إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Faisal bin ‘Abd al
‘Aziz Al Sa’ud (1906 – 25 Maret 1975) adalah Raja Arab Saudi yang menjabat
mulai tahun 1964 hingga tahun 1975. Raja Faisal lahir di Riyadh dan merupakan
anak keempat Raja Abdul Aziz Al Saud. Faisal juga keturunan langsung Syaikhul
Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh melalui ibunya. Di antara
keluarganya, pendidikan Faisal, terutama pendidikan agama tergolong menonjol.
Pada umur 16 tahun,
Faisal dipercaya menjadi pemimpin sebuah ekspedisi untuk menumpas pemberontakan
sebuah suku di Asir, Hijaz bagian Selatan. Kemudian pada umur 19 tahun ia
menjadi komandan pasukan yang merebut kota Jeddah dari suku Hashemit, rival
dinasti Arab Saudi.
Ayahnya mengangkat
Faisal menjadi Raja Muda Hijaz pada tahun 1926. Faisal mencapai puncak karir
militernya pada tahun 1934 dengan suatu kenaikan pangkat yang cepat setelah
merebut pelabuhan Hoderida selama perang singkat melawan Yaman. Setelah Arab
Saudi didirikan, dia diberi jabatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi pada tahun
1932. Jabatan ini ia jalankan dengan cukup baik. Buktinya, ketika membawakan
pidato kenegaraan dalam KTT Perdamaian di Versailles, Prancis, kharisma
kepemimpinannya berhasil memukau delegasi asing yang hadir di konferensi
tersebut.
Setelah resolusi PBB
mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum
menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika
Serikat, tetapi desakannya itu ditolak. Dan akhirnya pada tanggal 2 November
1964, ia pun dilantik menjadi Raja.
Dalam pidato
penobatannya Faisal mengatakan, “Saya memohon kepada Allah semoga berkenan
melindungi kita. Kiranya kita sekarang dapat memulai sebuah pekerjaan besar di
atas suatu landasan yang kuat. Al-Qur’an tidak pernah menghalangi kemajuan.
Allah senang kepada umatnya yang kuat. Mari kita lipatgandakan setiap usaha di
semua bidang kehidupan untuk menyejahterakan kehidupan rakyat dan meletakkan
negara dalam kedudukan yang terhormat.”
Faisal dikenal sebagai
raja yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dia lebih
mengutamakan kepentingan rakyat (pro poor) daripada mengikuti ambisi pribadi
dan golongan untuk memupuk emas dan tahta. Apalagi untuk korupsi. Hal ini
terlihat ketika tahun 1967 Raja Faisal menghapus program perbudakan dengan cara
membayar budak-budak sewaan dari tangan majikan-majikannya. Ia rela membayar
hingga 2800 dollar hanya untuk seorang budak. Raja Faisal juga melakukan
penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil Cadillac milik istana. Dananya
digunakan untuk membangun sumur raksasa sedalam 1200 meter yang kemudian
menjadi sumber mata air rakyat di lahan-lahan tandus di Semenanjung Arab.
Ia memimpin embargo
minyak kepada negara-negara Barat. Akibatnya industri dan transportasi di
negara Barat menjadi kacau. Rakyat Amerika dan Eropa mengantri panjang untuk
mendapatkan BBM. BBM dijatah seperti Indonesia pada masa krisis. Akibatnya,
Amerika terpaksa menghentikan sementara bantuannya kepada Israel. Untuk
mengatasi krisis, Presiden AS saat itu, Richard Nixon sampai turun tangan
langsung. Ia segera mengunjungi Raja Faisal di negaranya pada bulan Juni 1974
dan memintanya menyerukan penghentian embargo minyak dan perang Arab-Israel.
Dengan penuh izzah,
Raja Faisal berkata, “Tidak akan ada perdamaian sebelum Yahudi mengembalikan
tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!”
Alhasil, Nixon pulang
ke negaranya tanpa hasil. Penolakan itu jelas membuat Amerika merasa geram.
Diam-diam mereka merencanakan sebuah operasi untuk menyingkirkan Raja Faisal.
Pada tanggal 25 Maret
1975 Faisal wafat, dibunuh oleh keponakannya sendiri yaitu Faisal bin Mus’ad di
istananya. Faisal bin Mus’ad menyamar sebagai seorang delegasi Kuwait yang
menunggu untuk bertemu dengan Raja Faisal. Saat Raja Faisal berjalan ke arahnya
untuk menyambut, Faisal bin Musad mengeluarkan sepucuk pistol dan kemudian
menembakkannya ke tubuh Raja Faisal sebanyak tiga kali. Penyelidikan resmi
menyatakan pembunuhan itu dilakukan atas inisiatif Faisal bin Mus’ad sendiri.
Namun banyak orang yakin, Amerika dengan CIA-nya berperan sebagai dalang
pembunuhan itu.
Berikut adalah
petikan pidato yang menggetarkan dunia Islam dari Raja Faisal:
“Saudara-saudaraku,
apa yang kita tunggu? Apakah kita mau menunggu nurani dunia? Dimanakah nurani
dunia itu?
Wahai saudaraku kaum muslimin, kami menginginkan kaum dan kebangkitan Islam, yang tidak dimuliakan oleh kesukuan, kebangsaan, dan juga partai. Tapi dakwah Islamiyah, seruan kepada jihad fi sabilillah, di jalan membela agama dan akidah kita, membela kesucian kita. Dan aku berharap kepada Allah, jika menetapkan aku mati, maka tetapkanlah aku syahid fi sabilillah.
Saudaraku
Maafkanlah aku, agar kalian tidak menuntutku. Karena sesungguhnya ketika aku berteriak, masjid mulia kita dihinakan dan dilecehkan, dipraktekkan di dalamnya kehinaan, kemaksiatan, dan penyimpangan moral.
Sesungguhnya aku berharap kepada Allah dengan ikhlas. Jika Ia tidak menetapkan kami untuk berjihad dan membebaskan tanah suci, maka janganlah palingkan aku sesaat darinya di hidupku”
Sumber:
Lihat videonya disini:
0 komentar:
Posting Komentar