إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
Fitnah Khawarij Terbesar di Dunia Sepanjang
Abad ke-20 M
Juhaiman bin Muhammad bin Saif Al-'Utaiby
Begitulah namanya tercatat dalam
catatan sipil Arab Saudi. Bagi yang pernah mengikuti perkembangan sejarah
Al-Masjid Al-Haraam, mungkin pernah mendengar nama tersebut. Dialah Juhaiman
yang pernah membuat geger dunia Islam dengan aksinya "membebaskan
Al-Masjid Al-Haram" dari tangan penguasa zhalim (menurut klaimnya), yang pada
hakikatnya ia telah "mengotori Al-Masjid Al-Haram" dengan pertumpahan
darah kaum muslimin.
Pada hari itu,
1 Muharram 1400 H, bertepatan dengan tanggal 20 November 1979 M, setelah
melaksanakan shalat shubuh berjama'ah yang diimami oleh Syaikh Muhammad bin
Subayyil rahimahullah (baru saja wafat beberapa bulan yang lalu ketika
tulisan ini dibuat), kaum muslimin di Al-Masjid Al-Haraam yang sebagian
besarnya adalah jamaah haji dikejutkan dengan kemunculan Imam Mahdi versi
Juhaiman, yang tidak lain adalah iparnya sendiri, Muhammad bin 'Abdillaah
Al-Qahthany.
Juhaiman
mengajak kaum muslimin untuk berbai'at kepada Imam Mahdinya dan bersatu padu
membentuk daulah islamiyyah yang baru. Juhaiman cs menutup pintu-pintu
Al-Masjid Al-Haram. Terdengar dari pengeras suara Al-Masjid Al-Haram ketika
itu, suara yang memerintahkan seseorang untuk menutup pintu, "Yaa
Abdallah Al-Ghaamidy, tutup semua pintu..."
Mereka menawan
kaum muslimin yang pada waktu itu berada di dalam masjid. Kemudian
senjata-senjata yang tadinya dimasukkan ke dalam masjid lewat keranda-keranda
jenazah, dibagi-bagikan kepada pengikutnya untuk berjaga-jaga di pintu-pintu
dan menara-menara masjid terbesar umat Islam ini.
Pemerintah Arab
Saudi tidak tinggal diam setelah mengetahui kejadian ini. Rajanya pada waktu
itu, Raja Khalid bin 'Abdil 'Aziz memanggil para ulama yang duduk di Hai'ah
Kibaar 'Ulama (Majelis Ulama Saudi) untuk dimintai pendapat mereka sehubungan
dengan "Pemberontakan Juhaiman".
Para ulama
memberikan masukannya agar terlebih dahulu Juhaiman diajak baik-baik untuk
menyerahkan diri dan bertaubat. Jika tidak mau, maka barulah diambil tindakan
militer yaitu dengan menangkapnya hidup atau mati. Apa yang dilakukan oleh
Juhaiman dan jamaahnya merupakan penyimpangan terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Langkah dialog
pun dilakukan yaitu dengan menugaskan Mufti 'Amm sekaligus ketua umum Majelis
Ulama Saudi kala itu, Syaikh Abdullah bin Humaid untuk menyadarkan Juhaiman cs
dari kekeliruannya. Syaikh Abdullah bin Humaid berdialog lewat mikrofon di luar
masjid yang didengarkan oleh Juhaiman cs dari dalam masjid. Tetapi mereka tidak
mau menyerahkan diri. Mereka tetap kukuh dengan pendiriannya. Akhirnya
ditempuhlah operasi militer.
Pada saat
perintah tembak dikeluarkan pertama sekali, Tentara Nasional Saudi (TNS) enggan
mematuhinya. Pasalnya, arah serangan adalah Al-Masjid Al-Haram... Ka'bah... Tempat
Paling Suci di bumi ini. Kiblat Kaum Muslimin.
Seakan-akan
mereka teringat dengan Pasukan Abrahah yang berniat menyerang Ka'bah. Bagaimana
tragisnya nasib mereka kalau seandainya kisah "Ash-habul Fil"
(Pasukan Bergajah) terulang kembali?
Oleh karena
itu, wajarlah kalau mereka (TNS) agak sedikit "melawan" instruksi
atasan mereka yakni Menteri Pertahanan Saudi pada waktu itu, Al-Amir Sulthan
bin 'Abdil 'Aziz. Namun setelah mendengarkan penjelasan dari pimpinan mereka
bahwa majelis ulama sudah mengeluarkan fatwa bolehnya melakukan peperangan di
Al-Masjid Al-Haram jika pihak musuh yang memulai perang, barulah TNS memulai
serangan ke arah Juhaiman.
Yang pertama
kali dijadikan sasaran adalah menara-menara masjid, karena dari sanalah
Juhaiman cs selalu menembaki tentara yang coba-coba mendekat ke arah masjid.
Setelah berhasil melumpuhkan anggota-anggota Juhaiman yang berada di menara-menara
masjid, saatnya TNS merangsek masuk dengan mendobrak pintu-pintu masjid. Ketika
TNS berhasil masuk ke dalam masjid, Juhaiman dan kawan-kawan mengungsi ke
lantai bawah tanah (ground floor) masjid dan menutup pintu masuk.
