إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Seorang artis terkenal
yang juga penari, Haalah ash-Shaafy menceritakan kisah kenapa ia meninggalkan
karirnya di dunia seni dan memilih untuk bertaubat serta bagaimana ketenangan
jiwa yang ia rasakan ketika kembali ke rumahnya dan ke kehidupannya. Dengan
gaya bahasa yang amat menyentuh, ia menceritakannya dalam sebuah wawancara di
salah satu sebuah majalah,
“Suatu hari, seperti biasa aku melakukan adegan menari di salah satu hotel
terkenal di Cairo, Mesir. Saat menari, aku merasakan diriku seperti mayat dan
boneka yang bergerak tanpa makna. Dan untuk pertama kalinya aku merasa malu
ketika menyadari dalam pose setengah telanjang, menari di hadapan mata kaum
lelaki dan di tengah-tengah gelas-gelas yang dihampar.
Lalu aku tinggalkan arena tersebut dan cepat-cepat pergi sembari menangis
secara histeris menuju kamar gantiku dan mengenakan pakaianku kembali.
Selama hidupku, baru kali ini aku diliputi suatu perasaan yang belum pernah
aku rasakan semenjak mulai menari dari usia 15 tahun lalu. Maka, aku pun segera
berwudhu dan melakukan shalat. Ketika itu, untuk pertama kalinya pula aku
merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Dan sejak hari itu, aku mengenakan hijab
sekalipun masih banyak sekali tawaran-tawaran menggiurkan yang disodorkan
kepadaku atau pun beragam ejekan dari sebagian orang. Aku pun melaksanakan
manasik haji seraya berdiri dan menangis di hadapan ka’bah memohon kepada Allah
kiranya mengampuni dosa-dosa yang telah aku lakukan pada hari-hari hitamku...”
Di akhir ceritanya yang
menggugah hati, Halah berkata, “Haalah ash-Shaafy telah mati dan telah
mengubur bersamanya masa lalunya. Ada pun saya sekarang ini adalah bernama Suhair
‘Abidin, Ummu Karim, pengasuh rumah, hidup bersama anak dan suamiku. Tetesan
air mata penyesalan senantisa mendampingiku atas hari-hari yang dulu pernah aku
lakukan dari usiaku, yang jauh dari Khaliq-ku Yang telah memberikan segala
sesuatu kepadaku. Sesungguhnya, aku kini adalah bayi yang baru dilahirkan, aku
merasakan ketenangan dan kedamaian setelah sebelumnya hanya perasaan cemas dan
sedih yang menjadi temanku sekalipun kekayaan demikian melimpah, selalu
bergadang malam dan bersenang-senang.
Aku telah melakukan masa-masa yang lalu sebagai teman syetan, yang aku
kenal hanya bersenang-senang dan menari. Aku telah hidup dalam kehidupan yang
amat dibenci dan terhina. Syarafku selalu tegang tetapi sekarang aku merasa
baru menjadi bayi kembali. Aku merasa berada di tangan yang begitu amanat, yang
membelai kasih sayang dan mengucapkan selamat padaku. Yah, tangan Allah ta’ala.”
Sumber : al-‘Aaidaat Ilallaah, karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz al-Musnad, hal.15-16, sebagaimana dinukil dari Majalah al-‘Arabiyyah, Volume 140
0 komentar:
Posting Komentar