إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Syaikh Muhammad Al
'Arifi bercerita :
Seorang pemuda pelajar di perguruan tinggi pernah menahanku. Ia berkata : "aku
mempunyai pertanyaan!"
Aku menjawab : "Apa pertanyaanmu?"
Ia berkata : "Jika aku ingin menunaikan shalat sunnah seperti Witir
atau Dhuha; apakah aku wajib berwudhu? Ataukah aku shalat tanpa bersuci?!"
Aku heran dengan pertanyaannya dan aku mengira diriku tidak memahami
pertanyaan itu. Aku memintanya untuk mengulangi pertanyaannya, dan ia pun
mengulangi pertanyaan yang sama!!
Akhirnya aku menjawab : "Tentu saja. Engkau wajib berwudhu. Engkau
punya masalah tentang ini?"
Ia berkata : "(Aku berpikir), shalat ini adalah kebaikan yang
datang dariku, kenapa aku harus berwudhu untuknya?" (??!!)
******
Berkata seorang Syaikh,
Berkata seorang Syaikh,
Saya pernah menyampaikan ceramah di sebuah masjid tentang hukum-hukum
thaharah besar dan kecil. Ketika keluar, seorang pemuda seumuran mahasiswa
kampus memegangku. Ia berkata :
"Syaikh, engkau
telah menyebutkan tadi bahwa siapa yang bangun dari tidurnya dalam keadaan
junub dikarenakan mimpi basah, maka dia wajib mandi."
Saya menjawab : "Iya,
benar."
Ia bertanya kembali : "Apakah
yang wajib baginya itu wudhu saja seperti wudhu untuk shalat ataukah mandi yang
sempurna?!"
Saya menjawab : "Bahkan
wajib baginya mandi yang sempurna. Dia mengguyurkan air ke seluruh tubuhnya.
Jika dia tidak melakukannya, hadats itu tidak hilang darinya, dan akibatnya,
shalatnya tidak sah."
Anak muda itu berkata :
"Demi Allah, semenjak bertahun-tahun jika aku junub dalam tidur, aku
hanya mencukupkannya dengan wudhu seperti wudhuku untuk shalat. Sama sekali aku
tidak tahu tentang kewajiban mandi dalam keadaan demikian kecuali saat
ini!!" (??!!)
******
Sahabat,
Sahabat,
Bukanlah perkara aneh jika datang pertanyaan seperti ini di zaman ketika
orang-orang berilmu semakin sedikit dan kebodohan semakin tersebar. Bahkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa diantara
tanda-tanda Kiamat adalah semakin sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.
Ya, siapa yang mau memperhatikan keadaan manusia, maka dia akan dapatkan
berpalingnya mereka dari ilmu, majelis-majelis ilmu, membaca buku, dan
tenggelam dalam lautan kejahilan dan kebodohan.
Anehnya juga, sebagian orang begitu sibuk dengan persoalan-persoalan
"besar" yang tidak terjangkau oleh dirinya dan tidak dibutuhkan orang
awam, dan luput darinya perkara-perkara "kecil" yang wajib untuk
segera diamalkan.
Sahabat,
Siapapun diri Anda, marilah memperbaiki keadaan. Tuntutlah ilmu dan ajarkan
ilmu tersebut kepada orang-orang bodoh dari umat ini. Tidak perlu berbicara
besar tentang penegakan Syariat Islam, sementara mayoritas masyarakat kita
jahil dengan persoalan-persoalan "kecil" seperti dalam kisah diatas.
Pahamilah prioritas dakwah dan komitmenlah diatas jalan dakwah ini. Semoga
Allah memberkahi perjuangan kita. Aamiin!!
******
Kisah dikutip dari Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al ‘Arifi dalam "Hal Tabhats ‘an al-Wadzhifah?"
Kisah dikutip dari Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al ‘Arifi dalam "Hal Tabhats ‘an al-Wadzhifah?"
MULAILAH UNTUK
BERDAKWAH.
Syaikh Muhammad al
‘Arifi berkata :
Seorang da’i pernah menceritakan kepadaku bahwa pintu rumahnya diketuk
orang pada akhir malam. Berkata Syaikh itu : Aku pun keluar dan aku dikagetkan
dengan seorang pemuda yang nampak padanya bekas-bekas maksiat. Aku bertanya
padanya : "Apa yang engkau inginkan?"
Ia berkata : "Bersamaku di mobil ada dua orang pekerja India yang
ber-Islam melalui tanganku. Aku datangkan mereka kepadamu agar engkau ajarkan
kepada mereka syahadat dan berkenan menjawab pertanyaan mereka berdua."
Berkata Syaikh : Aku pun heran dan bertanya : "Bagaimana engkau
bisa mendakwahi keduanya?"
Ia berkata : "Aku selalu mengikuti mereka dengan memberikan
buku-buku dan kaset hingga akhirnya mereka ber-Islam."
Sahabat,
Berapa banyak orang yang melihat kawan-kawannya melakukan perbuatan haram,
bertukar gambar-gambar yang diharamkan, berpacaran, dan sebagainya, namun,
walaupun demikian, jika kita minta dia untuk bernasehat, ia akan mengatakan : "Saya
pribadi masih butuh kepada nasehat, saya masih melakukan perbuatan dosa, jika
saya sudah komitmen dengan agama ini, saya akan bernasehat kepada orang
lain"
Aneh... Alangkah bahagianya setan mendengarkan kata-kata ini.
Bagaimanakah Islam masuk ke India dan China?! Sampai-sampai di India saat
ini terdapat 100 juta muslim, dan di China juga dengan jumlah yang hampir sama,
siapa yang mendakwahi mereka?
Mereka hanyalah orang-orang biasa, bukan penuntut ilmu,, bukan imam-imam
masjid, dan bukan juga alumni fakultas Syari’ah.
Orang-orang yang datang untuk berdagang, yang kemudian -dengan sedikit
bekal pemahaman agama-, mengajak manusia kepada agama Allah hingga manusia pun
masuk ke dalam Islam, Dari orang-orang yang masuk Islam itulah kemudian muncul
ulama-ulama dan da’i-da’i, dan pahala hidayah mereka itu akan dicatat dalam
catatan kebaikan para pedagang tersebut.
Sahabat,
Jangan pernah menyerah dengan dosa dan maksiat yang telah dan sedang Anda
lakukan. Berusahalah untuk meninggalkan dosa dan maksiat tersebut, dan teruslah
berdakwah dan berbuat kebaikan… Semoga Allah mengampuni kita semua. Aamiin.
ولو لم يعظ فى الناس من هو مذنب # فمن يعظ العاصين بعد محمد؟
“Kalau bukan yang
menasehati manusia adalah orang yang berbuat dosa
Maka siapakah yang akan menasehati para pelaku maksiat setelah Muhammad?! (shallallahu ‘alaihi wasalam)
Maka siapakah yang akan menasehati para pelaku maksiat setelah Muhammad?! (shallallahu ‘alaihi wasalam)
Faedah yang diambil
dari Syaikh Muhammad al ‘Arifi, dalam bukunya “Hal Tabhats ‘an al
Wadzhifah?”
Sumber: Belajar Manhaj Salafy
Sumber: Belajar Manhaj Salafy
0 komentar:
Posting Komentar