إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Malam Jum’at tidak seperti
malam-malam lainnya. Malam Jum’at –terkhusus malam Jum’at Kliwon- adalah malam
yang disakralkan oleh sebagian orang yang masih berpegang teguh kepada adat
istiadat dan keyakinan-keyakinan tertentu. Bahkan telah terbentuk semacam
aksioma bahwa malam Jum’at –khususnya kliwon- adalah malam yang penuh
kengerian, mencekam dan membuat bulu kuduk merinding. Berbagai mitos dan
keyakinan marak tersebar sehingga menghasilkan bermacam tradisi yang biasa
dihadirkan di malam ini.
Malam Jum’at bagi sebagian orang
adalah malam misteri. Oleh karena itu, jika kita menilik kembali berbagai acara
yang digelar di malam Jum’at sarat akan muatan misteri atau mistik. Sebut saja
berbagai tayangan di televisi yang ditayangkan setiap malam Jum’at, maka kita
akan dengan mudahnya mendapati berbagai acara yang berbau mistik dan dunia
ghaib. Inilah salah satu sebab kenapa malam Jum’at identik dengan berbagai kengerian,
misteri, seram, angker dan yang semacamnya.
Tidak kalah hebohnya dengan berbagai
tayangan televisi, di dunia nyata pun sama seperti itu. Berbagai acara,
upacara, ritual dan keyakinan mistik merebak dan marak dilakukan pada tiap
malam Jum’at –terkhusus malam Jum’at Kliwon-. Ada beragam fenomena yang bisa
kita tangkap berkenaan dengan malam Jum’at, mulai dari peristiwa, upacara,
ritual, even serta kegiatan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Munculnya
berbagai mitos dan keyakinan yang ditularkan dari mulut ke mulut yang pada
ujungnya akan menimbulkan berbagai hal, terutama kegiatan-kegiatan mistik.
Tempat-Tempat yang Dianggap Angker
dan Keramat di Malam Jum’at Kengerian. Itulah opini yang muncul pertama kali
dalam benak kita ketika kita melewati tempat-tempat yang dianggap angker dan keramat.
Terlebih lagi jika hal itu kita lakukan di malam Jum’at. Dulu, ketika saya
masih kecil, akan selalu muncul rasa takut ketika saya melewati sebuah
pekuburan. Dapat dipastikan jika saya melewati area pekuburan, maka saya akan
mempercepat lajunya jalan kaki atau ayunan sepeda saya. Bahkan bisa jadi saya
akan berlari ketika melewati area pekuburan dengan harapan saya bisa melalui kuburan
itu secepatnya. Itu terjadi di malam-malam selain malam Jum’at.
Adapun ketika malam Jum’at, maka
kengerian semakin menyeruak ketika saya melewati pekuburan, meskipun saya
melaluinya dengan teman-teman sebaya yang sama-sama kecil. Bisa dipastikan,
saya dan teman-teman akan berpacu lari demi terjauhkan dari pekuburan.
Itulah fenomena yang terjadi kepada
saya disaat saya masih kecil dan itu adalah pekuburan biasa. Berbeda dan bahkan
lebih dahsyat lagi fenomena yang terjadi di pekuburan-pekuburan yang
dikeramatkan oleh manusia semisal kuburan orang-orang yang dianggap shaleh dan
diwalikan. Jika pada malam-malam biasa selain malam Jum’at kuburan-kuburan
semacam itu ramai dikunjungi orang, maka keadaannya menjadi semakin ramai jika
memasuki malam Jum’at.
Banyak orang yang melakukan berbagai
ritual dan upacara di pekuburan orang-orang yang dianggap shaleh itu. Bukan
hanya kuburan saja yang lebih dikeramatkan pada malam Jum’at.
Ada beberapa tempat lainnya yang
dikeramatkan pada malam Jum’at. Semisal:
Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis adalah sebuah
pantai yang terletak di pesisir selatan Jogjakarta. Pantai Parangtritis
menempati tempat pertama yang menjadi tempat tujuan kunjungan wisata. Bukan
hanya wisata alam saja, tetapi juga mencakup “wisata mistik”, khususnya pada malam
Jum’at. Pada malam Jum’at –khususnya malam Jum’at Kliwon- berbagai upacara dan
ritual mistik dilaksanakan di pantai ini. Ritual dan upacara ini berkaitan erat
dengan keyakinan Nyi Roro Kidul, yang diyakini sebagai penguasa laut selatan pulau
Jawa. Pada ritual di malam Jum’at Kliwon ini, berbagai sesajen dan kembang yang
berwarna-warni dilarung ke laut. Ritual semacam ini bertujuan untuk meminta keselamatan
dari penguasa laut selatan.
Nyi Roro Kidul dan kisahnya sudah sedemikian
melegenda di masyarakat kita. Tidak hanya di masyarakat pantai selatan, bahkan
masyarakat di tempat lainpun umumnya mengenal mitos tentang Nyi Roro Kidul. Dan
sekali lagi, malam Jum’at Kliwon tidak lepas dari mitos ini. Di antara ritual
lain yang dilakukan pada malam Jum’at Kliwon oleh masyarakat selain masyarakat
pantai selatan adalah ritual pertemuan ghaib yang dilakukan di sebuah kamar
atau ruangan yang dikosongkan khusus untuk ritual ini. Sebagaimana ruangan
khusus yang disediakan oleh sebuah hotel untuk Nyi Roro Kidul.
Taman Wisata Guci
Tegal, selain terkenal dengan teh
pocinya yang khas, juga dikenal dengan taman wisata guci. Teh poci adalah teh
hangat kental dan manis yang dimasukkan ke dalam poci (penuang air yang terbuat
dari tanah liat). Dengan perpaduan inilah, teh menjadi sebuah sajian yang unik
dan khas.
Sebagaimana teh poci, taman wisata
guci adalah sebuah tempat wisata yang mengalirkan air hangat, ibarat sebuah
poci yang mengalirkan air hangat, terus menerus tanpa henti. Konon ceritanya,
air panas Guci adalah air yang diberikan walisongo kepada orang-orang yang
mereka utus untuk menyiarkan agama Islam ke Jawa Tengah, khususnya Tegal.
Karena air itu ditempatkan di sebuah
guci, dan berkhasiat mendatangkan berkah, masyarakat menyebut lokasi pemberian
air itu dengan nama Guci. Tapi karena air pemberian wali itu sangat terbatas,
pada malam Jum’at Kliwon salah seorang sunan menancapkan tongkat saktinya ke
tanah. Maka mengalirlah air hangat tanpa belerang. Objek wisata ini banyak
dikunjungi wisatawan pada malam Jum’at Kliwon. Banyak orang yang ngalap berkah dengan
mandi di pemandian air panas ini. Konon, kalau mandinya pada jam dua belas
malam dengan memohon sesuatu, maka permohonan apapun akan dikabulkan. Kepercayaan
ini sudah menjadi kepercayaan yang turun menurun.
Itu dua contoh dari tempat-tempat
yang dikeramatkan dan bertambah keramat ketika malam Jum’at.
Ritual Ghaib pada Malam Jum’at
Banyak sekali ritual ghaib yang
dilakukan pada malam Jum’at –khususnya malam Jum’at Kliwon-. Selain sesajen,
masih banyak lagi ragam ritual yang dilakukan di malam ini, salah satunya
adalah memandikan benda-benda pusaka. Diantara keyakinan yang menyeruak di
malam Jum’at, bahwa malam Jum’at diyakini mengandung nilai magis yang kuat
sehingga menjadi waktu yang favorit untuk melakukan ritual-ritual ghaib,
diantaranya adalah memandikan benda-benda pusaka, semisal keris dan lainnya.
