إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Tulisan ini akan
membongkar kekeliruan prediksi kiamat yang akan terjadi 21-12-2012. Isu ini
sudah beredar di dunia maya sejak setahun yang lalu. Semoga tulisan ini bisa
membentengi setiap muslim dari isu yang keliru semacam ini. Hanya Allah yang
memberi taufik.
Beberapa kelompok dari
seluruh dunia sedang berkumpul dan mulai menghitung mundur tanggal misterius
yang telah dinanti-nanti ratusan tahun: 21 Desember 2012. Berbagai kelompok
dari Amerika, Kanada dan Eropa, para pengikut sekte apokaliptis (kiamat) dan
beberapa individu mengatakan bahwa hari tersebut adalah hari terakhir dunia
ini.
Mereka yang percaya
bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012, mendasarkan kepercayaan mereka
pada kalender yang dibuat oleh suku Maya, yang ditemukan di reruntuhan di
Meksiko. Masyarakat Maya Kuno, yang dikenal maju ilmu matematika dan
astronominya, mengikuti “perhitungan panjang” kalender yang mencapai 5126 tahun.
Ketika peta astronomi mereka dipindahkan ke kalender Gregorian, yang digunakan
secara standar sekarang, waktu perhitungan bangsa Maya berhenti pada 21
Desember 2012. Mereka yang percaya juga mengatakan adanya hubungan lain selain
antara kalender maya dan kehancuran yang akan datang. Matahari akan terhubung
lurus dengan pusat Tata Surya pertama kalinya semenjak 26000 tahun yang lalu,
yang menandai puncak musim dingin. Beberapa orang mengatakan hal ini akan
mempengaruhi aliran energi ke bumi, atau karena adanya sunspot dan sunflare
yang jumlahnya membengkak, menyebabkan adanya efek terhadap medan magnet bumi.
Tukang ramal Indonesia,
Mama Lauren pun sempat angkat bicara di transTV bahwa paranormal tidak bisa
menembus tahun 2013 (hanya mentok di 2012).
Apakah betul prediksi
kiamat 2012? Semoga ajaran Islam yang haq bisa mengungkapkannya. Hanya Allah
yang memberi kemudahan dan taufik.
Tidak Ada yang Mengetahui Kapan Datangnya Hari Kiamat
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh malaikat Jibril yang datang dalam
wujud seorang Arab Badui, beliau ditanya mengenai kapan hari kiamat terjadi.
Lantas beliau menjawab,
مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
“Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”[1]
Sungguh sangat mengherankan
yang terjadi saat ini, beberapa kelompok atau tukang ramal yang sudah pasti
suka berdusta, ada yang mengetahui kapan terjadinya kiamat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri tidak mengetahui terjadinya hari kiamat, padahal
beliau adalah orang yang paling dekat dengan Allah. Begitu pula malaikat Jibril
selaku penyampai wahyu dari Allah juga tidak mengetahui kapan terjadinya hari
kiamat. Jika Nabi yang paling mulia dan malaikat yang mulia saja tidak
mengetahui tanggal, bulan atau tahun terjadinya hari kiamat, sudah sepantasnya
orang selain keduanya tidak mengetahui hal tersebut.
Perlu ditegaskan pula
bahwa waktu terjadinya hari kiamat termasuk perkara ghoib dan menjadi
kekhususan Allah yang mengetahuinya. Sehingga sungguh sangat dusta jika
beberapa paranormal (yang sebenarnya tidak normal) bisa menentukan waktu
tersebut, baik Mama Laurent, suku Maya di Meksiko atau pun yang lainnya.
Ingatlah, hanya Allah yang mengetahui terjadinya kiamat.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Kapan terjadinya?"
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi
Rabbku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain
Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di
bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba".
Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di
sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’.” (QS. Al A’raf : 187)
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi
Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya.” (QS. Al Ahzab : 63)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا, فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا, إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit,
kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya).
Kepada Rabbmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).” (QS. An Naazi’at :
42-44)
Ayat-ayat di atas
dengan sangat jelas menunjukkan bahwa tidak satu pun makhluk yang mengetahui
kapan terjadinya hari kiamat, tidak ada yang mengetahui waktunya selain Allah
Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mengetahui
karena waktu tersebut termasuk di antara mafaatihul ghoib (kunci-kunci ilmu
ghoib) yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Mengenai mafaatihul ghoib yang
dimaksudkan dapat dilihat pada firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman : 34)
Disebutkan pula dalam
kitab Shahih Al Bukhari dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ
“Kunci ilmu ghoib itu ada lima.”[2] Kemudian beliau
pun membaca firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat...”
Sebelum Terjadinya Kiamat, Akan Muncul Tanda-Tanda Terlebih Dahulu
Ketika menjelaskan
tentang hadits Jibril yang datang dengan penampilan Arab Badui dan bertanya
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kapan terjadinya hari
kiamat, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa beliau sendiri
tidak mengetahui tentang kapan terjadinya kiamat dibanding dengan yang
bertanya. Orang yang bertanya tersebut nampak seperti orang Arab Badui dan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui bahwa dia adalah Jibril setelah
dia pergi. Ketika menjawab pertanyaan kapankah kiamat terjadi, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menyangka bahwa bahwa orang itu adalah Arab Badui. Apabila
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja mengatakan tentang dirinya bahwa beliau
tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat dibanding Arab Badui tadi, maka
lebih-lebih lagi dengan orang-orang selain beliau tidak pantas untuk mengetahui
hal itu. Anehnya lagi, Al Qur’an dan hadits Nabi menyatakan bahwa kiamat itu
memiliki tanda-tanda sebelumnya dan itu amatlah banyak yang datang satu demi
satu. Namun ketika waktu sesuai dengan prediksi mereka datang, anehnya tidak
ada satu pun tanda-tanda kiamat yang muncul.”[3] Itulah anehnya.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa kiamat itu akan
datang setelah muncul beberapa tanda sebagaimana disebutkan dalam hadits
Hudzaifah bin Asid Al Ghifariy,
اطَّلَعَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ « مَا تَذَاكَرُونَ ».قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ « إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ ». فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلاَثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan kami ketika
berbincang-bincang. Beliau berkata, ‘Apa yang sedang kalian perbincangkan?’
Kami menjawab, ‘Kami sedang berbincang-bincang tentang hari kiamat.’
Beliau berkata, ‘Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat
sepuluh tanda.’ Beliau menyebutkan, ’[1] Dukhan (asap), [2] Dajjal,
[3] Daabah, [4] terbitnya matahari dari barat, [5] turunnya
Isa ‘alaihis salam, [6] keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, [7,8,9] terjadinya
tiga gerhana yaitu di timur, barat dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah
[10] keluarnya api dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya
mereka’.”[4]
Nabi ‘Isa sendiri turun kembali ke muka bumi dan beliau tinggal selama 40
tahun lamanya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bercerita mengenai Nabi ‘Isa,
فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ سَنَةً ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
“Nabi ‘Isa tinggal di muka bumi selama 40 tahun kemudian meninggal dan
dishalatkan oleh kaum muslimin.”[5]
Dari sini, mungkinkah
kiamat terjadi tahun 2012?!
Perlu diketahui bahwa
berdasarkan berbagai dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah, para ulama membagi
tanda hari kiamat menjadi dua macam yaitu tanda shughro (kecil) dan tanda kubro
(besar). Tanda kiamat shughro sendiri ada yang telah terjadi dan ada yang belum
terjadi, ada pula yang berlangsung bukan sekali bahkan terus menerus dan lama
kelamaan tanda tersebut lebih banyak terjadi dari waktu-waktu sebelumnya.
Secara lebih lengkap,
tanda-tanda kiamat dapat dibagi menjadi empat macam:
Pertama, tanda shughro
yang pernah terjadi dan telah berakhir. Contohnya adalah diutusnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan terbelahnya bulan.
Kedua, tanda shughro
yang terus menerus terjadi dan berulang. Contohnya adalah menyerahkan amanah
kepada orang yang bukan ahlinya, muncul para pendusta yang mengaku sebagai
nabi, muncul wanita-wanita yang berpakaian namun hakekatnya telanjang dan
merebaknya perzinaan.
Ketiga, tanda shughro
yang belum terjadi. Contohnya adalah tanah Arab akan menjadi subur dan penuh
pengairan.
Keempat, tanda kubro,
artinya bila tanda-tanda ini muncul, maka kiamat sebentar lagi akan tiba. Di
antara tanda tersebut adalah munculnya Dajjal. Akhirnya Dajjal pun dibunuh oleh
Nabi ‘Isa. Kemudian muncul pula Ya’juj dan Ma’juj di zaman Nabi ‘Isa. Ya’juj
dan Ma’juj juga dimusnahkan oleh Nabi ‘Isa.
Prediksi Kiamat dengan Cara Apapun Tidaklah Tepat
Sudah sejak dulu banyak
orang yang mengklaim terjadinya kiamat pada tanggal-tanggal tertentu. Anehnya
lagi yang dipilih adalah angka-angka cantik layaknya memilih angka menarik
ketika beli voucher perdana.
Ada yang mengatakan
bahwa kiamat akan terjadi tanggal 19 September 1990 (19-9-1990), sebagaimana
yang pernah kami dengar ketika duduk di bangku SD. Ada yang memprediksi tanggal
9 September 1999 (9-9-1999). Ada pula yang memprediksi 1 Januari 2000
(1-1-2000). Namun prediksi-prediksi dengan angka cantik ini semuanya meleset.
Entah mereka membuat alasan apa lagi untuk mengelak jika kiamat benar-benar
tidak terjadi tanggal 21 Desember 2012 (21-12-2012). Atau mereka mau membuat
tanggal cantik lainnya. Mungkin saja bisa diprediksikan bahwa kiamat terjadi
tanggal 10 Oktober 2010 (10-10-2010) atau 21 Desember 2112 (21-12-2112).
Setiap orang mungkin
bisa saja mengarang-ngarang hal ini sekehendaknya, sesuai dengan angka mana
yang ia sukai. Namun ingatlah, janganlah sampai kita membicarakan tentang ilmu
Allah tanpa dasar sama sekali. Perkara kapan kiamat itu terjadi adalah perkara
ghoib, tidak perlu sibuk-sibuk membahasnya. Sibuk-sibuk mencari-cari waktu
tersebut sangat bertentangan sekali dengan metode Al Qur’an yang memerintahkan
kita untuk tidak membahasnya.
Dr. ‘Umar Sulaiman Al
Asyqor mengatakan, “Semestinya yang dilakukan adalah sebagaimana yang
dilakukan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan para ulama
umat ini dalam sejarah. Seandainya membicarakan kapan terjadinya kiamat adalah
suatu kebaikan untuk manusia, tentu Allah Ta’ala akan memberitahukannya kepada
mereka. Akan tetapi, Allah sendiri tidak memberitahukan hal tersebut. Maka
inilah yang terbaik bagi mereka.”[6]
Selain itu pula para
sahabat tidaklah pernah membicarakan hal ini, maka barangsiapa yang sibuk-sibuk
mencari-cari waktu tersebut dan membicarakannya atau dengan memprediksi melalui
perhitungan-perhitungan yang dianggap ilmiah, atau memprediksi melalui
gejala-gejala alam, berarti dia telah melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya
sama sekali (baca: bid’ah). Para ulama salaf seringkali mengatakan,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah
mendahului kita untuk melakukannya.”
Inilah perkataan para
ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para
sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para
sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera
melakukannya.[7]
Beberapa ulama masa
silam, memang ada yang sempat membicarakan waktu kapan terjadinya kiamat bahkan
mereka memiliki kitab tersendiri yang membahas hal itu. Sampai-sampai ada di
antara mereka mengatakan bahwa dunia ini akan fana (binasa) setelah 500 tahun
dari masa diutusnya Nabi Muhammad. Namun setelah 500 Hijriyah, kiamat pun tidak
terjadi dan ini sebagai bukti kelirunya sangkaan mereka.
Di antaranya pula ada
ulama besar yang memprediksikan waktu tersebut, yaitu Imam As Suyuthi -semoga
Allah merahmati beliau-. Beliau bahkan membahas pada juz tersendiri yang
dinamakan “Al Kasyfu (Mengungkap Terjadinya Hari Kiamat)”. Beliau menentukan
tahun tertentu. Namun waktu yang ia perkirakan ternyata telah berlalu dan tidak
terjadi kiamat sama sekali, bahkan belum juga muncul tanda-tandanya.
Begitu pula As Suhailiy
memprediksi datangnya hari kiamat dengan menghitung-hitung huruf muqoto’ah
(seperti alif laam miim dan haamiim) yang berada di awal-awal surat dalam Al
Qur’an. Beliau memprediksikan bahwa kiamat akan terjadi 703 tahun setelah diutusnya
Nabi, atau setelah Nabi berhijrah atau dihitung setelah Nabi wafat.[8] Hasil
prediksi As Suhailiy pun meleset jauh. Sudah ratusan tahun, belum juga terjadi
kiamat.
Begitu pula yang
belakangan meneliti hal serupa adalah Dr. Baha’i. Beliau mengklaim bahwa kiamat
akan terjadi pada tahun 1710 H. Beliau melakukan perhitungan dari huruf-huruf
muqotho’ah yang terdapat di awal-awal surat sebagaimana yang dilakukan
sebelumnya oleh As Suhailiy. Anehnya walaupun dari cara yang sama, hasil
perhitungan keduanya berbeda jauh. Dr. ‘Umar Sulaiman Al Asyqor pun membantah
pernyataannya, “Ini adalah suatu metode yang benar-benar keliru. Orang-orang
sebelum dia ada yang menggunakan metode yang sama melalui hitungan huruf-huruf
muqhoto’ah. Namun hasil perhitungan orang-orang sebelum Dr. Baha’i tidaklah
sama dengannya. Mereka memiliki cara perhitungan yang sama, tetapi hasil
perhitungannya jauh berbeda. Inilah yang menunjukkan kelirunya cara mereka dan
menunjukkan pula tidak terbuktinya penelitian mereka.”
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah pun memiliki bantahan terhadap orang-orang semacam Dr. Baha’i dan yang
sepemikiran dengannya. Beliau mengatakan,
“Siapa saja yang menyibukkan diri memprediksikan terjadinya kiamat pada
tahun tertentu; di antaranya yang menulis kitab “Ad Durro Al Munazzom Fii
Ma’rifati Al A’zhom” (dalam kitab tersebut disebutkan sepuluh dalil yang
menunjukkan kapan terjadinya kiamat), begitu pula ada yang memprediksi dalam
kitab “Huruful Mu’jam”, atau dalam kitab ‘Anqo’ Mughrib, atau orang-orang lain
yang melakukan prediksi yang sama; walaupun itu dianggap suatu hal yang
menakjubkan oleh pengikutnya, namun perlu diketahui bahwa mayoritas mereka
adalah pendusta, yang telah tertipu, dan telah terbukti bahwa mereka hanya
berbicara tanpa dasar ilmu. Sungguh mereka telah mengklaim dan mengungkap suatu
yang ghoib tanpa dasar ilmu sama sekali. Padahal Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: "Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang
nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia
tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".” (QS. Al A’rof :
33)”[9]
Ibnul Qayyim ketika
menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi
empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih
ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan
keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang
benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu
berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih
besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan
berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan
shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”[10]
Oleh karena itu,
hati-hatilah berbicara tentang kapan terjadinya kiamat tanpa dasar ilmu. Yang
mengetahui hal tersebut hanyalah Allah. Prediksi apapun baik dengan penelitian
ilmiah ataupun melalui perhitungan-perhitungan akurat, tidak bisa memastikan
kapan terjadinya kiamat. Cukuplah kita menutup mulut dan menjaga lisan dari
berbicara mengenai perkara ghoib semacam ini.
Kenapa Allah Menyembunyikan Kapan Terjadinya Kiamat?
Di antara alasannya
adalah,
Alasan pertama: Agar
kiamat masih tetap jadi perkara yang ghoib.
Seandainya kapan
terjadinya kiamat itu diberitahu kepada makhluk, maka perkara tersebut tidaklah
menjadi ghoib lagi. Padahal ciri orang beriman yang membedakannya dengan orang
kafir adalah beriman pada yang ghoib. Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah : 3)
Alasan kedua: Agar
manusia tidak mengulur-ulur waktu untuk beriman dan beramal sholih.
