إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
ISTAMBUL (gemaislam.com) -
Biasanya pasangan pengantin baru akan melalui hari-harinya dengan penuh
keindahan dan kesenangan, serta tidak sedikit dari mereka yang pergi ke tempat
rekreasi untuk berbulan madu.
Hal itu tidak berlaku bagi pengantin baru di
Suriah. Tidak ada kata bersantai-santai atau bercumbu mesra seharian dengan
pasangan, tetapi sang istri harus menyiapkan peralatan perang untuk suaminya,
inilah kurang lebih yang diceritakan Fathi At-Tamimi, relawan Indonesia untuk
Suriah yang saat ini berada di Turki dalam status Facebooknya pada Rabu
(22/08).
Dia menuturkan, Perempuan 20 tahun hafal
Al-Qur’an itu dengan berlinang airmata menjahit sendiri baju tempur suaminya
yang baru dinikahi dua mınggu saat pertempuran pertama memanggil para patriot
membela agama. Kemudian mengenakannya pada suatu malam yang diisi satu doa
dibaca agak keras berulang-ulang saat sujud panjang.
“Bila suamiku adalah milik para Bidadari-Mu,
Jangan kembalikan ia padaku,
Bariskan sebanyak mungkin mereka di pintu
langit untuk menjemputnya.
Tapi bila berjodoh sampai lama, Jangan Engkau
biarkan sebuah lubangpun pada pakaian ini.
Aku akan bergembira apapun keputusan-Mu
Dan jadikanlah ia pendampingku di dunia dan di
Surga.”
Sang suami yang mengintip adegan tersebut lalu
bertempur bagai singa luka, tiga tank dirusak sendirian, Maju paling depan
kembali paling belakang, Belum pernah punggungnya dilihat musuh, Melegenda
dıantara kawan lawan, dibakar doa dan kepasrahan istri tercinta.
Disaat yang sama, istrınya bekerja keras
membantu korban-korban perang, menghibur mereka, menjamin sandang pangan papan,
merawat luka, mendoakan para pejuang, menjadi pemimpin grup relawan terdiri
dari keluarga mujahidin atau yang ditinggalkan.
Ketika akhirnya Bidadari Surga menjemput
suaminya di pintu langit, Para komandan grup seluruh Suriah bahkan yang
bermarkas di gunung-gunung datang atau mengirim utusan berbela sungkawa
“Suamimu, Abu Umar, Adalah pahlawan dan
kebanggaan kami, Semoga akan banyak laınnya di negeri ini.”
Ketika banyak orang kaya di negara-negara Arab
mendengar kisah beliau, Mereka berlomba melamarnya, Tapi beliau enggan dan
membaktikan hıdupnya demi rakyat, berjanjı tıdak akan menikah lagi hingga
Suriah bebas dari rezim Syi’ah.
Perempuan itu namanya perlahan mulai berkibar,
Jadi contoh ketabahan gadis-gadis lain dan sekarang dijulukı Oummus Suuri,
Ibunya Suriah. Namanya Ahlam Al-A’ini darı Homs.
Kisah ini dicerıtakan langsung oleh salah satu
korban perang yang sempat dırawat oleh beliau di RS. lapangan di Homs dan
sekarang berada di kamp pengungsian di Turki. (bms)
0 komentar:
Posting Komentar