إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Pertanyaan
:
Assalamu
'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustadz,
Saya belum memahami hikmah perintah membunuh cicak jika membaca riwayat
berikut: Diriwayatkan dari Imam Ahmad, "Bahwasanya ketika Ibrahim
dilemparkan ke dalam api maka mulailah semua hewan melata berusaha
memadamkannya, kecuali cicak, karena sesungguhnya cicak itu mengembus-hembus
api yang membakar Ibrahim. " (HR. Imam Ahmad [6:217])
Cicak
yang mengembus agar api semakin membesar terjadi pada masa Nabi
Ibrahim. Apakah cicak termasuk hewan terkutuk sehingga ia tetap harus
dibunuh hingga akhir zaman? Bukankah cicak mengurangi populasi nyamuk?
Jazakumullah
khairan katsira (semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan yang banyak).
Jawaban:
Wa'alaikumussalam
warahmatullah wabarakatuh. Bismillah...
Pertama: Ada
banyak dalil yang memerintahkan kita untuk membunuh cicak, di antaranya:
1. Dari
Ummu Syarik radhiallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan untuk membunuh cecak. Ia mengatakan, "Dahulu,
cicak yang meniup dan memperbesar api yang membakar Ibrahim." (HR.
Muttafaq 'alaih).
2. Dari
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Siapa saja yang membunuh cicak dengan sekali bantingan
maka ia mendapat pahala sekian. Siapa saja yang membunuhnya dengan dua
kali bantingan maka ia mendapat pahala sekian (kurang dari satu).... " (HR.
Muslim).
3. Dalam
riwayat Muslim; dari Sa'ad, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan
untuk membunuh cicak, dan beliau menyebut (cicak) sebagai hewan fasiq
(pengganggu).
Semua riwayat di atas
menunjukkan bahwa membunuh cicak hukumnya sunnah, tanpa pengecualian.
Kedua: Sikap yang
tepat dalam memahami perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah
sikap "Sami'na wa atha'na" (dengar dan taat) dengan
berusaha mengamalkan sebisanya. Demikianlah yang dicontohkan oleh para
sahabat radhiallahu 'anhum, padahal mereka adalah manusia yang jauh
lebih bertakwa dan lebih berkasih sayang terhadap binatang, dari kita.
Di antara bagian dari
sikap tunduk dan patuh adalah menerima setiap perintah tanpa menanyakan
hikmahnya. Dalam riwayat-riwayat di atas, tidak kita jumpai pertanyaan
sahabat tentang hikmah diperintahkannya membunuh cicak. Mereka juga tidak
mempertanyakan status cicak zaman Ibrahim jika dibandingkan dengan cicak
sekarang. Jika dibandingkan antara mereka dengan kita, siapakah yang lebih
menyayangi binatang?
Ketiga: Penjelasan
di atas tidaklah menunjukkan bahwa perintah membunuh cicak tersebut tidak ada
hikmahnya.
Semua perintah dan
larangan Allah ada hikmahnya. Hanya saja, ada hikmah yang zahir, sehingga
bisa diketahui banyak orang, dan ada hikmah yang tidak diketahui banyak
orang. Adapun terkait hikmah membunuh cicak, disebutkan oleh beberapa
ulama sebagai berikut:
1. Imam
An-Nawawi menjelaskan, "Para ulama sepakat bahwa cicak termasuk hewan
kecil yang mengganggu." ( Syarh Shahih Muslim 14:236)
2. Al-Munawi
mengatakan, "Allah memerintahkan untuk membunuh cicak karena cicak
memiliki sifat yang jelek, sementara dulu, dia meniup api Ibrahim sehingga (api
itu) menjadi besar." ( Faidhul Qadir 6:193)
Keempat: Hikmah yang
disebutkan di atas, hanya sebatas untuk semakin memotivasi kita dalam beramal,
bukan sebagai dasar beramal, karena dasar kita beramal adalah perintah yang ada
pada dalil dan bukan hikmah perintah tersebut. Baik kita tahu hikmahnya
maupun tidak.
Kelima: Segala
sesuatu memiliki manfaat dan madarat. Kita-yang pandangannya terbatas-akan
menganggap bahwa cicak memiliki beberapa manfaat yang lebih besar dari madaratnya. Namun
bagi Allah-Dzat yang pandangan-Nya sempurna-hal tersebut menjadi
lain. Allah menganggap madarat cicak lebih besar dibandingkan
manfaatnya. Karena itu, Allah memerintahkan untuk membunuhnya. Siapa
yang bisa dijadikan acuan: pandangan manusia yang serba kurang dan terbatas
ataukah pandangan Allah yang sempurna?
Keenam: Manakah
yang lebih penting, antara mengamalkan perintah syariat atau melestarikan hewan
namun tidak sesuai dengan perintah syariat? Orang yang kenal agama akan
mengatakan, "Mengamalkan perintah syariat itu lebih
penting. Jangankan, hanya sebatas cicak, bila perlu, harta, tenaga, dan
jiwa kita korbankan demi melaksanakan perintah jihad, meskipun itu adalah jihad
yang sunnah."
Semoga perenungan ini bisa menjadi acuan bagi kita
untuk tunduk dan patuh pada aturan syariat Allah. Allahu a'lam.
Dijawab
oleh Ustadz Ammi Nur Baits, dari Tim Dakwah Konsultasi Syariah.
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar