Pages

Kamis, 04 April 2013

Sufi tidak Takut Neraka dan tidak Ingin Surga



إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فنار


Inilah di antara perkataan tokoh-tokoh mereka. as-Sulami, al-Hajuwiri, al-Manufi al-Husai, meriwayatkan bahwa Abu Yazid al-Busthami yang disebut sebagai al-Junaid al-Baghdadi -seperti yang mereka riwayatkan-:
"Abu Yazid al-Bustami di kalangan kami adalah seperti Malaikat Jibril di kalangan malaikat". (Kasyfu al-Mahjubi [hal.313]).

Ia (Abu Yazid al-Bustami) berkata, "Surga itu tidak pernah terlintas di hati orang-orang yang mempunyai cinta, karena mereka terhalang daripadanya karena cinta mereka”.
(Thabaqatu ash-Shufiyyah karya as-Sulami [hal. 19], Kasyfu Al-Mahjubi karya al-Hajuwiri [hal.318], Jamharatu al-Auliyai karya al-Manufi al-Husaini [jilid II, hal.139], an-Nur fi Kalimati Abi Thaifur karya as-Sahlaji [hal.169]).

Dari Ibnu al-Arif meriwayatkan dari Abu Yazid al-Busthami bahwa ia melecehkan pahala dan tidak peduli dengan siksa. Abu Yazid al-Busthami bermunajat kepada Allah Ta'ala (dengan berkata),
"Aku tidak menginginkan-Mu karena pahala, namun aku menginginkan-Mu karena siksa".
(Mahasinu Al-Majalisu karya Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad ash-Sufi ash-Shanhaji bin al-Arif. Dan Syarhu Ash-Shufiyyah karya Mahmud Al-Ghurab [hal.180]).

Abu Yazid al-Busthami berkata, "Barangsiapa kenal Allah, maka surga menjadi pahala dan petaka baginya." (An-Nuru fi Kalimati Abu Thaifur karya As-Sahlaji [hal.147]).

Abu Yazid al-Busthami berkata, "Aku ingin Hari Kiamat terjadi agar aku bisa memasang kemahku di pintu Jahannam.” Seseorang berkata kepada Abu Yazid Al-Busthami, "Kenapa begitu wahai Abu Yazid?" Abu Yazid al-Busthami menjawab, "Karena aku tahu bahwa jika Jahannam melihatku, ia pasti padam.” (An-Nuru fi Kalimati Abu Thaifur karya As-Sahlaji [hal.147]).

Orang-orang sufi meriwayatkan dari Ibrahim bin Adham bahwa ia melecehkan kenikmatan surga dengan do'anya, "Ya Allah, Engkau tahu bahwa surga itu tidak sebanding dengan sayap nyamuk bagiku." (Jamharatu Al-Auliyai karya Abu al-Faidh al-Manufi al-Husaini [jilid II, hal.130]).

Orang-orang sufi meriwayatkan dari asy-Syibli yang dikatakan oleh al-Junaid, "Setiap kaum mempunyai mahkota dan mahkota kaum ini (sufi) adalah asy-Syibli." (Nafahatu al-Unsi karya Al-Jami [hal.180])

Di antara penghinaan asy-Syibli terhadap neraka dan apinya, ia berkata dalam majelis ilmunya, "Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba, jika mereka meludah di atas Jahannam, maka Jahannam pasti padam." (Al-Luma' karya ath-Thusi [hal.491])

Asy-Syibli berkata, "Jika terlintas di benakku bahwa neraka dan apinya membakar sehelai rambutku, maka aku musyrik." (Al-Luma' karya ath-Thusi [hal.490])

Di antara bentuk lain penghinaan Asy-Syibli terhadap ancaman bagi penghuni neraka (dan penghinaan terhadap ayat Al-Qur'an), dikisahkan bahwa pada suatu ketika ia mendengar seseorang membaca ayat:
قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ
"Allah berfirman, 'Tinggallah kalian dengan hina di dalamnya dan janganlah kalian berbicara dengan Aku." (QS. Al-Mukminin : 108)
Ia berkata, "Ah, seandainya aku menjadi salah seorang di antara mereka." (Al-Luma' karya ath-Thusi [hal.490])

An-Nafzi Ar-Randi dan Abu Thalib Al-Makki meriwayatkan dari Abu Hazim Al-Madani yang berkata:
"Aku malu kepada Tuhanku jika aku menyembah-Nya karena takut siksa. Kalau begitu, aku seperti orang jahat yang jika tidak takut, maka ia tidak akan beramal. Aku juga malu kepada-Nya jika aku menyembah-Nya karena mengharap pahala-Nya, karena jika aku menyembah-Nya karena mengharap pahala-Nya maka dengan cara seperti itu aku seperti buruh yang jahat yang jika tidak diberi gaji maka ia tidak mau bekerja, namun aku menyembah-Nya karena cinta kepada-Nya." (Ghautsu Al-Mawahibi Al-Aliyyati karya An-Nafzi Ar-Randi [jilid I, hal.242], juga Qutu Al-Qulubi karya Abu Thalib Al-Makki [jilid II, hal.56]).

