إن الحمد ﷲ نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ باﷲ من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده ﷲ فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له أشهد أن ﻻإله إﻻ ﷲ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
فإن خيرالحديث كتابﷲ وخير الهدي هدي
محمدصلى ﷲ عليه وعلى اله وسلم وشراﻻمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
وكل ضلالة فنار
ne yang
koordinator liputannya bernama Anwar Khumaini ini sepertinya memiliki kavling
khusus untuk membahas isu-isu seputar "Wahabi" dari perspektif
orang-orang yang anti "Wahabi". Banyak artikel yang berbicara tentang
isu "Wahabi" dengan nada nyinyir, ketus, stigmatif, dan semacam black
propaganda.
Uniknya,
berita-berita instan dari Merdeka.com menjadi rujukan banyak orang untuk
memandang isu "Wahabi". Dalam sebuah perdebatan dengan seorang
penganut Syiah, dia merujuk berita dari situs online itu. Di forum Facebook ada
yang memberikan link ke sumber yang sama. Melalui email juga ada yang
memberikan link ke situs tersebut.
Di sini terasa
dilematik. Kalau kita anggap besar situs Merdeka.com ini, nanti akan menjadi
promo tersendiri. Tetapi kalau didiamkan saja fitnah-fitnah atau black
propaganda yang disebarkan, itu juga tidak benar. Mungkin sekali waktu kita
perlu mengingatkan kaum Muslimin akan bahaya situs "recehan" semacam
ini.
Salah satu
artikel yang dimuat dalam situs itu judulnya: "Persekongkolan Bedebah
Wahabi dan Bani Saud." Dari model judulnya saja, kita bisa mencium aroma
permusuhan layaknya kaum Syiah Rafidhah di balik tulisan ini.
Syiah Rafidhah
dunia memang merasa perlu untuk memerangi dakwah Salafiy sebab mereka ini
dianggap sebagai musuh paling sengit bagi Syiah Rafidhah. Agenda Syiah Rafidhah
untuk menguasai negeri-negeri Muslim akan selalu terhalang, selama masih
bercokol "Wahabi" di sana.
Sayyid M.
Saidi, seorang tokoh Syiah Iran, pernah terus-terang menunjukkan kebenciannya
kepada "Wahabi". Dia mengatakan: "Kami menghormati semua
mazhab Islam kecuali Wahabi karena mereka menentang dialog ilmiah, logis dan
argumentatif. Mereka membunuh Muslim tak berdosa dan merusak masjid-masjid
dengan mengatasnamakan Islam. Pesan kami kepada kaum Wahabi adalah jika mereka
memiliki dalil untuk membuktikan kebenaran mereka, maka sampaikan kepada orang
lain sesuai dengan logika, prinsip-prinsip, dan argumentasi, bukan dengan
radikalisme dan pembunuhan massal." (hidayatullah.com, 23 September
2012).
Omongan sejenis
ini kan tidak ada buktinya kalau dikaitkan dengan tulisan-tulisan stigma yang
terus diproduksi oleh kaum Syiah seputar isu "Wahabi dan Saudi".
Secara teori,
mereka seperti pro dialog ilmiah dan argumentatif; tetapi secara kenyataan
mereka menghalalkan penghancuran Ahlus Sunnah secara massif di negeri-negeri
Muslim, seperti di Iran, Iraq, Suriah, Afghanistan, dan lain-lain.
Sayyid Husein
Al Mausawi, tokoh ulama Syiah yang bertaubat, mereka bunuh. Dr. Ihsan Ilahi
Zhahir asal Pakistan yang sangat anti Syiah, juga mereka bunuh. Banyak
ulama/da’i Ahlus Sunnah juga mereka bunuh, pasca Revolusi Khomeini tahun 1979.
Kembali ke
artikel Merdeka.com di atas. Di sana dijelaskan beberapa poin, antara lain:
Muhammad bin Abdul Wahhab (sering dinisbatkan pendiri
"Wahabi") oleh gurunya disebut bodoh, arogan, suka melawan; Muhammad
bin Abdul Wahhab menjalin aliansi dengan Muhammad bin Saud, aliansinya berlaku
sampai sekarang; Kerajaan Saudi menyokong penyebaran dakwah "Wahabi"
US$ 2 miliar setiap tahun; dan menyebutkan beberapa pendapat sumir dari
sebagian ulama-ulama "Wahabi".
Gaya tulisan
demikian persis sekali seperti model tulisan Idahram lewat buku-bukunya. Tidak
ada niat dialog atau diskusi, selain menyebarkan propaganda hitam belaka.
Nanti ujungnya
mempromokan akidah Syiah Rafidhah; supaya umat manusia kembali ke zaman
penyembahan manusia kepada manusia lainnya (baca: imam dan ulama Syiah),
setelah Allah anugerahkan Tauhid kepadanya. Na'udzubillah wa na'udzubillah min
dzalik.
Pendapat-pendapat
yang sumir harus dilihat konteksnya secara lengkap, tidak bisa "main
crop" begitu saja. Ada kaidah yang berlaku, bahwa pendapat yang mengandung
syak (keraguan) harus dipulangkan ke pendapat yang tsabit (teguh).
Kemudian
tentang tuduhan bahwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah itu
bodoh, arogan, keras kepala. Ya, tergantung siapa yang memandang. Seorang ulama
biasanya gurunya banyak; bisa puluhan, bisa ratusan. Kalau ada satu guru yang
mencela, mungkin guru-guru yang lain memuji.
Lalu aliansi
Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Muhammad Al Saud pada tahun 1744 terus berlaku
sampai sekarang. Hal ini dipertanyakan, sebab Kerajaan Saudi itu sifatnya
jatuh-bangun hingga tiga kali.
Ketika Saudi
Jilid I dilenyapkan, maka semua perjanjian yang berlaku saat itu otomatis
berakhir. Begitu juga ketika Saudi Jilid II dilenyapkan, maka
perjanjian-perjanjian di dalamnya juga berakhir.
Sebenarnya,
dukungan Kerajaan Saudi kepada dakwah "Wahabi", hal ini semata karena
kesadaran mereka saja (atau pertimbangan politik karena melihat besarnya
pendukung dakwah Salafiy di Saudi). Jadi tidak mesti dikaitkan dengan aliansi
1744 tersebut, sebab bukan rahasia lagi bahwa seringkali terdapat perbedaan
persepsi antara ulama "Wahabi" dengan kebijakan kerajaan.
Sedangkan nilai
dukungan Kerajaan Saudi hingga US$ 2 miliar (setara Rp. 18 triliun) per tahun;
ya itu perlu dijelaskan kalkulasi keuangannya secara rinci, tidak bisa
"main teplok" begitu saja.
Mungkin situs
Merdeka.com mau berbagi kepada masyarakat tentang kalkulasi keuangan yang
mereka ketahui. Termasuk juga mereka perlu membuat perbandingan kalkulasi
keuangan anggaran-anggaran dari Iran untuk membiayai dakwah Syiah Rafidhah di
Indonesia. Kalau mau fair, begitu kan?
Ya akhirnya,
black propaganda seputar dakwah "Wahabi" ini perlu kita jawab dengan
komitmen "Laa ilaha illallah" yaitu untuk menghidupan
peradaban Tauhid dan membersihkan dunia dari segala bentuk paganisme
(kemusyrikan); dan "Muhammad Rasulullah" yaitu menghidupkan
Sunnah Nabi shollollohu ‘alaihi wasallam dan menjauhi ajaran-ajaran
bid'ah yang berpotensi merusak Sunnah-nya. Walhamdulillahi Rabbil 'alamiin.
Oleh: AM Waskito, penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi”
0 komentar:
Posting Komentar