إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
o Berkata Imam Syi'ah
Ayatullah al-Khomeini di dalam kitabnya Al-Hukumah al- Islamiyah (hal.52),
“Sesungguhnya para Imam memiliki kedudukan terpuji, derajat yang tinggi dan
kekuasaan terhadap alam semesta, di mana seluruh bagian alam ini tunduk
terhadap kekuasaan dan pengawasan mereka.”
o
Di dalam kitab Wasail
ad-Darojat karangan ash-Shaffar (hal.84), Abu Abdillah berkata Konon Amirul
Mu’minin pernah berkata, “Aku adalah ilmu Allah, aku adalah hati Allah yang
sadar, aku adalah mulut Allah yang berbicara, aku adalah mata Allah yang
melihat, aku adalah pinggang Allah, aku adalah tangan Allah.”
o
Dalam kitab Wasail
asy-Syiah karangan al-Hurr al-’Amily (jilid X,hal.361) dan kitab Tahdzib
al-Ahkam karya Abu Ja’far ath-Thusy (jilid VI, hal.42) disebutkan: Dari Ali
bin Asbath, dari sebagian sahabat-sahabat kami, dari Abu Abdillah ‘alaihis
salam bahwa dia ditanya, “Benarkah Allah mendahulukan ‘menengok’ para
peziarah makam Ali bin Husain ‘alaihi salam sebelum ‘menengok’ orang-orang yang
berada di padang Arafah?”, “Betul” jawabnya. Lantas dia kembali ditanya, “Bagaimana
itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Karena di antara orang-orang yang
berada di padang Arafah terdapat anak-anak hasil perzinaan, adapun para
penziarah makam Husain seluruhnya suci tidak ada satupun anak hasil perzinaan.”
(Bagaimana mungkin mereka menganggap semua orang Syi’ah suci dan bukan hasil
perzinaan, padahal zina (baca: nikah mut’ah) sendiri mereka anggap merupakan
salah satu ritual ibadah yang paling utama?!! (-pen).
Na’udzubillah!)
Na’udzubillah!)
o Dari al-Kulainy
pengarang kitab al-Kaafi, kitabnya yang paling terpercaya di kalangan
orang-orang Rafidhah. Pengarang berkata dalam jilid II, hal.634, Dari Hisyam
bin Salim dari Abu Abdillah ‘alaihis salam ia berkata, “Sesungguhnya Al Quran
yang dibawa Jibril kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiri dari
17.000 ayat”.
==>(Padahal sepengetahuan kita ayat-ayat Al Quran hanya berjumlah 6.000 ayat lebih sedikit).
==>(Padahal sepengetahuan kita ayat-ayat Al Quran hanya berjumlah 6.000 ayat lebih sedikit).
o
Dalam Al-Kaafi
jilid I, hal.229: Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah ia berkata, “Sesungguhnya
yang berada di tangan kami adalah mushaf Fathimah. Tahukah kalian apa itu
mushaf Fathimah?” Aku bertanya, “Apa itu mushaf Fathimah?” Ia
menjawab, “Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali lipat Al Quran kalian. Demi
Allah tidak ada satu huruf pun dari Al Quran kalian, disebutkan di dalam mushaf
Fathimah!”.
o
Berkata Ni’matullah
al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal.53),
Telah diriwayatkan dalam berita-berita khusus bahwa tatkala “Abu Bakar
sholat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia menggantungkan
berhala di lehernya, dan sujudnya adalah untuk berhala itu”.
o
Ni’matullah al-Jazary
berkata dalam kitabnya al-Anwar an- Nu’maniyah (jilid I, hal.63) : “Konon
Umar terkena penyakit di duburnya dan tidak bisa disembuhkan kecuali dengan air
mani para lelaki”.
