إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Sesajen berarti sajian atau
hidangan. Sesajen memiliki nilai sakral di sebagaian besar masyarakat kita pada
umumnya. Acara sakral ini dilakukan untuk ngalap berkah (mencari berkah) di
tempat-tempat tertentu yang diyakini keramat atau di berikan kepada benda-benda
yang diyakini memiliki kekuatan ghaib, semacam keris, trisula dan sebagainya
untuk tujuan yang bersifat duniawi.
Sedangkan waktu penyajiannya di
tentukan pada hari-hari tertentu. Seperti malam jum'at kliwon, selasa legi dan
sebagainya. Adapun bentuk sesajiannya bervariasi tergantung permintaan atau
sesuai "bisikan ghaib" yang di terima oleh orang pintar, paranormal,
dukun dan sebagainya.
Banyak kaum muslimin berkeyakinan
bahwa acara tersebut merupakan hal biasa bahkan dianggap sebagai bagian
daripada kegiatan keagamaan. Sehingga diyakini pula apabila suatu tempat atau
benda keramat yang biasa diberi sesaji lalu pada suatu pada saat tidak diberi
sesaji maka orang yang tidak memberikan sesaji akan kualat (celaka, terkena
kutukan).
Anehnya perbuatan yang sebenarnya
pengaruh dari ajaran Animisme dan Dinamisme ini masih marak dilakukan oleh
orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini membuktikan
pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/ fitrah meyakini adanya
penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat meminta, mengadu,
mengeluh, berlindung, berharap dan lain-lain. Fitrah inilah yang mendorong manusia
terus mencari Penguasa yang maha besar ? Pada akhirnya ada yang menemukan batu
besar, pohon-pohon rindang, kubur-kubur, benda-benda kuno dan lain-lain, lalu
di agungkanlah benda-benda tersebut. Pengagungan itu antara lain diekspresikan dalam
bentuk sesajen yang tak terlepas dari unsur-¬unsur berikut: menghinakan diri,
rasa takut, berharap, tawakal, do'a dan lainnya. Unsur-unsur inilah yang biasa
disebut dalam islam sebagai ibadah.
Islam datang membimbing manusia agar
tetap berjalan diatas fitrah yang lurus dengan diturunkannya syari'at yang
agung ini. AllahTa'ala menerangkan tentang fitrah yang lurus tersebut dalam Al
Qur'an,
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
"Rasul-rasul mereka berkata apakah ada keragu-raguan terhadap
Allah, pencipta langit dan bumi ?" (QS. Ibrahim : 10).
Allah juga berfirman,
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ
فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ
ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah),
tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. " (QS. Ar Rum : 30).
Berkenaan dengan ayat-ayat diatas,
nabi shollollohu alaihi wasallam pun bersabda,
“Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau penyembah api." (HR Bukhari, Muslim dan Abu
Hurairah, Al Irwa' :1220).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda dalam hadits Qudsi,
"(Allah berfirman) Aku menciptakan hamba¬-hamba-Ku diatas
agama yang lurus (hanif) lalu syetan menyesatkan mereka” (HR. Muslim dan Ahmad dari shahabat
'Iash bin Himar).
Imam Ibnu Abil Izzi menerangkan, "Bahwa
bayi itu terlahir sesuai dengan fitrah.
Artinya bukan dalam keadaan kosong jiwanya, melainkan
mengerti tauhid dan syirik." (Syarah Aqidah Thahawiyah : 83).
Fitrah ini akan tetap terjaga dengan
cara menghambakan diri kepada Allah sepenuhnya. Inilah yang disebut dengan
tauhid ibadah.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar
menyembah-Ku. " (QS. Ad Dzariyat : 56).
lbnu Katsir rahimahulloh menerangkan
ayat ini bahwa, "Allah menciptakan manusia dan jin agar mereka
menyembah-Nya ". (Tafsir Ibnu Katsir surat Ad Dzariyat : 56).
Ibadah yang penting untuk diketahui
adalah ibadah hati seperti do'a, takut, berharap, tawakal, cinta dan lain-lain.
Semua bentuk ibadah yang agung itu haruslah ditujukan kepada Allah semata.
Sebagaimana firman-Nya,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ
أَحَدًا
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah maka janganlah
kamu menyeru bersama Allah itu seorangpun !" (QS. Al Jin : 18).
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman. " (QS. Ali Imran : 175).
Allah berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ
أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ
يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka
hendaknya ia beramal shalih dan jangan melakukan kesyirikan dalam beribadah
kepada Rabbnya dengan seorangpun. " (QS. A1 Kahfi : 110).
Pengharapan yang dibarengi
ketundukan dan penghinaan diri haruslah ditujukan kepada Allah semata. Jika
seseorang memperuntukkan raja' (harapan) seperti ini kepada selain-Nya,
sesungguhnya ia telah berbuat kesyirikan. Syariat Islam tidak melarang ummatnya
untuk memiliki sikap raja' akan tetapi raja' yang dipuji dan dianjurkan adalah
yang diiringi dengan amal shalih dan taubat dari kemaksiatan (SyarahUshuluts
Tsalasah [53]).
Allah juga berfirman,
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakal jika benar-benar
kamu orang-orang beriman." (QS. Al Ma’idah : 23)
Tawakal berarti menyandarkan segala
urusan kepada-Nya semata baik itu urusan yang mendatangkan keuntungan maupun
yang mengakibatkan kerugian atau madharat.
Keterangan-keterangan diatas
menunjukkan bahwa acara ritualis sesajen bertentangan dengan syariat Islam
yang murni. Sebab didalamnya mengandung pengagungan,penghambaan,pengharapan,
takut yang semestinya hanya diperuntukkan kepada Allah semata.
Mudah-mudahanAllah jauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan.
Allahu Ta'ala A'lam
Sumber : Risalah Dakwah Al Atsari, Cileungsi Edisi 13/Th. II 1420
0 komentar:
Posting Komentar