إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Kisah ini diceritakan
oleh seorang Ustadzah
Hari itu aku pergi ke sebuah klinik. Setelah mengambil nomor antrian, aku
pun duduk menunggu giliranku. Sekonyong-konyong masuklah seorang gadis cantik.
Sayang sekali, dia tidak mengenakan jilbab. Sebaliknya, berdandan menor. Gadis
itu pun mengambil nomor, lalu duduk tidak jauh dariku.
Entah mengapa, ada sebuah dorongan dalam diriku untuk menyampaikan sekedar
sebuah nasehat kepadanya. Akhirnya setelah cukup lama diliputi kebimbangan, aku
pun menasehatinya dengan selembut mungkin. Aku jelaskan kepadanya perintah
Allah yang telah dilanggarnya. Namun reaksinya benar-benar tak kuduga. la
membentakku dengan suara keras.
Ia marah karena -menurutnya- aku terlalu ikut campur dengan apa yang ia
kenakan. "Aku bebas melakukan dan mengenakan apa yang aku mau!!"
ujarnya.
Akhirnya, aku pun kembali ke tempat dudukku. Namun dorongan dan bisikan itu
kembali mengusik hatiku: "Mengapa aku tidak menyampaikan soal kematian
-sang penghancur segala kenikmatan- kepadanya?"
Aku pun memberanikan diri kembali mendekatinya. Dengan sesungging senyum,
aku memintanya untuk menjawab satu pertanyaan saja dariku.
"Silahkan," ujarnya.
"Jika saja saat ini Sang Malaikat pencabut nyawa mendatangimu, apa
yang akan engkau katakan padanya?" tanyaku.
Ia pun menjawab -duhai, andai saja ia tidak menjawabnya- dengan penuh
cemooh: “Aku akan mengatakan kepadanya: 'Hush..hush!"
Jawaban itu seperti petir menyambarku. Namun beruntunglah nomor antrianku
muncul di layar. Dan aku pun masuk menemui sang dokter dengan hati yang
dipenuhi keterkejutan. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa sedemikian
sombong dengan mengucapkan kata-kata seperti itu?
Setelah menjalani semua pemeriksaan, aku pun keluar dari ruang dokter. Di
luar sang, aku dikejutkan dengan kerumunan pasien dan perawat yang silih
berganti mengucapkan: 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un'. Saat aku
mendekat, betapa terkejutnya aku. Apa yang kulihat? Yang kulihat adalah gadis
itu. Ia terkulai dan tergeletak di situ dalam keadaan tidak bernyawa lagi.
Rupanya hari itu adalah hari terakhirnya. Dan semua bisikan-bisikan yang
memenuhi hatiku tadi tidak lain adalah untuk memberinya kesempatan. Yah, Allah
masih memberinya kesempatan untuk -setidaknya- meniatkan taubatnya. Tapi sayang
sekali, ia tidak menggunakan kesempatan terakhir itu. Malaikat maut datang, dan
ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun padanya.
Kisah ini adalah hadiah untuk mereka yang tertipu dengan angan-angan dan
obsesi hidup lebih lama di dunia!!
Sumber : Chicken Soup
For Muslimah, Qashash Mu’atstsirah Jiddan lil Fatayat, Ali bin Husain Sindi,
Penerbit Sukses Publishing
Artikel: www.kisahislam.net
Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam
0 komentar:
Posting Komentar