Keenam belas
اِقْرَأُوْا يَس
عَلَى مَوْتَاكُمْ.
“Bacakan surat
Yaasiin kepada orang yang akan mati di antara kalian.” (HR. Ahmad [V/26-27],
Abu Dawud [no.3121], Ibnu Abi Syaibah, an-Nasa’i dalam Amalil Yaum wal
Lailah [no.1082], Ibnu Majah [no.1448], al-Hakim [I/565], al-Baihaqi [III/383]
dan ath-Thayalisi [no.973], dari jalan Sulaiman at-Taimi)
Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini LEMAH, karena ada tiga sebab yang men-jadikan hadits ini lemah, yaitu
1.
ABU UTSMAN
Dia adalah seorang
rawi yang majhul.
2.
Ayah dari Abu Utsman
Dia juga seorang
yang majhul.
3.
Hadits ini mudhtarib (goncang)
sanadnya.
Penjelasan Para Imam Ahli Hadits Tentang Hadits Ini,
1.
Tentang ABU UTSMAN
·
Imam adz-Dzahabi berkata, “Abu
‘Utsman rawi yang tidak dikenal (majhul).”
·
Ali Ibnul Madini berkata, “Tidak
ada yang meriwayatkan dari Abu Utsman melainkan Sulaiman at-Taimi.”
Lihat : Mizaanul
I’tidaal (IV/550), Tahdziibut Tahdziib (XII/182) dan Irwaa-ul
Ghaliil fii Takhriji Ahaadits Manaris Sabil (III/151, no.688).
·
Ibnul Mundzir berkata, “Abu
Utsman dan bapaknya bukan orang yang masyhur”
Lihat ‘Aunul
Ma’bud (VIII/390).
·
Imam Ibnul Qaththan berkata, “Hadits
ini ada ‘illat (penyakit)-nya, serta hadits ini MUDHTHORIB (goncang) dan Abu
‘Utsman majhul.”
·
Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dan
ad-Daraquthni berkata, “Hadits dha’if isnadnya dan majhul, dan tidak ada
satupun hadits yang shahih dalam bab ini (yakni dalam bab membacakan Yaasiin
untuk orang yang akan mati).”
Lihat : Talkhisul
Habir ma’asy Syarhil Muhadzdzab (V/110), Fat-hur Rabbani (VII/63) Irwaa-ul
Ghaliil (III/151).
·
Imam an-Nawawi berkata, “Isnad
hadits ini dha’if, di dalamnya ada dua orang yang majhul (Abu ‘Utsman dan
bapaknya).”
Lihat : al-Adzkaar
(hal.122).
2.
Tentang bapaknya Abu Utsman
Ia (bapaknya) ini
adalah seorang rawi yang mubham (seorang rawi yang tidak diketahui namanya). Ia
dikatakan majhul oleh para ulama Ahli Hadits, karena selain tidak diketahui namanya
juga tidak diketahui tentang biografinya.
3.
Hadits ini MUDHTARIB.
Hal ini karena
di sebagian riwayat disebutkan, Dari Abu Utsman, dari ayahnya, dari Ma’qil bin
Yasar. Sedangkan riwayat lain menyebutkan dari Abu Utsman dari Ma’qil tanpa
menyebut dari ayahnya.
Kesimpulan : Hadits ini lemah dan tidak boleh dipakai sebagai hujjah.
Hadits Ketujuh
belas
حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوْا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ: فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا، قَالَ صَفْوَانُ: وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ.
“Telah berkata
kepadaku beberapa Syaikh bahwasanya mereka hadir ketika Ghadhief bin Harits mengalami
naza’ (sakaratil maut), seraya berkata: ‘Siapakah dari antara kamu yang dapat
membacakan surat Yaasiin?’ Lalu Sholeh bin Syuraih as-Sakuni membacakannya.
Maka, ketika sampai pada ayat ke-40, ia (Ghadhief) wafat. Shafwan berkata: Para
Syaikh berkata: ‘Bila dibacakan surat Yaasiin di sisi orang yang mau meninggal,
niscaya diringankan bagi si mayyit (keluarnya ruh) dengan sebab bacaan itu.’
Kata Shafwan: ‘Kemudian ‘Isa bin Mu’tamir memba-cakan surat Yaasiin di sisi
Ibnu Ma’bad.’” (HR.
Ahmad [IV/105])
Keterangan : RIWAYAT
INI (مَقْطُوْعٌ) MAQTHU’
Yakni riwayat ini hanya sampai kepada tabi’in, tidak sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan riwayat maqthu’ tidak bisa dijadikan hujjah. Apalagi riwayat ini juga LEMAH, karena beberapa Syaikh yang disebutkan itu MAJHUL, tidak diketahui nama dan keadaan diri mereka masing-masing. Jadi, riwayat ini LEMAH DAN TIDAK BISA DIPAKAI.
Lihat : Irwaa-ul Ghalil (III/151-152).
Hadits Kedelapan
belas
مَا مِنْ
مَيِّتٍ فَيُقْرَأُ عِنْدَهُ يَس إِلاَّ هَوَّنَ اللَّهُ
عَلَيْهِ.
“Tidak
ada seorang pun yang akan mati, lalu dibaca-kan surat Yaasiin, di sisinya
(yaitu ketika ia sedang naza’) melainkan Allah akan mudahkan (kematian)
atasnya.” (HR. Abu
Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ahsbahan [I/188] dari jalan MARWAN BIN SALIM
ALJAZARY)
Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Dalam sanad hadits ini ada seorang rawi yang sering memalsukan hadits, yaitu MARWAN BIN SALIM AL-JAZARY.
