Pages

Rabu, 14 November 2012

Penyesalan Imam Asy Sya’bi



إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار




Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Barangsiapa yang membenci satu hal dari diri penguasanya hendaklah ia bersabar karena tidak seorangpun yang memberontak kepada penguasanya sejengkal saja, kemudian ia mati dalam keadaan seperti itu melainkan seperti kematian di dalam masa Jahiliyyah.” (HR. Muslim)

Ketika Ibnu al-Asy’at melarikan diri, tinggallah petaka yang membinasakan keluarga dan keturunan, jatuhnya korban yang banyak dari pengikutnya baik yang terbunuh maupun yang tertawan. al-Hajjaj menggempur mereka hingga orang-orang yang masih tersisa berhamburan lari menyelamatkan diri.

Diantara orang-orang tersebut adalah Amir asy-Sya’bi, seorang imam/alim yang terpercaya. Al-Hajjaj memerintahkan agar menghadapkan asy-Sya’bi kepadanya. Dan dihadapkanlah asy-Sya’bi ke hadapan al-Hajjaj.

Asy-Sya’bi menceritakan, “Aku mengucapkan salam kepadanya dan aku berkata, “Wahai Amir, sesungguhnya orang-orang telah memerintahkan aku untuk meminta udzur -pemakluman- kepadamu dengan selain apa-apa yang telah diketahui oleh Allah bahwasanya itu benar. Dan demi Allah dalam kesempatan ini aku tidak mengatakan sesuatu kecuali yang benar. Sungguh demi Allah kami telah durhaka kepadamu dan kami telah menghasut dan berusaha dengan penuh kesungguhan maka kami bukanlah orang-orang yang bertakwa lagi baik, namun bukan pula orang-orang yang keji lagi jahat. Allah telah memberikan pertolongan kepadamu terhadap kami dan mengaruniakan pertolongan kepadamu terhadap kami dan mengaruniakan keberuntungan dengan kami. Jika engkau mendera maka itu karena dosa-dosa kami. Tanga-tangan kami sekali-kali tidak pernah menyentuhmu. Dan jika engkau memaafkan kami maka itu karena kemurahan hatimu. Selanjutnya bagimulah bukti dan alasan terhadap kami.”

Setelah menyaksikan pengakuan dan pernyataan dari asy-Sya’bi, al-Hajjaj berkata, “Engkau wahai asy-Sya’bi. lebih aku cintai daripada orang yang datang kepada kami dengan pedang yang berlumur darah kami kemudian ia berkata, ‘Aku tak melakukan apapun dan aku tidak menyaksikan apapun’, engkau telah aman bersama kami wahai asy-Sya’bi.” Al-Hajjaj melanjutkan, “Wahai asy-Sya’bi bagaimana engkau dapati keadaan orang-orang setelah kami?”

Pada masa sebelum terjadinya fitnah -petaka- itu, al-Hajjaj bersikap hormat kepada asy-Sya’bi.

Asy-Sya’bi lalu berkata memberitahukan tentang keadaan dirinya setelah ia meninggalkan jama’ah, “Semoga Allah memberikan perbaikan kepada Amir, sungguh setelahmu aku telah merasa tersiksa sepanjang malam, tiada kemudahan yang aku dapat, ketakutan menyelimutiku, aku kehilangan teman-teman baikku dan aku tidak mendapatkan seorang Amir pun sebagai penggantiku!!” Al-Hajjaj berkata, “Pergilah wahai asy-Sya’bi!”

Asy-Sya’bi pun pergi dengan keadaan aman.


Nasehat Seorang Salaf Kepada Orang-Orang Yang Memberontak Terhadap Penguasa

Al-Mahlab bin Absu Shafrah menulis surat kepada Ibnu al-Asy’ats untuk mentahdzirnya / memperingatinya dan mencegahnya agar tidak memberontak terhadap pemimpinnya.

Al-Mahlab berkata, “Wahai Ibnu al-Asy’ats, sesungguhnya engkau telah meletakkan kakimu diatas perjalanan yang panjang, tetaplah bersama ummat Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Allah, Allah!! Lihatlah dirimu dan jangan engkau binasakan mereka, jangan engkau tumpahkan darah kaum muslimin, jangan engkau tinggalkan jama’ah dan jangan engkau langgar bai’at, sesungguhnya bila engkau mengatakan, ‘Aku takut orang-orang mencelakakanku’, mestinya Allah lah yang lebih harus engkau takuti dari pada manusia. Janganlah engkau menentang Allah dengan menumpahkan dan menghalalkan yang haram. Semoga keselamatan selalu menyertaimu.”

[Khutbah dengan judul "Fitnah Ibnu al-Asy'ats" oleh Syaikh Sulthan al-'Ied]

Sumber:
buku “Mahkota Diatas Sajadah”, Penerbit at-Tibyan, Hal.26-29, Penulis: Abdullah Humaid al-Falasi & Wahid Abdussalam Bali.



Tahukah Kalian Siapa Hajjaj bin Yusuf ?

Hisyam bin Hassan berkata: “Mereka menghitung yang dibunuh Al-Hajjaj dengan cara shabran (yaitu seseorang diikat lalu dibiarkan sampai mati, red) mencapai jumlah 120.000 orang!” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi [no.2220] dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih As-Sunan. Dinukil dari Fatawa Al-’Ulama Al-Akabir [hal.36])


Dan Apa Nasehat Hasan Al-Basri rohimahulloh tentang Hajjaj bin Yusuf ?

Sulaiman bin ‘Ali Ar-Rab’i rahimahullah meriwayatkan: “Tatkala terjadi fitnah Ibnul Asy’ats, yang memberontak kepada Al-Hajjaj bin Yusuf, maka ‘Uqbah bin Abdul Ghafir, Abul Jauza` dan Abdullah bin Ghalib dari kalangan orang-orang yang seperti mereka (yakni kaum Khawarij), mendatangi Al-Hasan –yakni Al-Bashri–.
Mereka berkata: ‘Wahai Abu Sa’id (yakni Al-Hasan)! Apa pendapatmu terhadap perbuatan memerangi orang yang melampaui batas ini (yaitu Al-Hajjaj), yang telah menumpahkan darah yang haram dan mengambil harta yang haram, meninggalkan shalat, dan berbuat ini dan itu?’ Mereka lalu menyebutkan perbuatan-perbuatan Al-Hajjaj.
Al-Hasan Al-Bashri menjawab: ‘Aku berpendapat bahwa kalian tidak boleh memberontak kepadanya. Karena, bila ini adalah hukuman dari Allah maka kalian tidak akan bisa menolak hukuman Allah dengan pedang-pedang kalian. Dan bila ini merupakan ujian, hendaknya kalian bersabar sampai Allah menentukan hukumnya, dan Allah adalah Hakim yang terbaik.’
Mereka pun pergi dari sisi Al-Hasan dan mengatakan: ‘Apakah kita akan menaati al-’ilj ini?’ Sedangkan mereka adalah orang Arab”.

Akhirnya mereka ikut memberontak bersama Ibnul Asy’ats, dan mereka semua terbunuh.”

(Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqat [7/163-164], Ad-Dulabi dalam Al-Kuna [2/121], dengan sanad yang shahih. Diringkas dari Fatawal ‘Ulama Al-Akabir, [hal. 36-37])

0 komentar:

Posting Komentar