TNS menyusun strategi bagaimana
caranya menangkap atau melumpuhkan para pemberontak yang berada di ruang bawah
tanah.
Ada yang mengusulkan untuk
menggunakan gas kimia yang dapat melumpuhkan syaraf sementara. Mulailah dilakukan
pengeboran sebagai jalan masuk pipa gas ke dalam ruang bawah tanah. Juhaiman cs
tidak tinggal diam. Setiap ada usaha pengeboran, disambut selalu dengan
rentetan senjata api ke arah pengebor. Akhirnya, usaha melumpuhkan kawanan
pemberontak dengan gas kimia gagal.
Kemudian
muncullah ide dari salah satu anggota keluarga kerajaan (syaikh kami lupa siapa
pemilik ide tersebut), yaitu dengan mengalirkan air ke dalam ruang bawah tanah
sampai setinggi mata kaki, lalu memberikan aliran listrik untuk menyetrum para
pemberontak.
Setelah operasi ini dilakukan, benar saja para
pemberontak akhirnya keluar dari ruang bawah tanah, dan sudah ditunggu oleh TNS
untuk diamankan.
Demikianlah,
Juhaiman cs ditangkap dan diamankan di dalam penjara hingga akhirnya dijatuhkan
hukuman mati yang dilaksanakan di berbagai kota besar Saudi Arabia. Hal ini
demi memberikan pelajaran kepada masyarakat dunia bagaimana akhir dari sebuah
upaya mengotori Al-Masjid Al-Haram dengan pertumpahan darah kaum muslimin.
Pengikut Juhaiman di Madinah Gagal
Al-Masjid
An-Nabawi (masjid nabi di Madinah) hampir mengalami kejadian yang sama. Akan
tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Sebagian pengikut Juhaiman yang ada di
Madinah sesuai rencananya, juga akan menguasai Al-Masjid An-Nabawi. Hanya saja
aksi mereka menyelundupkan senjata ke dalam masjid dapat digagalkan oleh pihak
keamanan Al-Masjid An-Nabawi.
Ketika mereka
ingin masuk ke dalam masjid dengan membawa keranda-keranda jenazah yang isinya
persenjataan lengkap dengan amunisinya, pihak keamanan merasa adanya
kejanggalan dengan keranda-keranda yang diusung. Pasalnya, keranda yang terbuat
dari kayu itu mengeluarkan bunyi yang menunjukkan beban di atasnya sangat
berat. Tentu saja hal ini mengundang kecurigaan penjaga masjid. Benar saja,
ketika diminta untuk membuka kain penutup jenazah mereka berkelit dengan
mengatakan, "Sejak kapan pemerintah membuat peraturan untuk memeriksa
jenazah yang hendak dishalatkan?". Namun
setelah dipaksa, akhirnya mereka pun ketangkap basah. Walhamdulillaah,
Al-Masjid An-Nabawi selamat dari makar kaum pemberontak.
==================================
Catatan:
1.
Tulisan ini
merupakan hasil bincang-bincang kami dengan syaikh kami, 'Abdul Karim bin Sa'ad
Asy-Syaway. Jadi sumber utama tulisan ini adalah periwayatan yang beliau dengar
dari orang-orang tua (sesepuh) yang mengetahui persis kronologis tragedi
Juhaiman
2.
Kami
mengisahkannya di sini dalam rangka mengingatkan saudara-saudara kami akan
bahaya pemikiran khawarij, yaitu takfir (mengkafirkan) kaum muslimin dan
pemerintah kaum muslimin, yang berujung pada tahlil (menghalalkan) darah kaum
muslimin
3.
Riwayat seputar
Juhaiman sampai pada aksinya yang menggoncang dunia ini banyak sekali. Oleh
karena itu, di sini kami hanya mencukupkan diri dengan menukil kisah yang
dituturkan oleh syaikh kami, Syaikh 'Abdul Karim bin Sa'ad Asy-Syaway tentang
tragedi tersebut
4.
Untuk
diketahui, Juhaiman cs telah mempersiapkan misi pemberontakan ini dengan sangat
rapi dan terorganisir. Hal ini ditandai dengan ditemukannya banyak persediaan
makanan di dalam ruang bawah tanah tersebut, yaitu berupa kurma dan aqith.
Aqith adalah salah satu produk susu yang dijadikan sebagai bahan makanan pokok
di jazirah Arab. Ketika kami menanyakan bagaimana cara mereka memasukkan bahan
makanan tersebut ke dalam ruang bawah tanah, Syaikh menjelaskan bahwa hal itu
sangat mungkin sekali. Karena pada waktu itu, penjagaan Al-Masjid Al-Haram
tidak seketat jaman sekarang. Ditambah lagi, dulu akses masuk ke ruang bawah
tanah (yaitu tempat di mana sumur/telaga zam-zam berada) masih sangat leluasa
0 komentar:
Posting Komentar