إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Berikut ini adalah
kisah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah dengan enam
penuntut ilmu Somalia yang akan dihukum gantung oleh pemerintah Somalia atas
kejahatan yang tidak pernah mereka lakukan. Mungkin disebabkan karena hasad
terhadap dakwah salafiyah yang menyebabkan mereka difitnah dan akan dihukum
mati.
Asy-Syaikh Salim
Ath-Thawil menceritakan, “Aku akan menceritakan sebuah kisah yang sebagian dari
kalian belum mendengarnya. Aku yakin sebagian dari kalian belum pernah
mendengarnya. Syaikh Falah bin Ismail Al-Mandakar menceritakan kepada kami yang
pada waktu itu beliau masih menjadi seorang pelajar di Jami’ah Islamiyyah.
Beliau (Syaikh Falah)
berkata: Datang kepadaku empat saudara dari Somalia dan mereka dalam keadaan
menangis. Mereka berkata bahwa ada enam saudara Salafi mereka yang akan
dieksekusi besok pagi setelah sholat Shubuh oleh Siad Barre (yang waktu itu
sebagai Presiden Somalia) dengan cara digantung.
Fulan.. Fulan.. dan
Fulan dari saudara-saudara kami sejumlah enam orang dan empat orang di
antaranya dikirim oleh mereka yang ditugaskan untuk memberi fatwa. Syaikh Ibn
Baz-lah yang menanggung biaya (tinggal di sana) agar mereka bisa berdakwah di
Somalia. Salafiyyun kenal dengan Syaikh Ibn Baz, enam orang dari mereka akan
dihukum gantung setelah sholat Shubuh. Mereka pun menangisi keadaan
saudara-saudara mereka.
Bayangkan sendiri, enam
saudara yang kamu sendiri telah saling mengenal satu sama lain dan
saudara-saudaramu akan dihukum mati besok pagi. Dan waktu itu telah pukul 11
malam, apa yang bisa kami perbuat?
Mereka berada di
Madinah sedangkan yang lainnya berada di Somalia dan juga Syaikh Falah ketika
itu hanyalah seorang pelajar. Akhirnya mereka memutuskan untuk menemui Syaikh
Abu Bakr Al-Jaza’iri.
Dia berkata, “Kami
akan mengetuk pintu rumahnya.” Dan ketika itu Syaikh sedang tidur. Dia
berkata, “Ini Falah bin Ismail Al-Kuwaity, ini amat penting.”
Kami pun masuk, “Wahai
Syaikh, mohon dengarkanlah saudara kita ini hendak berkata. Mereka sedang
menangis. Siad Barre akan menghukum mati enam saudara kita Salafiyyin.”
Syaikh berdiri dan
menangis bersama mereka, “Apa yang perlu kami bantu?”
Kami tidak ada seorang
pun lagi setelah Allah kecuali Al-Walid Syaikh Ibn Baz. Kami pun menghubungi
beliau dan waktu itu telah menunjukkan pukul 12 malam lebih. Kami pun
menghubungi Riyadh dan diangkat oleh sekretaris yang waktu itu adalah Syaikh
Ibrahim rahimahullah.
Beliau berkata, “Ini
Abu Bakr Al-Jaza’iri dari Madinah. Ini darurat, kami ingin berbicara dengan
Syaikh Ibn Baz.”
Syaikh Ibrahim berkata,
“Beliau sedang tidur.”
Syaikh Abu Bakr
berkata, “Ini adalah perkara yang tidak bisa ditunda.”
Syaikh Ibrahim, “Baiklah,
tunggu sebentar.”
Dan setelah itu Syaikh
Ibn Baz menjawab dan berkata, “Ya?”
Kemudian beliau
meletakkannya ke pengeras suara. Empat orang saudara dari Somalia, Syaikh Abu
Bakr dan saya (Syaikh Falah -pent) yang ke-enam. Jadi, dia menjelaskan kepada
Syaikh apa yang telah terjadi.
Syaikh Ibn Baz pun
mulai menangis bersama mereka. Dia berkata, “Wahai Syaikh, Fulan dan Fulan
yang engkau sendiri telah mengenalnya dan mengantarnya sendiri (ke Somalia
-pent). Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
Beliau berkata, “Letakkan
telepon, kita lihat apa yang Allah akan perbuat untuk kita. Tunggulah.”
Syaikh Falah berkata, “Kami
duduk menunggu hingga pukul setengah tiga malam di telepon.”
Dan saudara-saudara
kita tersebut emosi yang mendalam terhadap saudara-saudara mereka yang akan
dihukum mati keesokan harinya setelah sholat Shubuh.
Syaikh Ibn Baz
menelepon mereka, “Bantuan telah datang! Bantuan telah datang! Tenanglah,
bantuan telah datang!”
Syaikh Falah berkata, “Apa
yang telah terjadi, wahai Syaikh?”
Syaikh Ibn Baz berkata,
“Syaikh Ibrahim yang akan menceritakannya kepadamu.”
Syaikh Ibrahim berkata,
Setelah Syaikh meletakkan telepon, beliau menghubungi Raja Abdullah (yang saat
itu masih sebagai pangeran putra mahkota -pent). Dikatakan kepada beliau bahwa
Pangeran sedang tidur. Beliau berkata, “Sampaikan bahwa ini dari Abdul Aziz
bin Baz.”
Dijawab, “Wahai
Syaikh, beliau sedang tidur.”
Beliau berkata, “Demi
Allah, jika beliau tidak menjawab panggilanku maka aku akan datang sendiri ke
istana beliau. Ini adalah perkara yang tidak bisa ditunda.”
Dijawab, “Wahai
Syaikh, anda ingin ke istana pada waktu ini?!”
Khalas, dia meletakkan
telepon dan membangunkan Pangeran. Kemudian beliau menjawab dan berkata, “Assalamu’alaikum.
Bagaimana kabar anda wahai Syaikh, baik?”
Syaikh Ibn Baz berkata,
“Siad Barre akan menghukum mati enam saudara kita setelah Shubuh besok dan
empat di antaranya adalah yang telah aku hantarkan.”
Pangeran Abdullah
berkata, “Barre adalah orang yang kejam. Wallahi, orang yang kejam. Engkau
mengirim mereka (ke Somalia -pent) dan Barre akan membunuhnya?! Wallahi,
Barre orang yang kejam. Baik, Tunggulah.”
Beliau mengatakan bahwa
kami menunggu dan Pangeran menelepon Barre. Setelah itu Pangeran menelepon
Syaikh kembali.
Pangeran berkata, “Semua
telah selesai, wahai Syaikh. Aku telah berbicara kepadanya dan besok setelah
Shubuh akan ada amnesti kepada semua orang (yang ada dipenjara)!"
Syaikh Ibn Baz
diberkahi, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang telah beliau perbuat
kecuali Allah.
0 komentar:
Posting Komentar