Sekedar parody pemikiran..!
akhwat
HTI : “maaf, aku gak bisa terima”
ikhwan : “kenapa?”
akhwat
HTI : “maaf, abang menyatakan cintanya baru sendirian. Jadi cinta abang
masih ‘ahad'
ikhwan : “bukankah
ukhti tahu saya orang yang jujur?”
akhwat
HTI : “ya, saya tahu abang orang yang jujur”
ikhwan : “kalau saya
bilang di dompet saya ada duit 50 ribu ukhti percaya ?”
akhwat
HTI : “iya percaya”
ikhwan : “terus kenapa
kalau saya nyatakan cinta ukhti tidak percaya?”
akhwat
HTI : “karena cinta perkara ghaib. Saya gak terima kabar dari satu orang”
ikhwan : “terus apa
yang harus saya lakukan agar ukhti percaya dengan cinta saya?”
akhwat
HTI : “kabarkan ke seluruh dunia agar cinta abang jadi cinta yang ‘mutawatir’
!”
ikhwan : “lalu ukhti
kenapa percaya kalau aku bilang di dompet ada duit sekian?”
akhwat HTI
: “kalau masalah duit itu perkara yang masuk akal, jadi saya bisa terima. Tapi
kalau cinta itu perkara ghaib, tidak bisa diterima dari satu orang”
ikhwan : “tapi saya
bukan orang gila ukhti. Masa cinta yang suci ini harus disebar di masyarakat ?”
akhwat
HTI : “ya biar jadi mutawatir bang. Jadi aku percaya cinta abang kalau udah
mutawatir”
Akhirnya, si ikhwan
bercerita kesana kemari bahwa ia mencintai si akhwat itu. Sampai orang-orang mengatakan
bahwa si ikhwan itu orang gila. Kemudian akhwat itu mendatangi ikhwan tersebut
dan berkata : “aku percaya cinta abang”
tetapi ada orang
menyela : “ukhti, orang itu sudah gila”
akhwat
HTI : “tidak apa-apa, karena dia mengabarkan kepada orang banyak. Jadi
sanadnya banyak walaupun semuanya ‘dhaif’ bisa jadi ‘hasan’”
orang itu berucap lagi
: “apakah ukhti mau menerima dia sedangkan dia gila ? dan aku bersaksi sebagai
seorang dokter jiwa mengetahui dia gila”
akhwat
HTI : “maaf, bapak baru satu orang (ahad), jadi ucapan bapak saya
tolak walaupun bapak seorang saksi yang ahli tetap saya tolak saya ambil
perkataan orang banyak walaupun
lemah kedudukannya.”
lemah kedudukannya.”
Begitulah akhir pilihan
hidupnya. Karena dia tidak mempercayai kabar dari satu orang, walau dari orang
yang semestinya dia sendiri harus mempercayainya…!
maaf saudaraku yang memposting ini...? maksudnya apa ? kenapa antum menjelek2kan org yang berbeda pemikiran dengan antum dalam hal fiqih, bukankah antum menamai blog ini 'Mulia dengan sunnah" apakah ada orang yang mulia dengan bercerita dengan gaya satire seperti ini ?
BalasHapusatau apakah sunnah menyuruh menyindir org yang berbeda paham ( semsama musluim ) dengan kisah2 cinta seperti ini ?
Allah Ta'ala berfirman,
Hapusكُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran : 110)
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata,
“Tidak ada istilah ghibah untuk (membantah) ahli bid’ah” (lihat Thobaqoh al Hanabilah)
Demikian juga yang dikatakan oleh Imam Hasan al Bashri dalam Ushul I'tiqod Ahlis Sunnah, Imam Sufyan bin Uyainah dalam Mukhtashor Hujjah, Imam al Ghozali dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ibrohim an Nakho'i dalam Sunan ad Darimi, dll.
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan dalam kitab Riyadush Sholihin pada bab "Ghibah yang diperbolehkan",
“Ketahuilah bahwa ghibah dibolehkan untuk tujuan yang benar dan disyariatkan, yang tidak mungkin tujuan itu tercapai kecuali dengan ghibah tersebut. Hal ini ada dalam enam perkara (yang salah satunya) :
- Memperingatkan kaum Muslimin dari bahaya kesesatan (seseorang/kelompok -pent) dan sekaligus dalam rangka saling menasehati.
Seorang penyair berkata,
عَرَفْتُ الشَّرَّلاَ لِلشَّرِّ لَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ
وَمَنْ لَمْ يَعْرِفُ الشَّرَّ مِنَ الْخَيْرِ يَقَعْ فِيْهِ
"Saya mengetahui kejelekan bukan untuk mengikutinya, tetapi untuk menjaga diri saya agar jangan jatuh ke dalam kejelekan itu.
Dan siapa yang tidak mengetahui kejelekan itu dari pada kebaikan, ia akan jatuh ke dalamnya."
Jadi, sunnah memang tidak menyuruh untuk menyindir orang yang berbada pemahaman dengan kita, akan tetapi sunnah menyuruh untuk menjelaskan yang ma'ruf itu ma'ruf, yang mungkar itu mungkar.
*senyum*
Bismillah,,,
Hapusana Copy yah... kayaknya bagus
silahkan akh...
Hapusharusnya mah dialog (diskusi) bukan di parody in kaya gn :-D
BalasHapus