Pages

Kamis, 07 Maret 2013

Pemberontakan Juhaiman







إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار






Fitnah Khawarij Terbesar di Dunia Sepanjang Abad ke-20 M

Juhaiman bin Muhammad bin Saif Al-'Utaiby

Begitulah namanya tercatat dalam catatan sipil Arab Saudi. Bagi yang pernah mengikuti perkembangan sejarah Al-Masjid Al-Haraam, mungkin pernah mendengar nama tersebut. Dialah Juhaiman yang pernah membuat geger dunia Islam dengan aksinya "membebaskan Al-Masjid Al-Haram" dari tangan penguasa zhalim (menurut klaimnya), yang pada hakikatnya ia telah "mengotori Al-Masjid Al-Haram" dengan pertumpahan darah kaum muslimin.

Pada hari itu, 1 Muharram 1400 H, bertepatan dengan tanggal 20 November 1979 M, setelah melaksanakan shalat shubuh berjama'ah yang diimami oleh Syaikh Muhammad bin Subayyil rahimahullah (baru saja wafat beberapa bulan yang lalu ketika tulisan ini dibuat), kaum muslimin di Al-Masjid Al-Haraam yang sebagian besarnya adalah jamaah haji dikejutkan dengan kemunculan Imam Mahdi versi Juhaiman, yang tidak lain adalah iparnya sendiri, Muhammad bin 'Abdillaah Al-Qahthany.

Juhaiman mengajak kaum muslimin untuk berbai'at kepada Imam Mahdinya dan bersatu padu membentuk daulah islamiyyah yang baru. Juhaiman cs menutup pintu-pintu Al-Masjid Al-Haram. Terdengar dari pengeras suara Al-Masjid Al-Haram ketika itu, suara yang memerintahkan seseorang untuk menutup pintu, "Yaa Abdallah Al-Ghaamidy, tutup semua pintu..."

Mereka menawan kaum muslimin yang pada waktu itu berada di dalam masjid. Kemudian senjata-senjata yang tadinya dimasukkan ke dalam masjid lewat keranda-keranda jenazah, dibagi-bagikan kepada pengikutnya untuk berjaga-jaga di pintu-pintu dan menara-menara masjid terbesar umat Islam ini.

Pemerintah Arab Saudi tidak tinggal diam setelah mengetahui kejadian ini. Rajanya pada waktu itu, Raja Khalid bin 'Abdil 'Aziz memanggil para ulama yang duduk di Hai'ah Kibaar 'Ulama (Majelis Ulama Saudi) untuk dimintai pendapat mereka sehubungan dengan "Pemberontakan Juhaiman". 

Para ulama memberikan masukannya agar terlebih dahulu Juhaiman diajak baik-baik untuk menyerahkan diri dan bertaubat. Jika tidak mau, maka barulah diambil tindakan militer yaitu dengan menangkapnya hidup atau mati. Apa yang dilakukan oleh Juhaiman dan jamaahnya merupakan penyimpangan terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Langkah dialog pun dilakukan yaitu dengan menugaskan Mufti 'Amm sekaligus ketua umum Majelis Ulama Saudi kala itu, Syaikh Abdullah bin Humaid untuk menyadarkan Juhaiman cs dari kekeliruannya. Syaikh Abdullah bin Humaid berdialog lewat mikrofon di luar masjid yang didengarkan oleh Juhaiman cs dari dalam masjid. Tetapi mereka tidak mau menyerahkan diri. Mereka tetap kukuh dengan pendiriannya. Akhirnya ditempuhlah operasi militer. 

Pada saat perintah tembak dikeluarkan pertama sekali, Tentara Nasional Saudi (TNS) enggan mematuhinya. Pasalnya, arah serangan adalah Al-Masjid Al-Haram... Ka'bah... Tempat Paling Suci di bumi ini. Kiblat Kaum Muslimin.

Seakan-akan mereka teringat dengan Pasukan Abrahah yang berniat menyerang Ka'bah. Bagaimana tragisnya nasib mereka kalau seandainya kisah "Ash-habul Fil" (Pasukan Bergajah) terulang kembali?

Oleh karena itu, wajarlah kalau mereka (TNS) agak sedikit "melawan" instruksi atasan mereka yakni Menteri Pertahanan Saudi pada waktu itu, Al-Amir Sulthan bin 'Abdil 'Aziz. Namun setelah mendengarkan penjelasan dari pimpinan mereka bahwa majelis ulama sudah mengeluarkan fatwa bolehnya melakukan peperangan di Al-Masjid Al-Haram jika pihak musuh yang memulai perang, barulah TNS memulai serangan ke arah Juhaiman. 

Yang pertama kali dijadikan sasaran adalah menara-menara masjid, karena dari sanalah Juhaiman cs selalu menembaki tentara yang coba-coba mendekat ke arah masjid. Setelah berhasil melumpuhkan anggota-anggota Juhaiman yang berada di menara-menara masjid, saatnya TNS merangsek masuk dengan mendobrak pintu-pintu masjid. Ketika TNS berhasil masuk ke dalam masjid, Juhaiman dan kawan-kawan mengungsi ke lantai bawah tanah (ground floor) masjid dan menutup pintu masuk.

TNS menyusun strategi bagaimana caranya menangkap atau melumpuhkan para pemberontak yang berada di ruang bawah tanah.

Ada yang mengusulkan untuk menggunakan gas kimia yang dapat melumpuhkan syaraf sementara. Mulailah dilakukan pengeboran sebagai jalan masuk pipa gas ke dalam ruang bawah tanah. Juhaiman cs tidak tinggal diam. Setiap ada usaha pengeboran, disambut selalu dengan rentetan senjata api ke arah pengebor. Akhirnya, usaha melumpuhkan kawanan pemberontak dengan gas kimia gagal.

Kemudian muncullah ide dari salah satu anggota keluarga kerajaan (syaikh kami lupa siapa pemilik ide tersebut), yaitu dengan mengalirkan air ke dalam ruang bawah tanah sampai setinggi mata kaki, lalu memberikan aliran listrik untuk menyetrum para pemberontak. Setelah operasi ini dilakukan, benar saja para pemberontak akhirnya keluar dari ruang bawah tanah, dan sudah ditunggu oleh TNS untuk diamankan.

Demikianlah, Juhaiman cs ditangkap dan diamankan di dalam penjara hingga akhirnya dijatuhkan hukuman mati yang dilaksanakan di berbagai kota besar Saudi Arabia. Hal ini demi memberikan pelajaran kepada masyarakat dunia bagaimana akhir dari sebuah upaya mengotori Al-Masjid Al-Haram dengan pertumpahan darah kaum muslimin.


Pengikut Juhaiman di Madinah Gagal

Al-Masjid An-Nabawi (masjid nabi di Madinah) hampir mengalami kejadian yang sama. Akan tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Sebagian pengikut Juhaiman yang ada di Madinah sesuai rencananya, juga akan menguasai Al-Masjid An-Nabawi. Hanya saja aksi mereka menyelundupkan senjata ke dalam masjid dapat digagalkan oleh pihak keamanan Al-Masjid An-Nabawi. 

Ketika mereka ingin masuk ke dalam masjid dengan membawa keranda-keranda jenazah yang isinya persenjataan lengkap dengan amunisinya, pihak keamanan merasa adanya kejanggalan dengan keranda-keranda yang diusung. Pasalnya, keranda yang terbuat dari kayu itu mengeluarkan bunyi yang menunjukkan beban di atasnya sangat berat. Tentu saja hal ini mengundang kecurigaan penjaga masjid. Benar saja, ketika diminta untuk membuka kain penutup jenazah mereka berkelit dengan mengatakan, "Sejak kapan pemerintah membuat peraturan untuk memeriksa jenazah yang hendak dishalatkan?". Namun setelah dipaksa, akhirnya mereka pun ketangkap basah. Walhamdulillaah, Al-Masjid An-Nabawi selamat dari makar kaum pemberontak.



==================================
 

Catatan:
1.        Tulisan ini merupakan hasil bincang-bincang kami dengan syaikh kami, 'Abdul Karim bin Sa'ad Asy-Syaway. Jadi sumber utama tulisan ini adalah periwayatan yang beliau dengar dari orang-orang tua (sesepuh) yang mengetahui persis kronologis tragedi Juhaiman
2.        Kami mengisahkannya di sini dalam rangka mengingatkan saudara-saudara kami akan bahaya pemikiran khawarij, yaitu takfir (mengkafirkan) kaum muslimin dan pemerintah kaum muslimin, yang berujung pada tahlil (menghalalkan) darah kaum muslimin
3.        Riwayat seputar Juhaiman sampai pada aksinya yang menggoncang dunia ini banyak sekali. Oleh karena itu, di sini kami hanya mencukupkan diri dengan menukil kisah yang dituturkan oleh syaikh kami, Syaikh 'Abdul Karim bin Sa'ad Asy-Syaway tentang tragedi tersebut
4.        Untuk diketahui, Juhaiman cs telah mempersiapkan misi pemberontakan ini dengan sangat rapi dan terorganisir. Hal ini ditandai dengan ditemukannya banyak persediaan makanan di dalam ruang bawah tanah tersebut, yaitu berupa kurma dan aqith. Aqith adalah salah satu produk susu yang dijadikan sebagai bahan makanan pokok di jazirah Arab. Ketika kami menanyakan bagaimana cara mereka memasukkan bahan makanan tersebut ke dalam ruang bawah tanah, Syaikh menjelaskan bahwa hal itu sangat mungkin sekali. Karena pada waktu itu, penjagaan Al-Masjid Al-Haram tidak seketat jaman sekarang. Ditambah lagi, dulu akses masuk ke ruang bawah tanah (yaitu tempat di mana sumur/telaga zam-zam berada) masih sangat leluasa

0 komentar:

Posting Komentar