إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Baru-baru ini beredar
sebuah tulisan yang berjudul “Yahudi bukan Israel” , “Jangan sebut Yahudi
dengan Israel” , “Jangan Laknat Israel” atau tulisan-tulisan yang semakna
dengannya.
Yang kurang lebih
isinya melarang menyebut Yahudi sebagai Israel, dilarang melaknat Israel,
karena Israel (Isra’il) adalah nama lain dari Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Sebagaimana
firman Allah ta’ala,
كُلُّ الطَّعَامِ
كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ
مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil
melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil untuk dirinya sendiri sebelum
Taurat diturunkan.” (QS. Ali Imran : 93)
Israil (Israel) yang pada ayat di atas adalah
nama lain dari Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Dan nama ini diakui
sendiri oleh orang-orang yahudi, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ibnu
Abbas radhiallahu
‘anhuma: “Sekelompok orang yahudi mendatangi Nabi untuk
menanyakan empat hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Pada salah satu
jawabannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Apakah kalian
mengakui bahwa Israil adalah Ya’qub?” Mereka menjawab: “Ya, betul.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah, saksikanlah.” (HR. Dawud
At-Thayalisy [2846])
Dalil inilah yang dipakai oleh pembuat tulisan
tersebut untuk melarang melaknat Israel, karena sama saja itu melaknat Nabi
Ya’qub ‘alaihis salam. Dan hal ini dibantah oleh al akh Hasan al-Jaizy (http://www.facebook.com/hasaneljaizy) lewat
dialog imajiner berikut,
Israel, Hizbullah dan Muhammadiyyah
Suyuthi: "Israel benar-benar bejat.
Kemarin mengorbankan banyak wanita dan anak-anak."
Syirozi: "Hush. Jangan bilang begitu.
Yahudi bukan Israel. Israel bukan Yahudi! Ente jangan sifati Israel seperti
itu!"
Suyuthi: "Lho, yang ane maksud kan
negara itu toh, penghuni dan pendukungnya!? Bukan Israel yang dimaksud sebagai
seorang utusan Allah itu."
Syirozi: "Sa'karepmu lah, yut. Kalau
tidak setuju ya keluar dari grup atau ane keluarkan!? Yang penting ndak boleh
nyebut nama Israel dengan sifatan jelek apalagi mengutuknya. Kita harus hormati
Nabi."
Suyuthi: "Yo wes lah, Syiro. Mnurut
ente, Hizbullah yang dari Lebanon itu gimana?"
Syirozy: "Hizbullah yang dipimpin Hasan
Nasrullah itu adalah kelompok sesat. Mereka semua setan-setan berkedok dan
menipu. Mereka banyak membantai Ahlus Sunnah. Syukurlah Asjowo ndak hidup di
sekitar mereka."
Suyuthi: "Wah wah, rupanya ente
melanggar aturan ente sendiri. Ente juga menghina orang-orang soleh. Gawat
ente!"
Syirozi: "Lho, kok gitu?"
Suyuthi: "Lho, tadi ane ngejelekin
Israel ente larang. Alesannya Israel adalah nama seorang utusan Allah. Sekarang
ente menyatakan Hizbullah dan menganggap mereka sesat. Gawat ente bro. Gila lu
ndro!"
Syirozi: "Lho, yang ana bilang itu
benar. Apa perlu ana kasih dalil bahwa mereka Hizbullah itu sesat? Wah, ente
pasti Syi'ah ya Yut? Ane dulu kira ente Khowarij."
Suyuthi: "Hehe. Itulah kekurangan ente,
bro. Nuntut orang tapi diri sendiri terjebak sehingga melanggar kandungan
tuntutan. Sudah gitu, dengan mudahnya mencap orang Syi'ah, Khawarij, dll. Apa
perguruan ente mendidik begitu? Kalau ane orangnya cepet ge'er, ane bisa tuntut
ke pengadilan gara-gara pencemaran nama baik. Wong Habib curhat aja bisa nyari
fulus dari pelaporan pencemaran nama baik kok. hehe."