o
Dalam kitab al-Anwar
an-Nu’maniyah milik Ni’matullah al-Jazairy (jilid I, hal.81) disebutkan :
Telah disebutkan dalam riwayat-riwayat khusus bahwasanya syaitan dibelenggu
dengan 70 belenggu dari besi jahanam lantas digiring ke padang mahsyar,
tiba-tiba sesampainya di sana dia melihat seseorang di depannya yang ditarik
oleh malaikat azab dan di lehernya terdapat 120 belenggu dari belenggu-belenggu
jahanam, dengan terheran-heran syaitan itu mendekat lantas bertanya, “Apa
yang dikerjakan orang yang amat malang ini hingga siksaannya jauh lebih berat
dariku? Padahal aku telah menyesatkan para makhluk hingga aku masukkan mereka
ke dalam pintu-pintu kebinasaan.” Maka berkatalah Umar (Maksudnya makhluk
malang yang dibelenggu dengan 120 rantai neraka jahanam adalah amirul mu’minin
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu! Qaatalahumulloh! -pen) kepada si
syaitan, “Tidak ada yang kukerjakan melainkan hanya merampas kekhilafahan
Ali bin Abi Thalib”.
o
Disebutkan oleh
Zainuddin al-Bayadhy dalam kitabnya ash-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq
at-Taqdim (jilid III, hal.30) : Pada suatu saat di zaman Utsman didatangkan
seorang perempuan untuk dihukum hadd, lantas oleh Utsman perempuan tersebut
dizinai terlebih dahulu baru kemudian diperintahkan untuk dirajam.
o
Belum puas Rafidhah
dengan tuduhan keji ini, bahkan dalam kitab yang sama dan halaman yang sama
disebutkan bahwa Utsman itu termasuk orang-orang yang dipermainkan (para
laki-laki) dan bertingkah laku seperti perempuan, serta suka main rebana.
o
Al-Majlisy dalam jilid
XXX, hal.235) menukil dari Tafsir al-Qummy dalam firman Allah ta’ala,
“Katakanlah: aku berlindung dari Rabb al Falaq.”
“Katakanlah: aku berlindung dari Rabb al Falaq.”
Al-Falaq adalah kawah
di Jahanam, seluruh penghuni neraka memohon perlindungan kepada Allah darinya
karena saking panasnya, lantas kawah itu minta izin untuk bernafas, maka
diizinkanlah, akibatnya terbakarlah neraka jahanam. Dan di dalam kawah tersebut
ada sebuah peti yang mana penghuni kawah tersebut memohon perlindungan kepada Allah
darinya karena saking panasnya. Peti itulah yang dinamakan Tabut. Di dalam
Tabut itu ada enam orang terdahulu dan enam orang yang hidup setelah zaman
mereka. Adapun enam orang yang hidup setelah zaman mereka adalah: nomor
pertama, kedua, ketiga dan keempat. Nomor pertama maksudnya Abu Bakar, yang
kedua maksudnya Umar, yang ketiga Utsman dan yang keempat Mu’awiyah radhiallahu'anhum.
o
Berkata Ja’far Murtadho
dalam bukunya Hadits al-Ifk (hal.17) : Sesungguhnya kami meyakini,
sebagaimana (keyakinan) para ulama-ulama besar kami pakar pemikiran dan
penelitian, bahwa isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpeluang
untuk kafir sebagaimana istri Nuh dan istri Luth, dan yang dimaksud istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah ‘Aisyah.
o Al-Majlisy berkata
dalam kitabnya Bihar al-Anwar (jilid XXXII, hal.286) : Dari Salim bin
Makram dari bapaknya ia berkata, “... karena dia adalah binatang yang lemah
dan membuat sarang yang lemah; begitu pula al-Humaira (yakni Aisyah), dia itu
binatang yang lemah, lemah kedudukan dan akal serta agamanya. Hal itu
menjadikan pendapatnya lemah dan akalnya yang tolol, hingga melakukan
pelanggaran dan permusuhan terhadap Tuhannya. Persis dengan sarang laba-laba
yang lemah !”