Salah satu contoh ritual ini adalah
ritual “Ngalungsur” di daerah Garut. Ngalungsur atau turun jimat atau pajang
jimat adalah sebuah upacara tradisional yang dilakukan antara tanggal 12-14
Maulid. Inti dari tradisi ini adalah penghormatan terhadap Sunan Godog atas
jasanya menyebarkan Islam di daerah Garut. Ungkapan hormat ini direalisasikan
dengan cara merawat, menjaga dan melestarikan benda-benda pusaka seperti berbagai
bentuk dan jenis keris, kitab Al-Qur’an, Cis, dan sebagainya yang dianggap sebagai
peninggalan sunan Godog.
Kemuliaan Malam
Jum’at, Antara Mitos dan Islam
Itu tadi sekilas contoh dari realita
masyarakat dalam memuliakan malam Jum’at dengan berbagai ritual dan upacara.
Kalau kita mau mengupasnya lebih banyak lagi tentu tidak akan cukup terkupas
dalam catatan singkat ini berkenaan dengan berbagai pengeramatan malam Jum’at
di masyarakat Indonesia.
Bicara soal kemuliaan dan pemuliaan
terhadap sesuatu, sebagai seorang muslim kita harus tetap berpatokan kepada
agama kita ini, bukan berpatokan kepada tradisi dan kepercayaan yang bersifat
kedaerahan. Mungkin saja kita bisa bisa bersepakat tentang satu hal, bahwa
antara Islam dan tradisi masyarakat memiliki kesamaan dalam keyakinan bahwa
malam Jum’at adalah malam yang mulia.
Akan tetapi ketika kita berbicara
tentang tatacara pemuliaannya, maka Islam dan tradisi masyarakat memiliki perbedaan
yang amat jauh. Malam Jum’at, jika kita meniliknya dari syari’at Islam, adalah
malam permulaan hari Jum’at. Perlu kita ketahui bersama, bahwa permulaan hari
dalam Islam dihitung mulai dari terbenamnya matahari. Kita ambil contoh hari
Jum’at. Jika kita mengembalikannya kepada penghitungan hari dalam Islam, maka hari
Jum’at dimulai ketika matahari terbenam di ufuk barat. Kamis malam atau malam Jum’at
itulah permulaan hari Jum’at. Perhitungan ini sangat berbeda dengan perhitungan
masehi/syamsiyah yang memulai hari ketika telah lewat pukul 00.00.
Satu hal yang wajib kita yakini,
bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini adalah kepunyaan Allah.
Hanya Allah lah yang berhak mengatur segala sesuatu. Termasuk dalam menentukan
dan menetapkan kemuliaan hari Jum’at. Kemuliaan hari Jum’at tidak ditentukan
serta tidak ditetapkan berdasarkan tradisi, mitos dan keyakinan masyarakat
tertentu. Manusia tidak memiliki hak untuk menentukan dan menetapkan kemuliaan
atau keistimewaan sebuah hari. Jika manusia yang menetapkannya, maka sungguh
akan terlalu banyak campur tangan akal, perasaan, latar belakang budaya, sosial
dan tradisi seseorang sehingga penetapan itu didasari pada subyektivitas dengan
berbagai kekurangannya sebagai manusia. Ini tidak bisa kita terima. Jika kita
melihat realita masyarakat kita, alangkah banyaknya campur tangan masyarakat
kita dalam menentukan dan menetapkan kemuliaan terhadap sesuatu.
Berapa banyak kuburan-kuburan yang dikeramatkan
sebagai akibat dari campur tangan manusia dalam menentukan dan menetapkan
kemuliaan sesuatu. Berapa banyak tempat-tempat keramat, pohon-pohon keramat,
batu-batu keramat seperti batu Ponari, benda-benda keramat dan lain sebagainya
sebagai akibat dari campur tangan manusia dalam menentukan dan menetapkan kemuliaan
sesuatu. Sehingga hal-hal tersebut menjadi sebuah nilai kebenaran dalam masyarakat
kita. Maka, ketika ada dai yang menyeru mereka untuk meninggalkan hal-hal yang
dikeramatkan tersebut, mereka marah. Bahkan mereka menganggap orang-orang yang
mendakwahkan kepada mereka agar mereka meninggalkan hal-hal tersebut, mereka anggap
orang-orang yang berdakwah tersebut sebagai orang-orang yang sesat, orang-orang
yang jumud, tidak taat adat dan tradisi ajaran nenek moyang.
Ketika mereka diseru agar mereka
meninggalkan hal-hal tersebut, mereka tidak mengindahkannya dan tetap
bersikeras untuk mengikuti ajaran nenek moyang mereka itu. Bahkan di sebagian
daerah, tempat-tempat semacam itu dijadikan sebagai cagar budaya dan tempat
wisata religi.
Hari Jum’at sebagaimana hari-hari lainnya.
Hari Jum’at pada hakikatnya tidak
memiliki kemuliaan jika Allah tidak menyari’atkan berbagai macam ibadah di
dalamnya. Jadi, kemuliaan hari Jum’at tidak terletak pada hari Jum’at itu
sendiri, tetapi kemuliaan itu berasal dari berbagai ibadah yang disyari’atkan
oleh Allah pada hari itu. Oleh karena itu, jika seseorang ingin mendapatkan
kemuliaan di hari Jum’at, maka hendaknya ia melakukan berbagai ibadah yang
disyari’atkan secara maksimal sesuai dengan kemampuannya pada hari Jum’at. Jika
tidak demikian, maka Jum’at baginya adalah sama seperti hari-hari lainnya.
Jadi, kemuliaan hari Jum’at
ditentukan oleh dalil syar’i. Permasalahan yang terjadi dalam masyarakat kita
adalah ragam tradisi dan keyakinan yang mengakar yang menempatkan hari Jum’at pada
tingkat kemuliaan yang bersifat mistis. Semua itu tidak terlepas dari akar
budaya Hindu yang masih melekat pada sebagian masyarakat kita. Bisa kita
katakan, sisa atau ampas dari tradisi Hindu masih ada pada masyarakat kita yang
tertuang dalam berbagai tradisi kemasyarakatan. Meskipun mereka poles dengan
polesan Islam, akan tetapi masih ada sisa-sisa tradisi Hindu di dalamnya.
Kita ambil contoh tradisi hari
kematian yang meliputi tujuh hari, hari keempat puluh, keseratus, dan seribu
hari. Maka demikian jugalah apa yang ada dalam agama Hindu, sebagaimana yang
disampaikan oleh seorang pendeta Hindu yang bernama Romo Sulinggih Winarno.
Alhamdulillah beliau telah masuk Islam dan berganti nama dengan nama Abdul Aziz.
Makan-makan di keluarga mayat yang kita kenal dengan nama “Slametan” dan dianggap
sebagai sedekah itu ternyata pada mulanya dulu dimaksudkan sebagai sesaji dalam
agama Hindu.
Kemuliaan malam Jum’at (hari Jum’at)
hanya Allah yang berhak menetapkannya Oleh karena itu, jika kita ingin
mendapatkan kemuliaan malam Jum’at (hari Jum’at), maka dapatkanlah dengan cara
melakukan berbagai ibadah yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya semampu
kita, bukan dengan melakukan berbagai tradisi yang tidak memiliki landasan
hukum dalam Islam. Terlebih lagi jika tradisi itu terdapat unsur kesyirikan kepada
Allah. Allahua’lam bish shawab.
Referensi Tulisan : Misteri Malam Jum’at
Oleh : Ust. Abu Umar Basyier dan Buku Putih Kyai NU oleh
Kyai Afrokhi Abdul Ghoni.
0 komentar:
Posting Komentar