إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Syekh Abdul Qadir al Jailani merupakan tokoh sufi paling masyhur di
Indonesia. Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Tarekat Qadiriyah
ini lebih dikenal masyarakat lewat cerita-cerita karamahnya dibandingkan ajaran
spiritualnya. Terlepas dari pro dan kontra atas kebenaran karamahnya, Biografi
(manaqib) tentangnya sering dibacakan dalam majelis yang dikenal di masyarakat
dengan sebutan manaqiban.
Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat
al-Jailani. Al-Jailani merupakan penisbatan pada Jilan, yaitu daerah di
belakang Tabaristan. Di tempat itulah ia dilahirkan. Selain Jilan, tempat ini
disebut juga dengan Jailan dan Kilan.
Kitab-kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang banyak beredar di
Indonesia, pada umumnya disusun oleh penulis-penulis Indonesia yang maraji’nya
(sumber pengambilan) dari kitab-kitab berbahasa Arab yang antara lain, seperti Tafrijul
Khathir, Muzkin Nufus, Lujainid-Dani.
Buku-buku tentang
BARJANZI versi Indonesia antara lain :
1. Madarij Al-Su’ud ila
Iktisah Al-Burud – Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al Bantani. Berbagai Terbitan.
2.
Sabil Al-Munji (berbahasa Jawa) - Abu
Ahmad Abd Al-Hamid Al-Qandali (Kendal)
3.
Nur Al-Lail Al-Duji wa
Miftah Bab Al-Yasar (berbahasa Jawa) – Hasan Al-Attas (Pekalongan).
4. Munyah Al-Martaji fi
Tarjamah Maulid Al Barjanzi (berbahasa Jawa) – Asrari Ahmad (Wonosari Tempuran).
5. Al Qaul Al-Munji Ala
Ma’ani Al Barjanzi (berbahasa Jawa) – Sa’ad Bin Nashir bin Nabhan. (Surabaya).
6. Badr Al-Daji Fi
Tarjamah Maulid Al-Barjanzi (berbahasa Indonesia) – M. Mizan Asrari Zain Muhammad
(Sidawaya, Rembang).
Di bawah ini buku-buku Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani (asal terjemahan
dari- Lujjain Al-Dani. Penulis, Ja’far Ibn Hasan Ibn ‘Abd Al-Karim Ibn
Muhammmad (1690-1764) beliau juga menulis buku Al-Iqd Al Jawahir
(al-Barjanzi) dan Qishshah Al-Mi’raj); di terbitkan di Indonesia dengan
berbagai versi ;
1. Jauhar Al-Asnani ‘Ala
Al-Lujjain Al-Dani Fi Manaqib Abd Al Qadir – Abu Ahmad Abd Al Hamid
Al-Qandali (Kendal) : Al Munawwir.
2. Al-Nur Al Burhani Fi
Tarjamah Al Lujjain Al-Dani – Muslih Bin Abd Al Rahman Al Maraqi (Semarang), Toha
Putra.
3. Lubab Al Ma’ani Fi
Tarjamah Lujjain Al-Dani – Abu Muhammad Salih Mustamir Al Hajaini (Kudus),
Menara.
4. Al Nur Al-Amani Fi
Tarjamah Al Lujjain Al-Dani – M. Mizan Asrari Zain Muhammad (Sidawaya Rembang) ;
Terbitan sendiri.
5. Khulashah Al Manaqib
Li- Al-Syaikh ‘Abd Al-Qadir ‘Abd Al Qadir Al-Jilani – Asrari Ahmad
(Wonosari, Tempuran) Surabaya, ‘ Istiqomah.
6.
Wawacan Kangjeng Syaikh
‘Abd Al-Qadir Jilani R.A (berbahasa Sunda) Bandung, Sindangdjaja.
7. Manaqib Syeikh
Abdulqadir Jailani Radhiyallahu Anhu (berbahasa Arab dan
Indonesia) – Abdallah Shonhaji. Semarang, Al-Munawir.
8.
Lubabul Ma’ani – Abi Shaleh Mustamir
(Juana, Jawa Tengah)
9.
Miftahul Babil Amani - Moh. Hambali.
(Semarang, Jawa Tengah)
10. An Nurul Burhani – A. Lutfi Hakim dkk (Semarang, Jawa Tengah)
11. Nailul Amani – A.Subhi Masyhadi. (Pekalongan, Jawa Tengah).
Koreksi Terhadap Kitab
Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani
Dalam kitab Manaqib
tersebut tertulis;
o
Syaikh Abdul Qadir
Jailani pernah duduk selama 30 tahun dengan tidak bergeser dari tempatnya
karena ketaatannya kepada nabi Khidir.