Imam Ahmad dan an-Nasa’i berkata, “Ia tidak bisa dipercaya.”
Imam al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hatim berkata, “Ia munkarul hadits.”
Abu Arubah
al-Harrani berkata, “Ia sering memalsukan hadits.”
Lihat : Mizaanul I’tidal (IV/90-91). Lihat juga Irwaa-ul Ghalil (III/152).
Al-‘Allamah
Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H) berkata, “(Riwayat-riwayat) yang menyebutkan
tentang keutamaan-keutamaan (fadhaa-il) surat-surat dan ganjaran bagi orang
yang membaca surat (yasin) ini akan mendapat pahala begini dan begitu dari awal
al-Qur-an sampai akhir sebagaimana yang disebutkan oleh Tsa’labi dan Wahidi
pada awal tiap-tiap surat dan Zamakhsyari pada akhir surat, SEMUA HADITS
TENTANG ITU ADALAH PALSU. Mereka (para pemalsu hadits) mengatasnamakan
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya orang-orang yang
membuat hadits-hadits itu telah mengakui mereka memalsukannya.’”
Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-Albany berkata, “Membacakan surat Yaasiin ketika ada orang
yang sedang dalam keadaan naza’ dan membaca al-Qur-an (membaca surat Yaasiin
atau surat-surat lainnya) ketika berziarah ke kubur adalah BID’AH DAN
TIDAK ADA ASALNYA SAMA SEKALI DARI SUNNAH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
YANG SAH.
Lihat : Ahkamul
Janaa-iz wa Bida’uha (hal.20, 241, 307 & 325)
Mereka (para pemalsu hadits) berkata, “Tujuan kami membuat hadits-hadits palsu agar manusia sibuk dengan (membaca al-Qur-an) dan menjauhkan (kitab-kitab) selain al-Qur-an.”
Mereka (para
pemalsu hadits) adalah orang-orang yang sangat bodoh!!! Apakah mereka tidak
tahu hadits,
مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَالَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
“Barangsiapa
yang berkata apa yang aku tidak katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat
duduknya di Neraka.”
(Hadits Mutawatir)
Masihkah kita
akan mengamalkan ‘sesuatu’ yang dipalsukan oleh orang-orang bodoh itu?!
Orang yang masih
mengamalkan hal ini (yaitu pengkhususan membaca yasin pada waktu-waktu
tertentu), berarti orang itu lebih bodoh dari orang-orang yang memalsukan
hadits-hadits di atas!
دينك على قلبي ثبت
القلوب يامقلب
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di
atas agama-Mu.”(HR Tirmidzi [no.3522], Ahmad [4/302], al Hakim [1/525], Shohih Sunan Tirmidzi [no.2792]).
Lihat :
1.
Tafsir Ibni Katsir
2.
Shahih al-Bukhari.
3.
Shahih Muslim.
4.
Sunan ad-Darimi.
5.
Sunan at-Tirmidzy.
6.
Sunan Abi Dawud.
7.
Sunan Ibni Majah.
8.
Musnad Imam Ahmad.
9.
Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
10.
Musnad Abi Dawud ath-Thayalisy.
11.
Kitaabus Sunnah libni ‘Ashim, oleh Imam
Muhammad Nashiruddin al-Albany.
12.
Shahih Jami’ush Shaghiir, oleh Imam
Muhammad Nashiruddin al-Albany.
13.
Al-Maudhu’atul Kubra’, oleh Imam
Ibnul Jauzy.
14.
Al-Fawa-idul Majmu’ah fii
Ahaaditsil Maudhu’ah,
oleh Imam asy-Syaukany.
15.
Mizanul I’tidal, oleh Imam
adz-Dzahaby.
16.
Lisanul Mizan, oleh al-Hafizh
Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
17.
Tuhfatudz Dzaakiriin Syarah Imam
asy-Syaukany.
18.
Misykatul Mashaabih, oleh Imam
at-Tibrizy.
19.
Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalany.
20.
Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh
Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
21.
Syu’abul Iman, oleh Imam
al-Baihaqy.
22.
Dha’if Jami’ush Shaghir, oleh Imam
Muhammad Nashiruddin al-Albany.
23.
Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah
wal Maudhu’ah,
oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
24.
At-Tauhid, oleh Ibnu
Khuzaimah.
25.
Adh-Dhu’afa’, oleh Ibnu
Hibban.
26.
Asma’ wash Shifat, oleh Imam
al-Baihaqy.
27.
Al-Mu’jamul Ausath, oleh Imam
ath-Thabrany.
28.
Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil
haditsil Maudhu’,
oleh Imam Ali al-Qari’.
29.
Al-Maqashidul Hasanah fii Bayaan
Katsir minal Ahaadits Musytahirah ‘alal Alsinah, oleh Syaikh
Muhammad ‘Abdurrahman as-Sakhawy.
30.
Fat-hur Rabbany, oleh Syaikh
Abdurrahman al-Banna.
31.
Amalil Yaum wal Lailah, oleh Imam
an-Nasa’i.
32.
Shahih al-Adzkaar wa Dha’iifuhu, oleh Syaikh
Salim bin ‘Ied al-Hilaly.
33.
Kitabul Adzkaar, oleh Imam
an-Nawawy.
34.
Irwaa-ul Ghaliil, oleh Imam
Muhammad Nashiruddin al-Albany.
35.
Shahih at-Tirmidzi bi
Ikhtishaaris Sanad,
oleh Imam Mu-hammad Nashiruddin al-Albany.
36.
‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi
Dawud,
oleh Abu ath-Thayyib Syamsul Haq al-‘Azhim Abady.
0 komentar:
Posting Komentar