Pages

Rabu, 22 Agustus 2012

Sahabat, Mulailah untuk Berdakwah



إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار


Syaikh Muhammad Al 'Arifi bercerita :
Seorang pemuda pelajar di perguruan tinggi pernah menahanku. Ia berkata : "aku mempunyai pertanyaan!"

Aku menjawab : "Apa pertanyaanmu?"

Ia berkata : "Jika aku ingin menunaikan shalat sunnah seperti Witir atau Dhuha; apakah aku wajib berwudhu? Ataukah aku shalat tanpa bersuci?!"

Aku heran dengan pertanyaannya dan aku mengira diriku tidak memahami pertanyaan itu. Aku memintanya untuk mengulangi pertanyaannya, dan ia pun mengulangi pertanyaan yang sama!!

Akhirnya aku menjawab : "Tentu saja. Engkau wajib berwudhu. Engkau punya masalah tentang ini?"

Ia berkata : "(Aku berpikir), shalat ini adalah kebaikan yang datang dariku, kenapa aku harus berwudhu untuknya?" (??!!)

******

Berkata seorang Syaikh,
Saya pernah menyampaikan ceramah di sebuah masjid tentang hukum-hukum thaharah besar dan kecil. Ketika keluar, seorang pemuda seumuran mahasiswa kampus memegangku. Ia berkata :
"Syaikh, engkau telah menyebutkan tadi bahwa siapa yang bangun dari tidurnya dalam keadaan junub dikarenakan mimpi basah, maka dia wajib mandi."

Saya menjawab : "Iya, benar."

Ia bertanya kembali : "Apakah yang wajib baginya itu wudhu saja seperti wudhu untuk shalat ataukah mandi yang sempurna?!"

Saya menjawab : "Bahkan wajib baginya mandi yang sempurna. Dia mengguyurkan air ke seluruh tubuhnya. Jika dia tidak melakukannya, hadats itu tidak hilang darinya, dan akibatnya, shalatnya tidak sah."

Anak muda itu berkata : "Demi Allah, semenjak bertahun-tahun jika aku junub dalam tidur, aku hanya mencukupkannya dengan wudhu seperti wudhuku untuk shalat. Sama sekali aku tidak tahu tentang kewajiban mandi dalam keadaan demikian kecuali saat ini!!" (??!!)

******

Sahabat,

Bukanlah perkara aneh jika datang pertanyaan seperti ini di zaman ketika orang-orang berilmu semakin sedikit dan kebodohan semakin tersebar. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa diantara tanda-tanda Kiamat adalah semakin sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.

Ya, siapa yang mau memperhatikan keadaan manusia, maka dia akan dapatkan berpalingnya mereka dari ilmu, majelis-majelis ilmu, membaca buku, dan tenggelam dalam lautan kejahilan dan kebodohan.

Anehnya juga, sebagian orang begitu sibuk dengan persoalan-persoalan "besar" yang tidak terjangkau oleh dirinya dan tidak dibutuhkan orang awam, dan luput darinya perkara-perkara "kecil" yang wajib untuk segera diamalkan.

Sahabat,

Siapapun diri Anda, marilah memperbaiki keadaan. Tuntutlah ilmu dan ajarkan ilmu tersebut kepada orang-orang bodoh dari umat ini. Tidak perlu berbicara besar tentang penegakan Syariat Islam, sementara mayoritas masyarakat kita jahil dengan persoalan-persoalan "kecil" seperti dalam kisah diatas.

Pahamilah prioritas dakwah dan komitmenlah diatas jalan dakwah ini. Semoga Allah memberkahi perjuangan kita. Aamiin!!

******

Kisah dikutip dari Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al ‘Arifi dalam "Hal Tabhats ‘an al-Wadzhifah?"


MULAILAH UNTUK BERDAKWAH.

Syaikh Muhammad al ‘Arifi berkata :
Seorang da’i pernah menceritakan kepadaku bahwa pintu rumahnya diketuk orang pada akhir malam. Berkata Syaikh itu : Aku pun keluar dan aku dikagetkan dengan seorang pemuda yang nampak padanya bekas-bekas maksiat. Aku bertanya padanya : "Apa yang engkau inginkan?"

Ia berkata : "Bersamaku di mobil ada dua orang pekerja India yang ber-Islam melalui tanganku. Aku datangkan mereka kepadamu agar engkau ajarkan kepada mereka syahadat dan berkenan menjawab pertanyaan mereka berdua."

Berkata Syaikh : Aku pun heran dan bertanya : "Bagaimana engkau bisa mendakwahi keduanya?"

Ia berkata : "Aku selalu mengikuti mereka dengan memberikan buku-buku dan kaset hingga akhirnya mereka ber-Islam."


Sahabat,

Berapa banyak orang yang melihat kawan-kawannya melakukan perbuatan haram, bertukar gambar-gambar yang diharamkan, berpacaran, dan sebagainya, namun, walaupun demikian, jika kita minta dia untuk bernasehat, ia akan mengatakan : "Saya pribadi masih butuh kepada nasehat, saya masih melakukan perbuatan dosa, jika saya sudah komitmen dengan agama ini, saya akan bernasehat kepada orang lain"

Aneh... Alangkah bahagianya setan mendengarkan kata-kata ini.

Bagaimanakah Islam masuk ke India dan China?! Sampai-sampai di India saat ini terdapat 100 juta muslim, dan di China juga dengan jumlah yang hampir sama, siapa yang mendakwahi mereka?

Mereka hanyalah orang-orang biasa, bukan penuntut ilmu,, bukan imam-imam masjid, dan bukan juga alumni fakultas Syari’ah.

Orang-orang yang datang untuk berdagang, yang kemudian -dengan sedikit bekal pemahaman agama-, mengajak manusia kepada agama Allah hingga manusia pun masuk ke dalam Islam, Dari orang-orang yang masuk Islam itulah kemudian muncul ulama-ulama dan da’i-da’i, dan pahala hidayah mereka itu akan dicatat dalam catatan kebaikan para pedagang tersebut.

Sahabat,

Jangan pernah menyerah dengan dosa dan maksiat yang telah dan sedang Anda lakukan. Berusahalah untuk meninggalkan dosa dan maksiat tersebut, dan teruslah berdakwah dan berbuat kebaikan… Semoga Allah mengampuni kita semua. Aamiin.

ولو لم يعظ فى الناس من هو مذنب # فمن يعظ العاصين بعد محمد؟

“Kalau bukan yang menasehati manusia adalah orang yang berbuat dosa
Maka siapakah yang akan menasehati para pelaku maksiat setelah Muhammad?!
(shallallahu ‘alaihi wasalam)

Faedah yang diambil dari Syaikh Muhammad al ‘Arifi, dalam bukunya “Hal Tabhats ‘an al Wadzhifah?”

Sumber: Belajar Manhaj Salafy

0 komentar:

Posting Komentar