Seandainya kita
diberitahu tanggal pasti terjadinya hari kiamat –misalnya tanggal 21 Desember
2012- , maka orang pun akan menunda-nunda untuk beramal dan terus bersantai
ria. Paling yang terbetik dalam benaknya, “Ah, masih ada waktu untuk
menikmati hidup, kiamat masih dua tahun lagi. Tunggu sampai bulan Oktober 2012
saja, barulah kita mulai beramal.” Lihatlah ada sikap menunda-nunda. Hal
ini berbeda apabila kiamat disembunyikan waktunya. Karena setiap orang sudah
mengetahui bahwa kiamat sudah dekat, tentu mulai saat ini juga dia banyak
bertaubat pada Allah dan melakukan banyak ketaatan karena waktu yang tersisa
cukup singkat. Oleh karena itu, janganlah menunda-nunda waktu selama masih
diberi kehidupan dan janganlah terlalu panjang angan-angan. Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma mengatakan,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila engkau berada pada sore hari, janganlah menunggu waktu pagi.
Apabila engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Ambillah
masa sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum datang matimu.”[11]
Yang Mesti Dipersiapkan
Setelah pembahasan di
atas, jelaslah bahwa berbagai klaim terjadinya hari kiamat pada tanggal, bulan
dan tahun tertentu sungguh suatu kekeliruan karena hal ini sama saja telah
berbicara tentang ilmu Allah tanpa dasar ilmu sama sekali. Sibuk-sibuk
mencari-cari waktu tersebut sangat bertentangan sekali dengan metode Al Qur’an
yang memerintahkan kita untuk tidak membahasnya. Yang semestinya dipersiapkan adalah
bekal untuk menghadapi masa tersebut yaitu bekal iman dan amal sholih.
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu
‘anhu memberi petuah kepada kita,
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ
“Dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan berada di
hadapan kita. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak
akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah
hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di
akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.”[12]
Meskipun Kiamat Belum Terjadi, Namun Masih Ada Kematian
Satu lagi yang mesti
diperhatikan. Meskipun belum muncul beberapa tanda kubro, namun ada kematian
yang pasti akan menghampiri setiap insan. Walaupun dia tidak menemui tanda
kiamat kubro, setiap orang akan merasakan kematian cepat ataupun lambat. Tidak
ada seorang pun yang bisa lari dari yang namanya maut. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".” (QS. Al Jumu’ah : 8)
Kematian akan tetap
menghampiri seseorang, walaupun dia berusaha bersembunyi di dalam benteng yang
kokoh. Allah Ta’ala berfirman,
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الموت وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’ : 78)
Jadi, kematian (maut)
adalah benar adanya.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ
بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf : 19)
Sehingga pantaskah
terbetik untuk menunda-nunda beriman dan beramal sholih. Sungguh, hanya orang
yang hatinya tertutup dengan kelamnya maksiat yang tidak mau memperhatikan hal
ini.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi
orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang
dia menyaksikannya.” (QS. Qaaf : 37)
Semoga Allah memberikan
taufik kepada kita untuk mempersiapkan diri menghadapi hari kebangkitan dan
menghadapi kematian yang setiap kita pasti menemuinya.
Segala puji bagi Allah
yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com/
Panggang, Gunung Kidul, 22 Syawwal 1430 H
_____
[1] HR. Bukhari no.50 dan Muslim no.9,10.
[1] HR. Bukhari no.50 dan Muslim no.9,10.
[2] HR. Bukhari no.4778
[3] Majmu’ Al Fatawa, 4/341-342.
[4] HR. Muslim no.2901
[5] HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini
shohih
[6] Al Qiyamah Ash Shugro, hal. 122.
[7] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, pada tafsir surat Al Ahqof
ayat 11
[8] Lihat ‘Umdatul Qori Syarh Shohih Al Bukhari, Badaruddin Al
‘Ainiy Al Hanafiy, 7/424,
Multaqo Ahlil Hadits, Asy Syamilah
[9] Majmu’ Al Fatawa, 4/342
[10] I’lamul Muwaqi’in, 1/38, Darul Jail Beirut
[11] HR. Bukhari no. 6416
[12] Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-. Atsar ini
adalah potongan dari perkataan ‘Ali, ada yang mauquf (sampai pada sahabat) dan
marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Lihat Fathul Baari,
18/225, Mawqi’ Al Islam Asy Syamilah.
0 komentar:
Posting Komentar