Pada waktu pertama kali masuk Irak, Syaikh Abdul Qadir Jailani ditemani
Khidir, dan Syaikh belum pernah mengenalnya sebelum itu. Kemudian Khidir
memberikan isyarat kepadanya agar ia tidak disalahi dan kalau sampai hal itu
terjadi maka akan menjadi sebab perpisahan antara keduanya. Maka berkatalah
Khidir kepadanya: “Duduklah di sini !” Maka beliaupun duduk ditempat
yang ditunjuk oleh Khidir itu selama tiga tahun, yang selalu dikunjunginya
setiap setahun sekali dan katanya lagi: “Janganlah engkau bergeser dari
tempat itu sampai aku datang” (Lubabul Ma'ani hal. 20)
Bantahan :
Cerita ini terlalu mengada-ada. Duduk selama 3 tahun tanpa
beranjak/bergeser dari tempat duduknya adalah mustahil. Bagaimana Syaikh Abdul
Qadir Jailani mengambil air wudhu, Shalat Jum’at dan Shalat ‘Id ?
o
Diceritakan juga bahwa
Syaikh Abdul Qadir Jailani pernah bermimpi junub sebanyak 40 kali dalam waktu
semalam. (Lubabul Ma'ani, hal. 20-21).
Bantahan :
Kebohongan yang luar biasa, cukupkah waktu untuk 40 kali tidur, 40 kali
bermimpi bersetubuh dan 40 kali mandi janabat ?
o
100 ulama merobek-robek
baju sendiri (Lubabul Ma'ani, hal. 23-24)
Bantahan :
Sungguh tidak masuk akal dan tidak pernah terbayang dalam angan-angan orang
yang normal akalnya bahwa seorang yang saleh dan ulama yang ikhlas seperti Syaikh
Abdul Qadir Jailani sampai hati melihat para ‘aimmah merobek-robek pakainnya
dan bertingkah polah seperti orang yang tidak waras.
o
Di antara kekeramatan
Syaikh Abdul Qadir Jailani, bahwa seekor burung Elang yang terbang di atas
majlis syaikh, dimohon kepada angin agar dipenggal leher burung tersebut, maka
putuslah leher burung Elang tersebut. (Lubabul Ma'ani, hal. 59)
Bantahan :
Burung adalah binatang yang tidak dibekali akal seperti manusia dan tidak
dibebani tata tertib hidup serta tidak terikat dengan berbagai aturan
sesamanya. Ia terbang mengikuti naluri hayawani tanpa memperdulikan apakah ada
makhluk lain yang terganggu olehnya. Maka alangkah teganya hati Syaikh Abdul
Qadir Jailani untuk membunuh burung Elang tersebut.
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ
مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ
شَيْءٍ بَصِيرٌ
“Dan apakah mereka
tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya
di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”. (QS. Al Mulk : 19).
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ
صَافَّاتٍ ۖ
كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ ۗ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Tidakkah kamu tahu
bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan
(juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui
(cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” (QS. An Nur : 41).
o
Diantara kekeramatan
lainnya. Matinya seorang pelayan karena sorotan mata Syaikh Abdul Qadir Jailani
karena kesalahannya tidak sudi meletakkan kendi kearah kiblat. (Lubabul Ma'ani,
hal. 58-59)
Bantahan :
Peristiwa kesalahan yang tidak patal sehingga membuat Syaikh Abdul Qadir
Jailani untuk membunuh, apakah mungkin dilakukan bagi seorang syaikh yang
berakhlaq mulia ?
o
Syaikh Abdul Qadir
Jailani meramal nasib (Lubabul Ma'ani, hal. 59-64)
Bantahan :
Mirip Mama Lauren aja.
o
Syaikh Abdul Qadir
Jailani menjamin para muridnya masuk surga (Lubabul Ma'ani, hal. 80-81)
Bantahan :
Lebih hebat daripada Rasulullah
o
Syaikh Abdul Qadir
Jailani mengejar Malaikat Maut untuk membatalkan kematian salah seorang
muridnya, sehingga Malaikat Maut mengembalikan lagi ruh yang sudah dicabut
tadi. (Dikutip dari Tafsir al manar, Rasyid Juz XI hal. 423, oleh HAS.
Al Hamdani dalam bukunya Sorotan terhadap Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Bantahan :
????
o
Syaikh Abdul Qadir
Jailani mendapat sepucuk surat dari Allah. (Lubabul Ma'ani, hal. 89)
Bantahan :
????
Silahkan juga dibaca ini
:
Wasiat Emas Syaikh
Abdul Qadir Jailani
Meluruskan Sejarah
Biografi Syaikh Abdul Qadir Jailani
Barzanji Kitab Induk
Peringatan Maulid
Barzanji
Wallahu a’lam.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar