إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Sihaq (lesbi) adalah apa yang terjadi antara wanita dengan wanita berupa
gesekan dua farji (kemaluan wanita).
A. Definisi Lesbi
Berkata penulis kamus Al-Lisan[1], “kata اَلسَّحْقُ artinya ialah yang lembut dan yang halus,
dan مُسَاحَقَةُ النِّسَاءِ adalah kalimat lafal yang terlahir (darinya).”
Ibnu Qudamah berkata dalam kitabnya Al-Mughni (10/162), “Jika
telah bergesek dua wanita maka keduanya melakukan zina yang terlaknat
berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam
bahwasanya Beliau Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda,
” إِذَا
أَتَتِ الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَهُمَا زَانِيَتَانِِ “
“Apabila seorang wanita
mendatangi (menyetubuhi) seorang wanita maka keduanya berzina.”
Tidak ada batasan dalam
hal ini pada keduanya karena tidak ada ilaj[2] ( إِيْلاجٌ ) di dalamnya.
Maka hal itu serupa dengan mubasyaroh[3] ( مُبَاشَرَةٌ ) tanpa farji dan keduanya harus dihukum
karena telah berbuat zina yang tidak ada batasan di dalamnya, persis dengan
seorang lelaki yang menggauli wanita tanpa jima’ (hubungan intim).”
Al-Imam Al-Alusi berkata di dalam Ruhul Ma’ani, Jilid ke-8, hlm.
172-173, setelah berbicara tentang gay dan kejelekannya, beliau Rahimahullah
berkata,
” وَأُلْحِقَ
بِهَا السِّحَاقُ وَبَدَا أَيْضًا فِيْ قَوْمِ لُوْطٍ، فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ
تَأْتِي الْمَرْأَةَ “
“Sihaq (lesbi) masuk
dalam kategori liwat yang juga terjadi pada kaum Luth, yaitu seorang wanita
menyetubuhi wanita.”
Dari Hudzaifah Radhiallaahu ’anhu,
“إِنَّمَا
حَقُّ الْقَوْلِ عَلَى قَوْمِ لُوْطٍ حِيْنَ اسْتَغْنَى النِّسَاءُ بِالنِّسَاءِ ،
وَالرِّجَالُ بِالرِّجَالِ”
“Sesungguhnya benarlah
ucapan (Allah Subhaanahu wa Ta’ala) atas kaum Luth tatkala kaum wanita (dari
mereka) merasa cukup dengan para wanita dan kaum lelaki merasa cukup dengan
para lelaki.”[4]
Diriwayatkan dari Abu Hamzah, beliau berkata, ”Saya pernah mengatakan
kepada Muhammad bin Ali bahwa:
“عَذَّبَ
اللهُ نِسَاءَ قَوْمِ لُوْطٍ لِعَمَلِ رِجَالِهِمْ”’
“Allah ’Azza Wa Jalla
mengadzab para wanita kaum Luth karena perbuatan para lelaki mereka?”
Kemudian, Muhammad bin
Ali berkata:
“اَللهُ
أَعْدَلُ مِنْ ذَلِكَ ، اِسْتَغْنَى الرِّجَالُ بِالرِّجَالِ ، وَالنِّسَاءُ
بِالنِّسَاءِ”
“Allah lebih adil dari
itu (adanya adzab) karena, kaum lelaki telah merasa cukup dengan para lelaki
dan kaum wanita telah merasa cukup dengan para wanita.”[5]
B. Hukuman Perbuatan Sihaq (Lesbi)
Kita telah melihat apa yang dinukil oleh sebagian (ulama) tentang hukuman
Allah Subhaanahu wa ta’ala terhadap para wanita kaum Luth bersamaan dengan para
lelaki mereka, yaitu ketika para lelaki merasa cukup dengan kaum lelaki maka
hukumannya pun telah diketahui, tidaklah samar bagi seorang pun.
Meskipun Ibnul Qayyim berkata,
” وَلَكِنْ
لاَ يَجِبُ الْحَدُّ بِذَلِكَ لِعَدَمِ الإِيْلاَجِ، وَإِنْ أُطْلِقَ عَلَيِهِمَا
اسْمُ الزِّنَا الْعَامُ كَزِنَا الْعَيْنِ وَالْيَدِ وَالرَّجُلِ وَالْفَمِ “
“Akan tetapi, tidaklah
wajib padanya (yaitu dalam perbuatan lesbi) hukuman (bunuh) karena tidak adanya
ilaj walaupun disematkan kepada keduanya[6] nama zina secara umum, seperti zina
mata, zina tangan, zina kaki, dan zina mulut.”[7]
Demikian juga, Selain beliau ada yang berkata,
” أَنَّهُ
لَيْسَ فِيْهِ إِلاَّ التَّعْزِيْرُ
“
“Tidaklah ada pada
perbuatan lesbi, kecuali ta’zir[8].“
Akan tetapi, tidaklah hal tersebut menjadikan kita untuk menyepelekan dan
menganggap remeh dosa lesbi karena seorang wanita jika menjalani dosa tersebut,
ia telah meletakkan kedua kakinya di atas jalan pebuatan yang keji. Ia akan
melakukan yang selain dari itu dengan lebih cepat, jika terbuka sebuah
kesempatan (baginya).
Dan jika hukumannya berupa ta’zir (hukuman selain dibunuh), apakah setiap
wanita yang melakukan hal tersebut akan pergi untuk dita’zir dan disucikan atau
hukumannya ditangguhkan sampai (datang) hari kerugian dan penyesalan?
وَلَعَذَابُ
الآخِرَةِ أَشَقُّ
“Dan sesungguhnya azab
akhirat adalah lebih keras.” (QS. Ar-Ra’d : 34).
Sumber :
Buku Seks Bebas
Undercover (Halaman 84-87), Penulis Asy-Syaikh Jamal Bin Abdurrahman Ismail
dan dr. Ahmad Nida, Penerjemanah Syuhada abu Syakir Al-Iskandar As-Salafi,
Penerbit Toobagus Publishing, Bandung. Dikutip dari Blog Al Akh dr. Abu Hana.
[1] Lisaanul ‘Arab
pada judul سحق.
[2] Ilaj ( إِيْلاجٌ )
ialah masuknya kepala zakar pria pada kemaluan wanita.
[3] Mubasyarah (مُبَاشَرَةٌ
) ialah hubungan badan antara suami dan istri.
[4] Para perawi hadits
ini terpercaya, hadits ini dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’b Al-Iimaan
dan oleh As-Suyuthi dalam Ad-Daar Al-Mantsuur (3/100).
[5] Hadits ini
dikeluarkan oleh Al-Baihaqi, Ibnu Abiddunya dan Ibnu ‘Asakir.
[6] Yang dimaksud oleh
Ibnul Qayyim dengan ucapannya “kepada keduanya” ialah seorang lelaki menggauli
lelaki lain dengan kemaluan tanpa adanya ilaj dan seorang wanita yang menggauli
wanita lain maka tidak terjadi ilaj padanya.
[7] Al-Jawaab
Al-Kaafi, hlm. 201.
[8] Ta’zir adalah
hukuman bagi para pelaku maksiat tidak sampai dibunuh.
0 komentar:
Posting Komentar