o Berkata Ni’matullah
al-Jazairy dalam kitabnya al Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal.278), “Sesungguhnya
kami (kaum Syi’ah) tidak pernah bersepakat dengan mereka (Ahlusunnah) dalam
menentukan Allah, nabi maupun imam. Sebab mereka (Ahlusunnah) mengatakan bahwa
Tuhan mereka adalah Tuhan yang menunjuk Muhammad sebagai nabi-Nya dan Abu Bakar
sebagai pengganti Muhammad sesudah beliau wafat. Kami (kaum syi’ah) tidak
setuju dengan Tuhan model seperti ini, juga kami tidak setuju dengan model nabi
yang seperti itu. Sesungguhnya Tuhan yang memilih Abu Bakar sebagai pengganti
nabi-Nya, bukanlah Tuhan kami. Dan nabi model seperti itu pun bukan nabi kami!”.
o
Al-Faidl al-Kasyany
dalam kitabnya Minhaj an-Najah (hal.48) berkata, “Barang siapa yang
mengingkari keimaman salah seorang dari mereka (yakni para imam yang dua belas)
maka sesungguhnya dia itu sama dengan orang yang mengingkari kenabian seluruh
para nabi.”
o
Berkata al-Arbaly dalam
kitabnya Kasyf al-Ghummah (jilid III, hal.236), “Al-Mahdi lahir pada
malam pertengahan Sya’ban tahun 255 H, lantas tatkala berumur lima tahun dia
masuk gua as-Samuroi di Irak. Dan sekarang dia masih hidup.”
o
Mahdinya orang Islam
memerangi Yahudi dan Nasrani, sampai agama betul-betul menjadi milik Allah
semata, dan dia beserta nabi Isa akan membunuh Dajjal. Adapun Mahdinya
orang-orang Rafidhah maka dia akan berdamai dengan orang Yahudi dan Nasrani,
lantas menghalalkan darah orang Islam dan membalas dendam terhadap mereka.
Sebagaimana diterangkan al- Majlisy dalam kitabnya Bihar al-Anwar (jilid
52, hal.376).
o
Al-Kulaini dalam Ushul
al-Kafi (hal.482-483) menyebutkan : Abu Abdilah berkata, “Wahai Abu
Umar, sesungguhnya 9/10 agama kita terletak di dalam taqiyyah, barang siapa
yang tidak bertaqiyyah maka dia dianggap tidak mempunyai agama!!”.
o
"Taqiyyah adalah
mengucapkan atau berbuat sesuatu yang tidak engkau yakini, dengan tujuan untuk
melindungi diri dan harta dari marabahaya, atau agar harga dirimu terjaga.” (Asy-Syi’ah Fi
al-Mizan, Muhammad Jawad Mughniyah, [hal.48]).
Sedemikian sesatnya kelompok
Syi’ah ini, masih ada -sampai detik ini- orang-orang yang berusaha dengan
gigihnya untuk menyatukan antara Syi’ah dan Ahlusunnah di bawah satu payung,
dan mengatakan bahwa perbedaan kita dengan Syi’ah hanyalah seperti perbedaan
antara empat mazhab Ahlusunnah; Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Entah
karena mereka tidak tahu kesesatan Syi’ah atau karena pura-pura tidak tahu.
Wallahua’lam.
Kalau tidak tahu kenapa
berbicara, bukankah orang yang tidak tahu sebaiknya diam saja? Kalaupun tahu
kenapa tidak menerangkan hakikat kelompok Syi’ah itu kepada pengikutnya ?
Wahai para pembaca yang
budiman, apakah perbedaan itu berhasil dicairkan dengan cara menundukkan setiap
perbedaan pendapat di bawah Al Quran dan As Sunnah, atau dengan cara diam dan
pura-pura cuek dengan segala macam bentuk perbedaan, entah itu klaim bahwa Al
Quran tidak sempurna, pelaknatan terhadap Abu Bakar dan Umar, atau tuduhan yang
dilontarkan kepada Ummul Mu’minin Aisyah bahwa dia telah berzina, serta
dosa-dosa besar lainnya???!! Allahulmusta’an wa ‘alaihit tuklan.
Wallahua’lam, semoga bermanfaat! dan mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan...
oleh : Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain (Ma’had Lughah Islamic Universitas Islam Madinah)
-semoga Allah melaknat Syi'ah-
oleh : Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain (Ma’had Lughah Islamic Universitas Islam Madinah)
-semoga Allah melaknat Syi'ah-
0 komentar:
Posting Komentar