إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن
خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها
وك
ل محدثة بدعة
وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار
Virus hati yang bernama al Isyq (cinta), ternyata
telah memakan banyak korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja nekad
bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah
mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula
sejak mereka bersama menggembala domba sewaktu kecil hingga dewasa. Akhirnya
sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika Laila dipersunting oleh
pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang
mengalaminya ? Mari kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnul Qayyim
dalam karya besarnya Zadul Ma’ad.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ”Gejolak cinta
merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan
berbeda dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebabnya maupun
terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam
hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit
disembuhkan.”
KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL ISYQ
Penyakit al Isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari
rasa cinta kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada
selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu denganNya pasti
akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis
salam,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda
(dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. (Yusuf
: 24).
Dari ayat di atas, nyatalah bahwa mengingat Allah azza wa jalla merupakan cara yang ampuh untuk menghindar dari virus ini. Artinya, hal yang dapat memalingkan manusia dari kemaksiatan adalah dengan cara menghindari berbagai sarana yang dapat membawa kita menuju kemaksiatan itu.
Ulama Salaf berkata, “Penyakit cinta adalah getaran hati yang
kosong dari segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan kecintaannya itu”.
Penyakit
al Isyq terjadi karena dua sebab.
1.
Karena
mengganggap indah hal yang dicintainya.
2.
Perasaan ingin
memiliki sesuatu yang dicintainya.
Jika salah satu dari dua faktor ini tidak ada, niscaya kita tidak
akan tertular virus ini. Walaupun penyakit kronis ini telah membingungkan
banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi
yang diberikan belum juga berhasil.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “ketetapan Allah
Subhanahu wa Ta'ala dengan hikmahNya dalam menciptakan makhlukNya dalam kondisi
saling mencari yang sesuai dengannya. Secara fitrah saling tertarik dengan
jenisnya, dan sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.”
Allah Azza wa Jalla befirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا
“Dialah
Yang Menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
isterinya, agar dia merasa senang kepadanya”. (Al A’raf :
189).
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh
itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal akan bersatu
dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari [7/267]
dari ‘Aisyah secara muallaq, dan Muslim [2638] dari jalan Abu Hurairah secara
mausul).
Karena itulah syariat Allah menghukumi sesuatu menurut jenisnya.
Mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan berbeda atau
mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain,
maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau
kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.
Allah berfirman,
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
"Kumpulkanlah
orang-orang yang zalim beserta teman mereka dan sembahan-sembahan yang selalu
mereka sembah”. (Ash Shaffat : 22).
Yakni setiap orang akan dikumpulkan dengan orang-orang yang sama perilakunya.
Allah akan mengumpulkan orang-orang yang saling mencintai karenaNya ke dalam
surga, dan orang–orang yang saling berkasih-kasihan di atas jalan syetan
digiring ke neraka. Mau tidak mau, maka setiap orang akan dikumpulkan dengan
siapa yang dicintainya.
Di dalam Mustadrak Al Isyq Hakim disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum,
kecuali akan dikumpulkan bersama mereka kelak.” (HR. Ahmad [6/145] dan An
Nasa’i dari jalan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha).
CINTA
DAN JENIS-JENISNYA
Cinta
memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan. Diantaranya,
1.
Mahabbatu
fillah wa lillah
Cinta ini
adalah cinta karena Allah dan di dalam agama Allah. Yaitu cinta yang
mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, dilakukan berlandaskan cinta
kepada Allah dan Rasulullah. Cinta ini adalah cinta yang tertinggi dan yang
paling mulia.
2.
Cinta yang
terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, madzhab, ideologi,
hubungan kekeluargaaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.
3.
Al Mahabbah al
‘Ardhiyah
Yaitu cinta
yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik
karena kedudukan, harta, ataupun karena kebutuhan biologis. Cinta yang didasari
hal-hal seperti itu akan hilang bersama hilangnya apa yang ingin didapatkan
dari orang yang dicintainya.
Yakinlah, bahwa
orang yang mencintaimu karena sesuatu, akan meninggalkanmu ketika telah
mendapat apa yang diinginkannya darimu.
4.
Mahabbah al
Isyq
Yaitu cinta
karena adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang cinta dan yang dicintai.
Cinta ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya.
Cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa. Cinta ini dapat membuat rasa
was-was, hati yang gundah bahkan kehancuran.
TERAPI
PENYAKIT AL ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al Isyq dapat
disembuhkan dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut ialah
sebagai berikut,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dari
riwayat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Hai
sekalian pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia
menikah. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa
dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina)”.
Hadis
ini memberikan dua solusi utama dan sulusi pengganti, yaitu,
·
Menikah. Jika
solusi ini dapat dilakukan, maka tidak boleh mencari solusi yang lain.
Ibnu Majah rahimahullah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
“Aku
tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur
pernikahan.”
Allah azza wa jalla berfirman,
,
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (An
Nisa : 28).
Allah menyebutkan dalam ayat ini “keringanan” yang diberikan
terhadap hambaNya. Dan Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan
syahwatnya, sehingga memperbolehkan menikahi para wanita yang baik-baik.
Sebagaimana Allah memperbolehkan mendatangi budak-budak wanita.
Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita
itu jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat.
·
Jika terapi
pertama tidak dapat dilakukan akibat tertutupnya peluang menuju orang yang
dikasihinya karena ketentuan syar’i dan takdir, maka penyakit ini bisa semakin
ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan pada diri sendiri bahwa
apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi. Lebih baik baginya untuk segera
melupakannya.
·
Mengajak
akalnya berfikir, bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil
dijangkaunya itu ibarat perbuatan gila. Ibarat pungguk merindukan bulan.
Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang
yang tidak waras?
·
Apabila
kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya terhalang karena larangan
syariat, maka terapinya yaitu dengan mengangap bahwa yang dicintainya
itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Yaitu dengan cara menjauhkan
dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu ke arah yang
diingininya itu tertutup, dan mustahil tercapai.
·
Jika ternyata
jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut,
hendaklah ia mau meninggalkannya karena takut kepada Allah.
·
Jika hawa
nafsunya masih tetap ngotot dan tidak menerima terapi tadi, maka hendaklah berfikir
mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya, dan kemaslahatan
yang akan gagal diraihnya.
·
Jika terapi ini
tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi
keburukan orang yang dicintainya dan hal-hal yang dapat membuatnya menjauh
darinya. Jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya, niscaya
dia akan mendapatkannya lebih dominan daripada keindahannya. Hendaklah dia
banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihnya tentang
berbagai kejelekannya yang belum diketahuinya. Sebab sebagaimana kecantikan
sebagai faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya, maka demikian
pula kejelekan merupakan pendorong kuat agar dapat membenci dan menjauhinya.
·
Jika terapi
tadi masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir yaitu mengadu dan
memohon kepada Allah. Hendaklah dia menyerahkan jiwanya sepenuhnya di hadapan
kebesaranNya sambil memohon dan merendahkan diri.
Jika dia dapat melaksanakan terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia
telah membuka pintu pertolongan Allah. Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga
diri) dan menyembunyikan perasaannya. Jangan menjelek-jelekkan kekasihnya dan mempermalukannya
di hadapan manusia ataupun menyakitinya. Sebab hal tersebut merupakan
kedzaliman dan melampaui batas.
(Zadul
Ma’ad fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4 hlm. 265-274).
دينك على قلبي ثبت القلوب يامقلب
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati
kami di atas agama-Mu.”
(HR Tirmidzi [no.3522], Ahmad [4/302], al Hakim
[1/525], Shohih Sunan Tirmidzi [no.2792]).
0 komentar:
Posting Komentar