Muhammad bin Sa'id Az-Zanji pernah ditanya, ‘siapa sebenarnya yang dinamakan orang hina itu?’ Ia menjawab, “Yaitu orang yang menyembah Allah karena takut dan berharap." (Nafahatu Al-Unsi [hal.38])
(Semua perkataan di atas dikutip dari kitab Dirasat fi At-Tasawuf, Dr. Ihsan Ilahi Dhahir, Edisi Indonesia Darah Hitam Tasawuf, penerbit Darul Falah, Jakarta)

Maka, perhatikan ini Wahai Para Sufi, siapakah orang yang dikatakan hina oleh kalian ...

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah, karena itu aku adalah orang yang paling takut di antara kalian kepada-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Di antara tokoh Sufi, ada yang bernama Ibnu Arabi, nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn Ali Muhyiddin Al-Hatimi At-Thai Al-Andalusi, dikenal dengan Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi yang ahli tafsir).

Ibnu Arabi dianggap sebagai tokoh tasawuf falsafi, lahir di Murcia Spanyol, 17 ramadhan 560 H/28 Juli 1165 M, dan mati di Damaskus, Rabi’ul Tsani 638 H/Oktober 1240 M. Inti ajarannya didasarkan atas teori wihdatul wujud (satunya wujud, semua wujud di alam ini adalah cerminan Allah) yang menghasilkan wihdatul adyan (satunya agama, tauhid maupun syirik).

Di antara ajaran Ibnu Arabi adalah:
o    Hamba adalah Tuhan (tercantum dalam kitab Ibnu Arabi, Fushush Al-Hikam [hal.92-93])
o    Neraka adalah surga itu sendiri (Fushush Al-Hikam [93-94])
o    Perbuatan hamba adalah perbuatan Allah itu sendiri (Fushush Al-Hikam [hal.143])
o    Fir’aun adalah mu’min dan terbebas dari siksa neraka (Fushush Al-Hikam [hal.181])
o    Wanita adalah Tuhan (Fushush Al-Hikam [hal.216])
o    Fir’aun adalah Tuhan Musa (Fushush Al-Hikam [hal.209])
o    Semua ini adalah Allah, tidak ada nabi/rasul atau malaikat. Allah adalah manusia besar (Fushush Al-Hikam [hal.48])
o    Allah membutuhkan pertolongan makhluk (Fushush Al-Hikam [hal.58-59])

Oleh karena sebegitu drastisnya penyimpangan yang ditampilkan Ibnu Arabi, maka 37 ulama telah mengkafirkannya atau memurtadkannya. Di antara yang mengkafirkan Ibnu Arabi itu adalah ulama-ulama besar yang dikenal sampai kini :
o    Imam Ibnu Daqieq al-‘Ied rahimahullah (702 H)
o    Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah (728 H)
o    Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziah rahimahullah (751 H)
o    Imam al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah (744 H)
o    Imam al-‘Iraqi rahimahullah (826 H)
o    Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah (852 H)
o    Imam al-Jurjani rahimahullah (814 H)
o    Imam Izzuddin bin Abdis Salam rahimahullah (660 H)
o    Imam an-Nawawi rahimahullah (676 H)
o    Imam adz-Dzahabi rahimahullah (748 H)
o    Imam al-Bulqini rahimahullah (805 H)
o    dan lain-lain
(Lihat Tasawuf Belitan Iblis terbitan Darul Falah, Jakarta, 2001 [hal.72-73])

Allah Ta'ala yang memerintahkan agar orang-orang yang beriman takut kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman:
وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
"dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut." (QS. Al-Baqarah : 40)

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
"Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya." (QS. Al-Anbiyaa' : 28)

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga." (QS. Ar-Rahman : 46)

Allah Ta'ala yang memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, agar berdo'a dengan rasa takut dan harap. Allah Ta'ala berfirman:
وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan" (QS. Al-A'raaf : 56)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling mengenal Allah dan paling takut kepada-Nya, lalu mengapa orang-orang sufi mengatakan tidak takut kepada Allah? 

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah, karena itu aku adalah orang yang paling takut di antara kalian kepada-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Perhatikan itu dan pikirkan, semoga terbuka hatimu untuk melihat kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar