إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Oleh : Syaikhul Islam ibnu Taimiyah
Ahlul bid’ah tidak akan bertaubat
selama ia menilai bahwa itu merupakan amalan yang baik. Karena taubat berpijak
dari adanya kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukan itu buruk. Sehingga dengan
itu ia bisa bertaubat darinya. Jadi, selama perbuatan itu dianggap baik padahal
pada hakikatnya jelek maka ia tidak akan bertaubat dari perbuatan tersebut.
Akan tetapi taubat adalah sesuatu yang mungkin (dilakukan) dan terjadi, yaitu
jika Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah dan bimbingan kepadanya
hingga ia dapat mengetahui kebenaran.
Hal itu sebagaimana banyak
diriwayatkan dalam kitab-kitab shahih dan lainnya dari hadits Ali bin Abi
Thalib Radhiallahu’anhu dan Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu
dari nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwa beliau Shallallahu’alaihi
wasallam pernah menjelaskan tentang kaum khawarij. Beliau Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda,
إِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ
صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِياَمِهِمْ، يَقْرَأُوْنَ
الْقُرْآنَ لاَ يُجاَوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا
يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
“Sesungguhnya ia mempunyai para pengikut yang salah seorang dari
kalian merasa shalatnya tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka,
shaumnya tidak ada apa-apanya dibandingkan shaum mereka. Mereka (selalu)
membaca Al Qur`an namun tidaklah melewati kerongkongan (tidak dihayati dan
dipahami maknanya, -pen). Mereka keluar dari (prinsip) agama sebagaimana
keluarnya (menembusnya) anak panah dari tubuh hewan buruan.” (HR. Al-Bukhari [no.3610] dan
Muslim [no.1064])
Dan mereka para shahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam, dan nabi Shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda
tentang mereka dalam hadits shahih,
سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آخِرِ الزَّمَانِ،
أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَاهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ
لاَ يُجَاوِزُ إِيْمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا
يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ
فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya
tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling
baik. Keimanan mereka tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari
(prinsip) agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja
kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan
pahala pada hari kiamat.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, para imam kaum
Muslimin -seperti Sufyan Ats Tsauri Rahimahullahu Ta’ala- berkata, “sesungguhnya
kebid’ahan itu lebih disukai iblis daripada kemaksiatan. karena seseorang
(sulit) bertaubat dari berbuat bid’ah. Sedangkan maksiat (lebih mudah) untuk
berbuat darinya.”
Makna ucapan mereka: “(sulit)
untuk bertaubat dari kebid’ahan“, karena orang yang berbuat bid’ah telah
menjadikan apa yang tidak disyariatkan oleh Allah Tabaroka wata’ala dan rasul-Nya
Shallallahu’alaihi wasallam sebagai ajaran agama. Amalan buruk telah
dibuat indah dalam pandangannya. Seolah amalan itu baik, sehingga pelaku
perbuatan tersebut tidak akan bertaubat selama ia menilai bahwa itu merupakan
amalan yang baik. Karena taubat berpijak dari adanya kesadaran bahwa perbuatan
yang dilakukan itu buruk. Sehingga dengan itu ia bisa bertaubat darinya. Atau
orang tersebut meninggalkan amalan baik yang diperintahkan, baik yang
diwajibkan atau disunnahkan agar ia bertaubat, kemudian mengerjakannya.
Jadi, selama perbuatan itu dianggap
baik -padahal pada hakikatnya jelek- maka ia tidak akan bertaubat dari
perbuatan tersebut. Akan tetapi taubat adalah sesuatu yang mungkin (dilakukan)
dan terjadi, yaitu jika Allah Subhanahu wata’ala memberikan hidayah dan
bimbingan kepadanya hingga ia dapat mengetahui kebenaran. Sebagaimana hidayah
yang telah Allah Ta’ala berikan kepada orang- orang kafir, orang-orang munafik,
dan sekte-sekte ahli bid’ah sesat lainnya. Ini terwujud dengan cara mengikuti
kebenaran yang telah ia ketahui. Maka barangsiapa mengamalkan apa yang telah ia
ketahui, niscaya Allah Ta’ala wariskan ilmu yang belum dia ketahui, sebagaimana
firman Allah ta’ala,
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى
وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ
“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk
kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS Muhammad : 17)
Dan firman-Nya,
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ
بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا وَإِذًا لآتَيْنَاهُمْ مِنْ
لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
“… Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang
diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka
dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan
kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka
kepada jalan yang lurus.” (QS An Nisa : 66-68).
Dan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah
kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan
rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan
cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS Al Hadid : 28)
Dan firman-Nya,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا
يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ
أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada
kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (QS
Al Baqarah : 257)
Dan firman-Nya,
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ
وَكِتَابٌ مُبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ
السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ
وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“… Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS Al Maidah : 15-16)
Hal-hal yang mendukung pernyataan di
atas banyak sekali di dalam Al Quran dan As Sunnah. Sebaliknya orang yang
berpaling dari mengikuti kebenaran yang telah dia ketahui, dikarenakan
mengikuti hawa nafsunya, maka hal itu akan melahirkan kebodohan dan kesesatan.
sehingga hatinya tidak akan melihat kebenaran yang demikian terang, sebagaimana
firman Allah Tabaroka wata’ala,
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ
اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“… Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang
fasik.” (QS
Ash Shaff : 5)
Dan firman-Nya,
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS Al Baqarah : 10)
Dan firman-Nya,
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ
لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ
اللَّهِ وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ لا يُؤْمِنُونَ وَنُقَلِّبُ
أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ
وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,
bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu tanda-tanda pastilah mereka
beriman kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya tanda-tanda itu hanya berada di
sisi Allah”. Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila tanda-tanda
datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan
penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur’an)
pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang
sangat.” (QS
Al An’am : 109-110)
Oleh karena itu, sebagian ulama
salaf seperti Said ibnu Jubair Radhiallahu’anhu berkata. “sesungguhnya
di antara pahala kebaikan adalah kebaikan sesudahnya, sesungguhnya di antara
balasan dari kejelekan adalah kejelekan yang datang setelahnya.”
Sumber: chm sunniy-salafy Disalin dari kitab At Tuhfatul
Iraqiyyah yang ditulis Syaikhul Islam ibnu Taimiyah, Edisi Indonesia Amalan-Amalan
Hati, Penerjemah Abu Abdillah Salim Subaid, Penerbit Pustaka Ar Rayyan,
halaman 14-18, Judul oleh Akibat Menganggap Baik Perbuatan Buruk (Bid’ah)
dan Cara Bertaubat Darinya
0 komentar:
Posting Komentar