Syirozi: "Tudepoin aja deh, bro. Jangan
seperti Ahlul Ahwa kerjaannye ngomong doang. wkwk"
Suyuthi: "Coba baca ayat terakhir Surat
Al Mujaadilah. Disitu ada istilah Hizbullah. Disebutkan Hizbullah itu muflihuun
(orang-orang beruntung). Lha ente kok malah bilang Hizbullah itu sesat? Malah
dibilang setan berkedok pula!? Ngawur kowe! wkwk."
Syirozi: "Lho. Memangnya yang ana
maksudkan Hizbullah yang itu? Hizbullah yang ana maksudkan ya yang Syi'ah sana.
Gimana toh ente ini yuuut yut!"
Suyuthi: "Nah, begitu juga dengan
Israel. Israel yang ana maksud ya negoro, bukan Nabi. Kalau sudah begitu, jangan
dibawa menjadi nama Nabi."
Syirozi: "Wah waah...nah naaah...hap
haaap."
Suyuthi: "Istilah itu toh ada yang
syar'i, ada yang urfi, ada yang majazi. Kalau yang dikenal atau dimaksudkan
dari suatu istilah dalam pembicaraan adalah istilah urfi yang sudah dikenal
sama-sama, ya ndak sah membenturkan dengan istilah syar'i. Hizbullah yang urfi
kita kenal ya Syi'ah. Kalau Hizbullah yang syar'i ya Ahlus Sunnah. Ana juga
tahu penamaan Israel semacam kamuflase dari sebagian Yahudi. Tapi ketika kita
menjelek-jelekkan Israel, yang kita maksud ya negara Israel dan pro nya. Bukan
Nabi Ya'qub. Kalau ada berita di koran bertuliskan 'Israel serang Palestina',
apa kemudian kita bakal protes: 'Jangan sebut Israel serang Palestina! Sebut
Yahudi serang Palestina!' Dan juga, emangnya itu berarti Nabi Ya'qub nyerang
Palestina!?"
Syirozi: "Yo wes ntar tak tanya ke
ustadz ane wae lah?"
Suyuthi: "Yang ane jelaskan tadi jelas
dan bener ga?"
Syirozi: "Jelas sih. Bener juga
sih."
Suyuthi: "Kalau misalnya kebenaran dan
kejelasan itu ditampik oleh ustadz ente gimana? Jadi, harus protes terus jika
ada yang nyebut Israel itu negara."
Syirozi: "Ane bakal ikut ustadz ane
lah. Masa ane ikut ente!? Siapa tahu karena kejahilan ane jadi ga ngerti maksud
dari ustadz ane."
Suyuthi: "Nah, itu yang namanya Taqlid.
Taqlid itu yang diperangi oleh perguruan ente sendiri. Piye toh? Kalo di
perguruan ane memang sudah seolah menjadi kewajiban buat bertaqlid pada pak
kyai. Perguruan ente memerangi tapi kok muride mengaplikasikan? Gaswat
ini!"
Syirozi: "Ganti topik ae lah Yut!"
Suyuthi: "Yowes. Awal bulan puasa
kemaren, Muhamadiyah menetapkan awal hari berpuasa nyelisihi kaum muslimin
negeri ini. Gimana menurutmu?"
Syirozi: "Muhammadiyah kuwi pemecah
belah umat! Hizbiyyah sejati! Ga usah diikuti."
Suyuthi: "Gawat ente. Itu nama nabi
kita tau! Muhammad! Malah ente bilang pemecah belah umat! Gawat ente! Tak
laporin ke dalang lho!"
Syirozi: "Ente yang gawat! Yang ane
maksud itu Muhammadiyah ormas masyhur itu. Bukan Nabi! Tak dor ndasmu!"
Suyuthi: "Lalu, Israel gimana? Ngomong
ae karo tanganku. wkwk"
(Percakapan di atas nyata secara kandungan,
namun tidak nyata secara kejadian. Ambil hikmahnya, jangan ambil emosinya. Yang
ngerasa, boleh marah. Yang ga ngerasa, harus ngalah. Karena kalau dua-duanya
sama-sama marah, siapa kemudian yang mengalah?)
Think first...feel next
0 komentar:
Posting Komentar